Sukses

Sesa Buka Toko Organik Pertama di Mal, Jajakan Camilan yang Diklaim Bebas Rasa Bersalah

Mayoritas produk organik masih didominasi barang impor. Perlu lebih banyak permintaan agar harga bisa semakin ditekan, termasuk harga camilan organik.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah membuka supermarket organik pertama di kawasan SCBD, Sesa kini merambah mal untuk mempopulerkan gaya hidup sehat lewat konsumsi produk organik. Grand Indonesia dipilih sebagai lokasi pertama.

"Saya ingin kemana orang pergi, ada produk sehat yang available, sehingga sehat bisa terjadi, karena sehat awal keindahan hidup semua orang," kata Lucky Chan, Father of SESA, dalam sambutan pembukaan toko di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024.

Gerai pertama di mal itu menjadi versi mini dari supermarket yang dibuka sebelumnya yang mengusung konsep Organic On-The -Go. Tersedia lebih dari 2.000 produk organik dijual, termasuk varian camilan dan minuman yang diproduksi baru setiap hari. Dari bakery sampai pastry beraneka bentuk yang lucu membuat mata pengunjung termanjakan.

Tersedia pula pojok minuman yang diracik segera setelah dipesan. Lucky menyatakan seluruh produk yang ditawarkan melewati proses kurasi dari para wellness consultant SESA untuk memastikan standar gizi sesuai kebutuhan masing-masing individu.

"Masih banyak snack, tapi snack guilt free karena no preservatives, tak ada bahan kimia, ingredient-nya juga natural. Ada plant-based milk organik juga," ujarnya.

Menurut Lucky, kesadaran masyarakat Indonesia untuk beralih mengonsumsi produk-produk organik saat ini masih di tahap adaptasi. Namun, ia meyakini proses itu tak akan berlangsung lama karena semakin banyak yang menyadari bahwa kesehatan itu penting.

"Orang nggak mau eating, tapi feeling guilty. Makan tapi ada tapinya," ucapnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Tinggi Masih Jadi Tantangan

Salah satu tantangan utama mempopulerkannya, sambung dia, adalah harga produk organik yang lebih tinggi dibandingkan produk non-organik. Sebagai contoh, satu bungkus roti tawar yang biasanya dijual Rp14--16 ribuan, roti organik bisa dijual hampir 7--8 kali lipat. Tapi, hal itu akan tertangani bila semakin banyak peminatnya.

"Sama aja seperti mobil listrik. Sekarang kan mahal, tapi nanti lama-lama harganya juga akan turun kok," ujarnya.

Di sisi lain, produsen produk-produk organik di Indonesia belum sebanyak di luar negeri. Hal itu tercermin dari komposisi produk yang dijual di tokonya, yakni sekitar 60--70 persen merupakan produk organik impor.

"Orang Indonesia itu awal-awal lihat dari luar dulu. Setelah lihat, baru ngopi (meniru) satu-satu. Ini fase awal, tapi trennya ke sana," ia menjelaskan.

Sesa juga mulai merintis produksi produk organik dengan label sendiri. Variannya beragam, dari kopi hingga beras. Total sekitar 100 varian produk organik dihasilkan. "Produk organik itu susah, makanya enggak ada yang bikin. Susah, saya berkorban untuk orang lain. Tapi karena mimpi, kita kerjakan," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Tren Belanja Produk Organik

 

Dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, penelitian Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2023 yang dirilis pada Januari 2024 mengenai tren konsumsi pangan organik menunjukkan bahwa masyarakat kini tidak hanya belanja makanan organik segar seperti buah dan sayur, tetapi juga merambah produk organik lain, seperti makanan olahan, kosmetik, suplemen kesehatan, perlengkapan kesehatan, bahkan fesyen. Makanan seperti kacang-kacangan (50 persen), teh dan kopi (50 persen), makanan ringan (49 persen), serta mi dan pasta organik (43 persen) merupakan produk organik yang kini banyak diminati.

Memasuki bulan Ramadan, tren belanja masyarakat turut berubah. Berdasarkan survei dari The Trade Desk, 1 dari 3 konsumen Indonesia cenderung berbelanja lebih banyak selama bulan Ramadan dibanding bulan lainnya.

Salah satu anggaran yang meningkat selama Ramadan menurut survei YouGov adalah Food & Beverages (43 persen), diikuti Fashion & Accessories (27 persen), dan Beauty & Personal Care (20 persen).

"Dibuka bertepatan dengan momen Ramadan, SESA Organic Store di Mall Grand Indonesia juga menghadirkan menu makanan dan minuman grab and go organik khusus Ramadan yang dapat menjadi menu pilihan berbuka ataupun sahur yang lebih sehat," kata SESA Chief Operating Officer, Pither Surira.

4 dari 4 halaman

Makanan Sehat Makin Diminati

Beberapa waktu lalu, Ketua tim Pusaka Rasa Nusantara Meilati Batubara mengatakan di luar negeri, tren makanan 2024 yang sedang disukai masyarakat setempat adalah makanan yang lebih sehat atau organik.

"Kalau kita melihat di luar negeri, tren luar itu lebih sehat jadi mereka cari makanan lebih sehat, organik, slow food artinya bukan olahan," jelas Meilati. Cara masak sehat dan dari bahan organik sebenarnya sudah ada dari turun temurun dilakukan dari zaman dahulu di Indonesia sehingga dengan mengikuti tren di luar negeri, artinya kembali ke masa makanan disajikan dengan cara lebih baik dan sehat.

Menurut Meilati, zaman dulu, makanan Indonesia dimasak menggunakan minyak kelapa dan memakai bahan seperti tengkawang untuk menggantikan mentega. "Waktunya kita kembali ke masa lalu yang baik, bahwa ternyata tren dunia di Indonesia sudah ada dari dulu," ucap Meilati.

Sementara, koki selebritas Ragil Imam Wibowo mengatakansejumlah makanan yang akan tren pada 2024 dipicu ketertarikan anak muda mengolah makanan Indonesia hingga hidangan Melayu kopitiam.

"Mereka akan mulai banyak mengolah makanan Indonesia, yang agak lebih umum akan banyak anak muda ubah kopitiam, nasi campur, mi juga berkembang dengan yang klasik," terang Chef Ragil saat ditemui di Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024, dilansir dari Antara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.