Liputan6.com, Jakarta: Kebijakan pemerintah tentang program konversi minyak tanah ke elpiji dimaksudkan untuk mengurangi beban subsidi minyak tanah sehingga tidak memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, memakai elpiji pada dasarnya lebih hemat, aman, dan bersih. Panas yang ditimbulkan elpiji lebih cepat dan tidak berjelaga sehingga peralatan memasak tidak kotor.
  Â
Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Herawati Legowo, jika masyarakat hanya berharap kepada minyak bumi tentu akan susah dan perlu bahan bakar lain.
Elpiji merupakan salah satu bahan bakar lain atau bahan bakar yang merupakan diversifikasi energi. "Ini sesuai dengan amanat Undang-undang Energi Nomor 30 Tahun 2007. Program pengalihan minyak tanah ke elpiji ini merupakan program yang membuat ibu-ibu dan bapak lebih hemat, lebih aman, lebih bersih dan juga membantu lingkungan kita supaya tidak terkotori," kata Evita.
  Â
Secara nasional apabila program konversi minyak tanah ke elpiji berhasil, pemerintah akan menghemat Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun subsidi bahan bakar minyak (BBM) per tahun. Dengan adanya pengurangan ini, biaya-biaya subsidi akan bermanfaat bagi program lain, seperti kesehatan maupun pendidikan.
   Â
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari program tersebut, kata Evita, adalah mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah, mengurangi polusi udara di rumah atau dapur, dan menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.
Â
Keuntungan semacam itu sudah dirasakan Leni. Ibu rumah tangga ini sudah satu tahun menggunakan elpiji. Menurut dia, memakai elpiji lebih bersih, praktis, gampang mengisinya, tidak membuang waktu, dan cepat masaknya. "Elpiji lebih hemat dari minyak tanah," katanya.
   Â
Begitu juga yang dialami Hj. Nana, ibu rumah tangga lainnya. Memasak dengan elpiji, kata dia, lebih hemat, dapur tetap bersih, serta makanan jadi lebih cepat matang. Selain itu jika memakai minyak terasa boros. "Kalau menggunakan elpiji bisa dua pekan untuk satu tabung kecil," ujar Nana.
   Â
Eli yang sudah dua tahun menggunakan elpiji juga mengaku merasa lebih bersih daripada menggunakan minyak tanah. Tak hanya itu, bau minyak tanah juga bisa mengganggu makanan.
Kebijakan peralihan dari minyak tanah ke elpiji tidak hanya memberi keuntungan terhadap negara. Hasil penghematan subsidi minyak yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah dapat dialokasikan untuk kepentingan rakyat banyak.(IAN/AND)
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Departemen ESDM
Jl. HR.Rasuna Said
Gedung Plaza Centris Kav.B-5
Jakarta Selatan
Layanan Pengaduan Umum:
Call Center 021-52905620
  Â
Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Herawati Legowo, jika masyarakat hanya berharap kepada minyak bumi tentu akan susah dan perlu bahan bakar lain.
Elpiji merupakan salah satu bahan bakar lain atau bahan bakar yang merupakan diversifikasi energi. "Ini sesuai dengan amanat Undang-undang Energi Nomor 30 Tahun 2007. Program pengalihan minyak tanah ke elpiji ini merupakan program yang membuat ibu-ibu dan bapak lebih hemat, lebih aman, lebih bersih dan juga membantu lingkungan kita supaya tidak terkotori," kata Evita.
  Â
Secara nasional apabila program konversi minyak tanah ke elpiji berhasil, pemerintah akan menghemat Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun subsidi bahan bakar minyak (BBM) per tahun. Dengan adanya pengurangan ini, biaya-biaya subsidi akan bermanfaat bagi program lain, seperti kesehatan maupun pendidikan.
   Â
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari program tersebut, kata Evita, adalah mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah, mengurangi polusi udara di rumah atau dapur, dan menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.
Â
Keuntungan semacam itu sudah dirasakan Leni. Ibu rumah tangga ini sudah satu tahun menggunakan elpiji. Menurut dia, memakai elpiji lebih bersih, praktis, gampang mengisinya, tidak membuang waktu, dan cepat masaknya. "Elpiji lebih hemat dari minyak tanah," katanya.
   Â
Begitu juga yang dialami Hj. Nana, ibu rumah tangga lainnya. Memasak dengan elpiji, kata dia, lebih hemat, dapur tetap bersih, serta makanan jadi lebih cepat matang. Selain itu jika memakai minyak terasa boros. "Kalau menggunakan elpiji bisa dua pekan untuk satu tabung kecil," ujar Nana.
   Â
Eli yang sudah dua tahun menggunakan elpiji juga mengaku merasa lebih bersih daripada menggunakan minyak tanah. Tak hanya itu, bau minyak tanah juga bisa mengganggu makanan.
Kebijakan peralihan dari minyak tanah ke elpiji tidak hanya memberi keuntungan terhadap negara. Hasil penghematan subsidi minyak yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah dapat dialokasikan untuk kepentingan rakyat banyak.(IAN/AND)
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Departemen ESDM
Jl. HR.Rasuna Said
Gedung Plaza Centris Kav.B-5
Jakarta Selatan
Layanan Pengaduan Umum:
Call Center 021-52905620