Sukses

Sentilan untuk Kongres HMI

Kongres HMI yang berlangsung di Pekanbaru diwarnai kericuhan. Pengurus HMI pun disentil.

Liputan6.com, Jakarta - Syahroni terkapar tak sadarkan diri. Mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu terkena tembakan sumpit saat kericuhan Kongres Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pecah pada Senin 23 November 2015 dinihari.

Kejadian berawal saat ratusan massa dari HMI cabang Makassar, Sulawesi Selatan, mendatangi Green Hotel di Jalan Arifin Ahmad, Pekanbaru. Hotel ini merupakan tempat sebagian peserta kongres dan panitia menginap.

Tak lama kemudian puluhan panitia kongres di kawasan purna MTQ mendatangi hotel tersebut. Melihat massa datang, ratusan kader HMI Makassar kabur.

Saat itu, tiba-tiba Syahroni merasa kepanasan dan tersungkur di lobi hotel. Teman-temannya kaget dan langsung memeriksanya. "Bagian belakang badannya terkena anak sumpit. Kejadian ini masih diselidiki," ucap Wakil Kepala Polresta Pekanbaru AKB Sugeng Putut Wicaksono.

Tak ingin ada korban kembali jatuh, polisi langsung bergerak cepat. Polda Riau dan Polresta Pekanbaru menurunkan polisi bersenjata lengkap berpakaian sipil serta puluhan personel Polisi Militer (PM). Mereka men-sweeping peserta kongres HMI.

Sejumlah senjata ini disita polisi saat menggeledah gelanggang remaja Pekanbaru, Riau.

Hasilnya, sejumlah jenis senjata tajam diamankan. Senjata itu berupa golok, badik, keris, ketapel, belati, pisau, panah, busur panah, senjata mainan berupa macis, senjata rakitan, cuter, dan cairan diduga racun.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Pol Rifai Sinambela menyebutkan, sweeping dilakukan di Gelanggang Remaja, GOR Universitas Riau dan kawasan Purna MTQ Jalan Jenderal Sudirman.

"Cairan diduga racun itu diguna untuk anak panah, kemudian ditembakkan. Untuk cairan ini akan diperiksa di laboratorium," sebut Rifai.

Tak hanya mengamankan senjata tajam, polisi juga telah menetapkan 8 anggota HMI dari Makassar dan Ambon menjadi tersangka atas dugaan kepemilikan senjata tajam. Mereka diringkus di 2 lokasi.

Pertama di Gelanggang Remaja, Jalan Jenderal Sudirman, dan Gedung Olahraga Universitas Riau di Jalan Pattimura, Gobah, Pekanbaru.

"Identitas para tersangka adalah Ha, Js, Da dan Ak. 4 tersangka ini diamankan di Gelanggang Remaja dan akan diproses Polresta Pekanbaru. Sementara tersangka Ma, Y, Ml, dan Ay diamankan dari Universitas Riau. Penanganannya dilakukan Polda Riau," ucap Kapolresta Pekanbaru Kombes Aries Syarif Hidayat di Mapolda Riau di Pekanbaru, Riau, Senin 23 November 2015.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Senjata Sengaja Dibawa

Saat digiring ke Mapolda Riau, mereka mengaku senjata tajam itu sengaja dibawa dari Ambon dan Makassar. Itu dilakukan untuk persiapan jika kongres berlangsung ricuh.

"Memang sengaja dibawa bang dari tempat asal sebagai persiapan saja. Ya namanya kongres, banyak yang datang, pasti selalu ada rusuh, kami bersiap menghadapi ini" kata mahasiswa dari sebuah universitas di Makassar yang tak mau menyebutkan identitasnya di Mapolda Riau, Senin (23/11/2015).

Dia tak menampik, badik dan puluhan senjata tajam lainnya dibawa dari Makassar. Barang itu dibawa dalam tas oleh beberapa rekannya dan disimpan sewaktu naik bus ke Pekanbaru.

(Liputan6.com/M Syukur)

"Sengaja dibawa dan dipersiapkan dari daerah asal. Ini untuk menghadapi situasi yang ada di Pekanbaru, kalau sewaktu-waktu terjadi rusuh," ucap dia sambil digiring petugas Polda Riau.

Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo menyebut tidak ada kompromi dalam kasus ini. Meski mahasiswa dan berasal dari luar kota, tetap akan diproses sesuai aturan berlaku.

"Sebelumnya mahasiswa ini sudah diingatkan agar mengikuti kongres dengan tertib. Bahkan polisi sudah juga memfasilitasi dan memberi makan. Kalau seperti ini, maka tetap diproses," kata dia menegaskan.

Mereka akan diproses dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman pidana 10 tahun.

Sentil Kongres

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang membuka kongres menyesalkan tindakan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang berbuat rusuh di kampung orang.

Menurut pria yang akrab disapa JK, kader HMI harusnya setiap bertindak memakai logika dan menjaga marwah Islam, bukan melakukan tindakan anarkis dengan merusak fasilitas umum.

"Kader selalu mendahulukan logika. Tanpa itu negara tidak akan maju, tanpa inovasi suatu negara akan terbelakang. Itulah yang mendasari HMI. Bukan yang mendahulukan marah-marah" ucap pria asal Makassar ini dalam sambutan pembukaan Kongres XXIX HMI di Pekanbaru, Riau, Minggu (22/11/2015).

Kongres HMI se-Indonesia ini akan berlangsung selama 5 hari, yaitu pada 22-26 November 2015.

Usai pembukaan tersebut, JK tak banyak berkomentar terkait perusakan Gelanggang Remaja dan fasilitas umum lainnya, seperti halte bus pada Sabtu malam.

"Karena dalam kondisi terdesak (lapar), kalau menggunakan akal sehat tidak akan terjadi rusuh," sesal JK, seraya bergegas ke mobil.

3 dari 3 halaman

Soroti Anggaran 

Soroti Anggaran

Tak hanya penyesalan, JK juga menyentil pengurus HMI terkait anggaran kongres. Terlebih, sumber dana itu berasal dari APBD.

Seharusnya, kata dia, HMI lebih inovatif dan berbudaya dalam mencari dana kongres.

Jusuf Kalla (Dok. Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

"HMI di zaman (saya) dulu menggelar acara dengan berjualan kue. Kita ini sudah berbeda zaman, dulu tidak ada kongres, hanya bikin pertunjukan saja," kata JK saat membuka Kongres HMI di Pekanbaru, Minggu 22 November 2015.

Tak hanya menyindir HMI Riau selaku panitia kongres, Ketua HMI Cabang Makassar periode 1965-1966 ini juga menyentil semua pengurus besar HMI.

"Ini Ketua PB HMI M Arif sibuk bikin proposal saja," kata dia disambut tawa hadirin.

Rincian biaya kongres HMI sebelumnya mulai tersebar di media sosial setelah Pemprov Riau mendukung kegiatan tersebut dengan mengucurkan anggaran daerah sebesar Rp 3 miliar.

Anggaran tersebut sebelumnya diajukan pihak HMI sebesar Rp 5,3 miliar. Sedangkan, sisanya dari dana APBN, bantuan alumni dan pihak swasta. Jika ditotal, anggaran penyelenggaraan Kongres disebut-sebut mencapai Rp 7 miliar.

Namun dengan biaya Rp 7 miliar itu, sekitar 1.500 anggota HMI yang berasal dari berbagai provinsi diduga terlantar, tidak mendapatkan penginapan dan makanan. Sehingga sempat menuai protes dan berujung aksi anarkis.

Hal itu sepatutnya dapat ditempuh melalui dialog. Sehingga hal-hal yang merugikan masyarakat luas akan terhindarkan. Dengan demikian, sikap kader dapat sesuai dengan misi HMI. Yaitu:

"Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah."

Selamat berkongres HMI. (Ali/Ron)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.