Sukses

Kemnaker Tingkatkan Kemampuan Petugas Desmigratif

Petugas Desmigratif, ujung tombak perlindungan pekerja migran.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus melakukan peningkatan kemampuan dan kapasitas para petugas Desa Migran Produktif (Desmigratif) guna meningkatkan perlindungan bagi pekerja migran. Hal ini dibutuhkan karena para petugas desmigratif bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam menyampaikan proses migrasi untuk bekerja di luar negeri yang aman dan sesuai prosedur.

“Sebagai pusat bimbingan, penyuluhan dan konsultasi di desa, para petugas desmigratif adalah ujung tombak pemerintah dalam melindungi pekerja migran dari proses migrasi yang berisiko tinggi,” ujar Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M. Hanif Dhakiri, dalam acara penutupan Pengembangan Kapasitas Petugas Desa Migran Produktif Tahun 2018 di Jakarta, Kamis (28/9/2018).

Desmigratif merupakan program yang digagas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk melakukan koordinasi, pendekatan, dan penanganan secara langsung ke desa-desa kantong Pekerja Migran Indonesia (PMI). Program ini bertujuan untuk melindungi PMI dan keluarganya yang akan dan setelah bekerja dari luar negeri melalui empat pilar utama yaitu.

Adapun empat pilar utama tersebut ialah pusat layanan migrasi, kegiatan usaha produktif, community parenting, dan pembentukan koperasi desmigratif. Hanif mengatakan, peranan petugas desmigratif sangat dibutuhkan untuk menghindarkan calon pekerja migran dan keluarganya dari proses migrasi yang non-prosedural, berisiko tinggi, dan perdagangan orang.

“Bekerja di dalam negeri atau bekerja ke luar negeri itu adalah pilihan. Namun, pemerintah perlu memastikan apapun yang dipilih rakyat itu bisa dilakukan secara aman, bisa dilakukan sesuai peraturan yang ada, sehingga terhindar dari migrasi yang tidak aman atau berisiko tinggi,” ucapnya.

Di hadapan 259 orang perwakilan petugas Desmigratif se-Indonesia, Hanif juga mengingatkan bahwa masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri harus siap dalam tigal hal. Mereka harus siap mental, siap bahasa, dan siap keterampilan. Siap secara mental, berarti calon pekerja migran harus siap secara fisik dan psikis.

“Karena migrasi itu tentu saja akan mempengaruhi banyak hal yang berubah dalam kehidupan,” kata dia.

Untuk mendukung kesiapan secara mental, calon pekerja migran juga harus siap secara bahasa. Oleh karena itu, Hanif berujar pemerintah sedang merintis Balai Latihan Kerja (BLK) yang dilengkapi dengan workshop bahasa di berbagai daerah.

“Sehingga nanti bisa diakses siapa saja. Baik calon pekerja di dalam negeri maupun calon pekerja migran yang hendak bekerja ke luar negeri,” ujarnya.

Sementara itu, siap dari sisi keterampilan atau kompetensi akan menempatkan pekerja migran dalam pekerjaan di sektor yang lebih aman dan lebih baik dari sisi jabatan.

“Kalau skill-nya bagus, tentu level pekerjaannya akan bagus. Kalau level pekerjaannya bagus, maka pendapatannya akan bagus. Jika pendapatan bagus, maka kesejahteraan keluarganya akan meningkat,” pungkas Hanif.

Sebagai informasi, program Desmigratif diluncurkan pada 2016 dengan melibatkan dua desa sebagai percontohan. Pada 2017, Desa Desmigratif telah berjumlah 122 desa. Pada 2018, lokasi program Desmigratif bertambah menjadi 130 Desa yang tersebar di 65 kabupaten/kota. Total, lokasi Desmigratif saat ini berjumlah 252 desa.

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini