Sukses

Debit Air Waduk Jatiluhur Menyusut

Ketinggian air di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, turun tiga meter karena kemarau panjang. Pasokan air untuk pertanian di Purwakarta dan empat kabupaten lain akhirnya berkurang.

Liputan6.com, Purwakarta: Karena kemarau, debit air Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat menyusut tiga meter sampai ketinggiannya hanya 99,7 meter. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya pasokan air untuk pertanian di Purwakarta dan empat kabupaten lain di Jawa Barat, yaitu Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Demikian pantauan reporter SCTV dari Purwakarta, baru-baru ini [baca: Petani di Jawa Dihantui Gagal Panen].

Lebih dari 6.000 hektare sawah di 39 kecamatan di Tasikmalaya retak-retak akibat kekurangan air. Tanaman padi yang baru berusia satu hingga dua bulan mulai menguning dan layu. Para petani setempat berharap pemerintah memberi bantuan dengan mendatangkan mesin pompa air agar tanaman padi mereka bisa diselamatkan. Jika terlambat menangani dua bulan pasti terjadi gagal panen.

Petani cabai dan bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Bulukamba, Brebes, Jawa Timur juga resah. Betapa tidak, pompa air yang dibangun Pemerintah Kabupaten Brebes dua tahun silam, macet. Pasokan air ke perkebunan otomatis berkurang. Para petani akhirnya membiarkan tanaman cabai dan bawang merah mengering karena tidak punya ongkos untuk menyewa mesin pompa air.

Sementara para petani di Pemalang, Jawa Tengah tidak seputus asa rekannya di Brebes. Beberapa petani di sana berusaha keras menyelamatkan pertanian mereka yang nyaris gersang. Mereka gotong royong menyewa dua mesin penyedot air seharga Rp 3 juta yang bisa mengairi satu hektare sawah. Warga berharap kekeringan segera berakhir sehingga kegiatan pertanian kembali pulih.

Waduk Pacal juga kondisinya tidak jauh berbeda dari Jatiluhur. Sejumlah daerah di Jawa Timur mengalami paceklik karena debit air Waduk Pacal di Bojonegoro terus susut. Volume air biasanya 23 juta meter kubik kini hanya mencapai 14 juta meter kubik. Petugas waduk sekarang menerapkan pola pembatasan pengairan untuk mengantisipasi masih panjangnya musim kemarau. Meski air dangkal, pemerintah setempat belum berniat mengeruk dasar waduk. Petani diimbau mengubah jenis tanaman dari padi ke palawija seperti jagung dan kacang karena dianggap tidak banyak membutuhkan air.

Madiun yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi dililit masalah serupa. Selain tidak ada air, tanah sawah mulai retak-retak. Sumber air yang biasanya mengalir ke pompa air kering kerontang. Padahal petani rata-rata sudah mulai menanam benih padi. Di Sampang, Madura, petani memanen padinya lebih awal padahal musim panen kedua diperkirakan jatuh pada Agustus mendatang.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini