Sukses

4 Hal yang Pengaruhi Seseorang Menyukai Susu Organik dan Produk Sejenis

Susu organik menjadi santapan wajib orang-orang di Denmark. Di Indonesia jumlahnya belum terlalu banyak.

Liputan6.com, Denmark - Arla Foods, produsen susu terbesar di Eropa dan diakui sebagai produsen susu organik terbesar di dunia, belum lama ini menjalin kerjasama (joint venture) dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Dalam sebuah kesempatan saat melakukan perjalanan ke Denmark pada pertengahan April 2019, Managing Director Arla Indofood--kerjasama itu menghasilkan nama perusahaan PT Arla Indofood Makmur Dairy Indonesia--mengatakan bahwa Indonesia punya potensi besar akan perkembangan kategori susu, khususnya susu organik.

Susu, kata Ciptadi, adalah standar emas nutrisi dan permintaan terus meningkat sebanyak lima persen setiap tahun. Sementara Indonesia, memiliki populasi besar besar dan berkembang yang diperkirakan akan ada 90 juta konsumen baru yang lebih makmur pada 2030.

"Permintaan produk susu organik pun tumbuh pesat di Indonesia. Hal ini didorong oleh kesadaran akan kesehatan dan daya beli yang membaik," katanya.

Masyarakat Indonesia mungkin perlu belajar dari kebanyakan masyarakat di Eropa, khususnya Denmark, yang punya kesadaran untuk mengonsumsi susu organik dan produk-produk organik lainnya.

Presentase produk organik yang dibeli konsumen saat berbelanja mencapai 80 persen. Satu dari tiga liter susu yang dibeli orang Denmark adalah susu organik.

Menurut Innovation Direction Arla Innovation Center, Anne Evers Nikolajsen, semua ini dilandasi oleh persepsi masyarakat sendiri yang menganggap bahwa susu organik lebih sehat dibanding konvensional.

Benar atau tidak hal tersebut, dibutuhkan banyak penelitian yang bisa mendukung persepsi dari para penikmat segala yang berbau organik.

Satu yang pasti, para peternak sapi perah organik di Denmark harus mematuhi standar yang sudah ditetapkan pemerintah, dan bila melanggar maka sertifikasi organik tidak dapat diberikan.

Standar itu berupa pakan yang diberikan kepada sapi harus organik, tidak menggunakan pestisida, tidak menggunakan antibitoika, dan tidak diberikan hormon.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perihal Susu Organik

Hal senada perihal alasan banyak orang yang kemudian beralih ke produk-produk organik, salah satunya susu organik, diungkapkan juga oleh guru besar pangan dan gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan pada sebuah kesempatan di Jakarta belum lama ini. 

Hasil survei yang dilakukannya menghasilkan pernyataan yang kurang lebih sama seperti yang dialami penikmat produk organik di Denmark. Masyarakat yang sudah beralih ke produk organik rela 'bayar mahal' lantaran benefit yang dipersepsikan oleh konsumen sendiri. 

  1. More nutritious : Menurut Ali, poin pertama ini harus dibuktikan lewat kajian-kajian jurnal ilmiah, seberapa besar nutrisi yang terkandung di dalam susu organik dibandingkan yang tidak.
  2. Safer food : Ini tidak perlu diragukan lagi karena tidak ada campuran pestisida dan sejenisnya.
  3. Improved environment
  4. Animal welfare : Berarti sudah memperhitungkan bahwa sapi perah penghasil susu organik yang mereka konsumsi sehari-hari punya keluasaan grassing di padang rumput.

Terkait poin nomor dua, Ali mengatakan bahwa pestisida adalah racun. Ketika kita tidak mengonsumsi pangan yang tidak mengandung pestisida, secara tak langsung menyelamatkan diri sendiri dari bahaya racun yang memang dampaknya tak bisa dirasakan hari itu juga. 

