Sukses

Mulyadi Irawan, Mantan Direktur yang Bangun Rehabilitasi Narkoba

Mulyadi Irawan (54), seorang mantan direktur dari sebuah hotel ternama yang rela meninggalkan kariernya demi para pencandu narkoba.

Liputan6.com, Semarang - Penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang di Indonesia sudah amat memprihatinkan. Hingga tahun lalu jumlah pengguna narkoba hampir 5 juta orang, di mana 22 persen di antaranya adalah pelajar.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (8/5/2014), tercatat 50 orang tewas setiap hari akibat jeratan narkoba. Dari jumlah tersebut baru sekitar 18 ribu korban atau belum sampai satu persen yang sudah ditangani.

Adalah Mulyadi Irawan (54), seorang mantan direktur dari sebuah hotel ternama yang rela meninggalkan karier mapannya demi mengabdikan hidupnya bagi para pecandu narkoba. Ia juga salah satu kandidat Liputan 6 Award 2014.

Awal dirinya terpanggil mendirikan panti rehabilitasi bagi para pnecandu narkoba karena keponakannya meninggal akibat narkoba 16 tahun silam. Dengan sisa tabungan dan hasil menjual rumah serta mobil, Mulyadi membangun sebuah kompleks Rehabilitasi Rumah Damai di Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah dengan lahan seluas lebih dari satu hektare lengkap dengan fasilitasnya.

Therapist Community adalah metode yang dikembangkannya dengan berbasis rohani. Di mana setiap pencandu diwajibkan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Selain itu, setiap pecandu yang dirawat juga harus menjalani tiga tahap rehabilitasi selama 1 tahun 3 bulan pertama. Tahap pertama adalah tahap penyembuhan. Di sini para pencandu dipulihkan kondisi fisiknya yang rusak akibat narkoba.

Tahap kedua adalah pemulihan selama 6 bulan, yaitu para pencandu dimotivasi dan dibentuk karakternya kembali. Tiga bulan terakhir adalah tahap sosialisasi. Di tahap ini para pecandu diajarkan bersosialisasi agar dapat kembali ke tengah masyarakat.

Pada tahap ini berbagai macam keterampilan diajarkan, mulai dari membuat makanan, kerajinan tangan, hingga budi daya jamur. Bagi para pencandu yang sudah memasuki tahap sosialisasi juga didorong untuk mengelola usaha lewat bisnis. Di sini Mulyadi mengajarkan semangat kebersamaan dan kemandirian kepada anak didiknya.

Setiap pencandu yang dirawat Rumah Damai dikenakan biaya 2,5 juta per bulannya. Namun Mulyadi menerapkan subsidi silang dengan membebaskan biaya bagi pecandu yang tidak mampu.

Berkat perjuangannya, kini banyak alumni Rumah Damai yang sukses mendirikan usaha, mulai dari event organizer, restoran hingga pabrik tas.

Salah satu impian Mulyadi terus berusaha agar generasi muda indonesia terbebas dari narkoba. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.