Sukses

5 Tragedi Nuklir Terparah

Untuk mewujudkan Pembangkit Listrik Negara Nuklir (PLTN), pemerintah masih belum yakin 100 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk mewujudkan Pembangkit Listrik Negara Nuklir (PLTN), pemerintah masih belum yakin 100 persen. Salah satu langkah yang menghalangi terwujudnya PLTN adalah ketakutan adanya bencana jika pembangkit nuklir mengalami kebocoran. Efek dari radiasi bocornya reaktor nuklir ditakutkan bisa menimbulkan kanker.

Banyak peristiwa dalam sejarah yang menuliskan bahwa kebocoran reaktor nuklir membuat penderitaan berkepanjangan bagi masyarakat di lokasi tersebut. Sebut saja bencana Chernobyl, Ukraina. Dalam bencana tersebut, 31 orang tewas dan Lebih dari 200 ribu penduduk yang bermukim dalam radius 30 kilometer (km) dari tempat ledakan Chernobyl dievakuasi.

Tragedi terakhir adalah bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang. Kebocoran reaktor ini merupakan bencana nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl. Akibat kebocoran reaktor di Fukushima tersebut, air radioaktif mengalir ke laut. Ribuan jiwa manusia dikhawatirkan akan terkontaminasi.

Lengkapnya, berikut 5 bencana nuklir terparah sepanjang sejarah:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Windscale Fire, Inggris

Windscale Fire, Inggris

Tragedi Windscale Fire merupakan kecelakaan nuklir pada 8 Oktober 1957. Kecelakaan tersebut terjadi di reaktor nuklir Windscale, merupakan pabrik yang memproduksi plutonium di Cumberland, Inggris.

Kejadian tersebut merupakan kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir paling dahsyat dan serius di Inggris.

Mengutip laman britannica.com, Senin (18/5/2015), pembangkit Windscale terdiri dari dua reaktor nuklir. Kecelakaan terjadi saat pemanasan rutin pada reaktor nomor 1  yang tiba-tiba berada di luar kendali karena terlalu panas yang kemudian menyebabkan penyimpan uranium yang berdekatan pecah.

Akhirnya uranium mulai teroksidasi, melepaskan radioaktif dan menyebabkan api yang membakar pembangkit selama 16 jam sebelum akhirnya dapat dipadamkan. Api dalam kebakaran itu meninggalkan sekitar 10 ton bahan radioaktif yang meleleh di sekitar reaktor.

Kebakaran Windscale juga menyebabkan pelepasan sejumlah besar yodium radioaktif ke atmosfer. Sebagai konsekuensinya, selama beberapa minggu, pemerintah melarang penjualan susu yang dihasilkan dari kawasan berjarak 200 mil daerah sekitar lokasi reaktor.

Sesaat setelah kejadian tersebut, pemerintah Inggris merilis rincian yang tak cukup jelas mengenai kecelakaan dan pada umumnya mencoba untuk menutupi tragedi yang terjadi.

Reaktor Windscale yang terkontaminasi kemudian disegel sampai akhir 1980. Kejadian itu menyebabkan 240 kasus kanker. Sisa kebakaran itu menyisakan 10 ton radioaktif meleleh yang harus dibersihkan.

Butuh dana sekitar US$ 30 juta untuk membersihkan kawasan tersebut dari berbagai radiasi berbahaya. Dana itu setara biaya yang dapat dibelikan 15 turbin angin yang dapat menghasilkan listrik untuk mengaliri 5.435 rumah per tahun.

3 dari 6 halaman

Three Mile Island, Amerika Serikat


Three Mile Island, Amerika Serikat

Pembangkit listrik tenaga nuklir di Three Mile Island, Amerika Serikat, mengalami kegagalan fungsi pendingin yang menyebabkan beberapa bagian inti pembangkit meleleh di salah satu reaktor pada 28 Maret 1979.