"Racun itu akan berdampak ketika memasuki batas cut-off tertentu," kata Ali kepada Health Liputan6.com . 

"Tentu saja apa yang terjadi pada manusia ketika mengenal pestisida, itu belum sampai pada taraf di sana sehingga dampak-dampak yang langsung kelihatan belum muncul. Tetapi kalau dibandingkan, tentu saja lebih safe menggunakan organik," ujarnya. 

Lebih lanjut, status sosial pun turut memengaruhi kesukaannya akan susu organik dan produk sejenis.

"Mereka dari golongan kelas atas yang sudah sangat concern terhadap lingkungan. tetapi juga concern terhadap persoalaan kesehatan yang mereka konsumsi," katanya. 

"Taste dan food safety juga memengaruhi sikap seseorang menjatuhkan pilihan organik atau tidak," Ali melanjutkan.

 

3 dari 3 halaman

Perhatikan Hidup Sapi Perah Penghasil Susu Organik

 

Melihat dari organik manajemen, jelas Ali, yang sangat penting adalah bagaimana peternak bisa menyediakan ternak untuk sapi-sapi penghasil susu organik.

Menurut Ali, untuk memperoleh label 'organik' yang sesungguhnya, peternak harus memastikan kondisi hidup sapi-sapi tersebut, menyediakan rumput hijau, yang juga organik, yang baik untuk mereka santap, kemudian dilarang penggunaan hormon. 

"Diperbolehkan adalah vitamin yang sudah bersifat organik. Demikian juga mineral," katanya. 

Bila pada peternakan konvensional pakan hijau yang diberikan ke sapi sebanyak 53 persen dan 47 persen campuran biji-bijian dan konsentrat, sapi di peternakan organik pembagian keduanya tidak seperti itu.

"Organik itu syarat hijauannya harus 80 persen, 20 persennya lagi dari konsentrat dan biji-bijian," kata Ali. Konsentrat itu bisa berupa jagung atau dedak.

Di Indonesia menurut Ali sangat banyak kendalanya. Mereka memerlukan pengembalaan yang cukup, dan ini bagi peternak rakyat sangat berat.

"Karena memang peternak kita itu kepemilikannya hanya dua sampai tiga ekor sapi per orang, sehingga tidak efisien untuk memiliki pengembalaan yang luas," katanya.

Selain itu, belum ada juga rumput atau penghijauan yang bersertifikat organik. Sementara, sertifikasi itu merupakan syarat mutlak bagi produk-produk yang mengklaim sebagai produk organik. 

Tentu saja ini harus jadi perhatian bersama. Peternak di Indonesia harus berpikir ke arah sana, menyediakan lahan untuk sapi perah penghasil susu organik, kata Ali. 

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ternak perah yang dipelihara secara organik memang memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan konvensional, tetapi harga jual susunya lebih tinggi. 

"Ini tentu saja bukan hanya ternak perah, tapi kalau kita berbicara soal pertanian secara umum, sesuatu yang organik itu memerlukan luasan-luasan yang lebih luas untuk menghasilkan produk berkualitas tertentu," katanya. 

Pertemuan hari itu berlangsung di sebuah ruangan yang dapat menampung sebanyak 20 orang untuk makan bersama. Misal Ali menggunakan ruangan tersebut untuk menanam bayam organik, akan menghasilkan paling banyak 20 kilogram. Sedangkan kalau yang ditanam adalah bayam non-organik, hasil produksinya bisa dua kuintal. 

20 kilogram dengan asumsi jarak tanaman yang satu dan lainnya berjauhan. Dan yang dua kuintal itu, jaraknya lebih berdekatan cenderung berdempetan. 

"Saya tentu akan mengapresiasi yang 20 kilogram itu kalau harganya lebih tinggi, petani lebih untung," kata Ali.

"Ke depan petani akan lebih berkomitmen untuk menghasilkan produk organik. Itu berlaku juga untuk sapi perah," katanya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.