Mengutip world-nuclear.org, Senin (18/5/2015), gas radioaktif pun terlepas ke udara beberapa hari setelah kecelakaan tersebut. Namun memang, gas yang dilepaskan ke udara tersebut tak mencapai pemukiman penduduk. Tak ada masyarakat yang terluka atau dampak kesehatan dari kecelakaan Three Mile Island.

Pembangkit Three Mile Island berada di dekat Harrisburg, Pennsylvania di Amerika Serikat. Pembangkit ini memiliki dua pressurized water reactors (PWR), jenis reaktor daya nuklir yang menggunakan air ringan biasa sebagai pendingin.

Kerusakan pada sirkuit pendingin yang menyebabkan temperatur naik. Kondisi ini menyebabkan reaktor tersebut mati secara otomatis.

Para operator tidak dapat mendiagnosa dengan benar kematian reaktor secara otomatis yang terjadi secara tiba-tiba tersebut. Kurangnya penjelasan pada ruang kontrol dan pelatihan tanggap darurat yang tidak memadai terbukti menjadi akar penyebab kecelakaan reaktor tersebut.

Drama kecelakaan Three Mile Island  tersebut menyebarkan rasa takut, stres dan kebingungan antara masyarakat di sekitar pembangkit. Karena informasi yang tidak terbuka, timbullah kabar akan adanya ledakan hidrogen.

Kecelakaan Three Mile Island menyebabkan kekhawatiran dampak kesehatan dari radiasi nuklir termasuk kanker di area sekitar pembangkit. Lantaran kekhawatiran itu, Departemen Kesehatan selama 18 tahun melakukan pengawasan pada 30 ribu warga yang tinggal di kawasan berjarak lima mil dari pembangkit listrik.

Karena tak ada dampak kesehatan berarti, pada 1997, pengawasan tersebut dihentikan. Tak ada bukti yang menunjukkan kemungkinan radiasi di kawasan tersebut. Satu-satunya dampak yang terdeteksi adalah stres yang dialami dalam jangka pendek selama kabar meledaknya reaktor mencuat.

4 dari 6 halaman

Kyshtym, Rusia

Kyshtym, Rusia

Pada tanggal 29 September 1957, bencana mengejutkan terjadi Kyshtym, Rusia, salah satu bencana nuklir terparah di dunia. Tragedi yang bahkan tak pernah diduga siapapun.

Bencana nuklir di Kyshtym tampaknya tak begitu terkenal. Memang, bencana tersebut sengaja ditutup-tutupi pemerintah Rusia. Kala itu, bencana di Kyshtym merupakan kecelakaan nuklir terburuk yang pernah terjadi dan menyebabkan 8.000 kematian langsung dan tidak langsung. Meski hingga saat ini tak ada angka pasti berapa korban yang jatuh akibat kecelakaan nuklir tersebut.

Sejarah Kyshtym tersebut dikaitkan dengan Perang Dingin Rusia. Pada akhir 1940, Stalin ingin mengejar jumlah senjata nuklir yang dimiliki Amerika Serikat. Alhasil sebuah pabrik bom nuklir dibangun tidak jauh dari kota Kyshtym, dan sebuah desa tertutup, bernama Ozyorsk. Di sekitar itu dibangun juga rumah para pekerja dan sejumlah pabrik lain.

Pada 1953, setelah Stalin meninggal, pabrik itu pun kemudian terbengkalai. Seharusnya, reaktor nuklir tersebut tetap dipelihara dengan mengaktifkan tangki penyangga disertai sistem pendingin. Namun karena tidak terurus maka pendinginan tidak dilakukan oleh para pekerja.

4 tahun kemudian, salah satu sistem pendingin yang memang buruk instalasinya mengalami kegagalan fungsi. Tangki limbah memanas dan air menguap, meninggalkan debu kimia radioaktif. Saat tangki limbah meledak, awan radioaktif terbentuk di atmosfer. Hal itu, persis seperti sebuah bom.

Saat awan menggantung di langit Rusia, bencana berskala besar pada kehidupan manusia mulai terasa di daratan. Racun-racun berjatuhan dari langit menghujani kawasan pemukiman yang dihuni 270 ribu orang.

Pemerintah mengevakuasi para warga di sekitar kota beberapa minggu kemudian. Para warga yang dievakuasi tak pernah diberitahu apa yang sedang terjadi. Langkah tersebut disengaja karena reaktor tersebut merupakan pabrik dengan rahasia tingkat tinggi dan warga tak pernah tahu apa yang sedang terjadi.

Seiring dengan efek radiasi yang terus meluas, tanpa peringatan, masyarakat mulai panik melihat berbagai penyakit misterius membuat kulit warga mengelupas dan memperlihatkan isi tubuhnya.

Selama beberapa tahun ke kemudian, bencana mulai terasa di area Kyshtym. Selama bertahun-tahun sekitar 8.000 korban menderita kanker.

5 dari 6 halaman

Chernobyl, Ukraina

Chernobyl, Ukraina

Bencana nuklir ini terjadi pada 26 April 1986 di Pusat Tenaga Nuklir Chernobyl, Ukraina. Ledakan di tempat tersebut membuat sejumlah besar partikel radioaktif dilepaskan ke atmosfer dan tersebar dari Uni Soviet hingga Eropa Barat.

Mengutip laman world-nuclear.org, Senin (18/5/2015), radioaktif yang dilepaskan 400 kali lebih banyak dibanding nuklir pada bom atom Hiroshima. 100.000 kilometer persegi wilayah terkontaminasi.

Bencana Chernobyl dianggap bencana nuklir terparah sepanjang sejarah. 31 orang tewas sedangkan ratusan yang selamat namun mengidap kanker dan cacat tubuh. Pembersihan di tempat ini menghabiskan biaya hingga US$18 miliar.

Tragedi ini menyebabkan kontaminasi radiasi meluas di Ukraina, hingga sampai ke Belarus dan Rusia. Tragedi ini juga membuka mata dunia, melalui Badan Energi Atom Internasional (IAEA), bahwa dunia perlu menjalin kerja sama dan berbagai informasi dalam penggunaan energi nuklir.

Hingga saat ini, rehabilitasi untuk korban-korban Chernobyl masih terus berlanjut. Rusia, Ukraina dan Belarus masih terus dibebani dengan biaya dekontaminasi dan perawatan kesehatan bagi korban.

Kota ini seperti terhenti pada 1986 dan kini seperti museum hidup. Semua dibiarkan dan ditinggalkan.

6 dari 6 halaman

Fukushima, Jepang

Fukushima, Jepang

Tragedi bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, akibat gempa yang terjadi pada Senin 5 Desember 2011. Akibatnya, kebocoran tersebut, air radioaktif dari pabrik tersebut kemungkinan mengalir ke laut. Hal itu juga memicu kekhawatiran krisis nuklir.

Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator dari reaktor tersebut menyatakan bahwa sekitar 45 ton air yang terkontaminasi dengan zat radioaktif cesium dan yodium cenderung mengalir ke laut dari sistem selokan yang juga terkontaminasi dari unit kondensasi.

Air yang bocor tersebut mengandung radioaktif caesium 134 sekitar 16.000 becquerels per liter dan cesium 137 sekitar 29.000 becquerels, yang melebihi batas keselamatan oleh pemerintah.

Media lokal melaporkan, air yang terkontaminasi juga mungkin mengandung zat-zat radioaktif lain seperti strontium, diketahui dapat menyebabkan kanker tulang pada manusia.

Air yang terkontaminasi itu bocor dari unit desalinasi melalui celah di dinding beton ke selokan. Selokan itu menghubungkan pipa saluran air yang mengalir bebas ke Samudera Pasifik. Air yang terkontaminasi juga merupakan sisa bocoran dari unit desalinasi hasil pompaan dari bangunan.

Kantong-kantong pasir akan digunakan sebagai sarana darurat untuk mencegah kebocoran lebih lanjut dari unit tersebut, tetapi itu bisa memakan waktu hingga tiga minggu untuk mengetahui jumlah yang tepat dari air radioaktif yang bocor. Tak ada korban jika dalam kebocoran tersebut namun ratusan ribu warga dievakuasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.