Sukses

Turis Dwikebangsaan Spanyol-Brasil Diperkosa Massal di India, Baru 4 Tersangka Ditangkap

Turis Spanyol-Brasil itu menjalani touring ke berbagai negara Asia sebelum tiba di India beberapa bulan lalu. Pemerkosaan massal terjadi saat ia dan suaminya akan menginap di sebuah daerah di tengah perjalanan menuju Nepal.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pemerkosaan massal kembali terjadi di India. Korbannya kali ini adalah turis berkebangsaan ganda, Spanyol-Brasil. Ia mengaku diperkosa oleh tujuh lelaki India saat beristirahat bersama suaminya di tengah perjalanan touring dengan sepeda motor menuju Nepal, Jumat, 1 Maret 2024.

Korbannya, F, bahkan mengumumkan pemerkosaan yang dialaminya lewat unggahan di akun Instagram pribadinya yang kini sudah dihapus. Di unggahan tersebut, turis Spanyol berusia 28 tahun itu menjelaskan ia dan suaminya menginap di Distrik Dumki, negara bagian Jharkhand, timur India, saat mereka diserang.

"Tujuh pria memperkosaku. Mereka memukuli kami dan merampok kami, meski tidak banyak barang (yang diambil) karena yang mereka inginkan adalah memperkosaku," ucapnya dalam bahasa Spanyol, seraya menyebut para pemerkosanya memukulinya dan berusaha membunuh mereka, dikutip dari BBC, Senin (4/3/2024).

Dalam video berbeda, suaminya yang berkebangsaan Spanyol mengatakan, "Mulutku hancur, tapi pasanganku lebih parah. Mereka memukulku dengan helm beberapa kali, dengan batu di kepala. Syukurlah dia mengenakan jaket dan itu sedikit menghentikan pukulannya."

Pasangan itu bepergian ke berbagai negara di Asia dengan sepeda motor mereka sebelum sampai di India beberapa bulan lalu. Mereka sempat mengunjungi Taj Mahal, seperti yang diunggah di akun Instagramnya, dan memuji bangunan bersejarah tersebut.

Setelah kasus viral di berbagai belahan dunia, polisi setempat bergerak. Mereka mengaku telah menahan empat tersangka pemerkosaan, dan sedang mencari tiga lainnya. Sementara, F secara proaktif membagikan foto tersangka pemerkosaan yang belum tertangkap di media sosialnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dibawa ke Pusat Layanan Kesehatan

Sementara itu, Inspektur Polisi Dumka, Pitamber Singh Kherwar, mengatakan kepada wartawan bahwa pasangan tersebut menghentikan sebuah mobil patroli yang membawa mereka ke pusat kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan.

"Pasangan itu berbicara dalam bahasa campuran Inggris dan Spanyol sehingga tim patroli awalnya tidak dapat memahami mereka. Namun mereka tampak terluka sehingga dibawa untuk mendapatkan perawatan," katanya, seraya menambahkan bahwa pasangan tersebut kemudian memberi tahu dokter tentang dugaan pemerkosaan tersebut.

Kedutaan Besar Brasil di India mengatakan kepada BBC bahwa wanita itu bersama suaminya 'menjadi korban serangan kriminal yang serius'. Kedutaan mengatakan telah menghubungi korban dan pihak berwenang setempat serta Kedutaan Besar Spanyol di India.

Kedutaan Besar Brasil di India mengatakan kepada BBC bahwa wanita tersebut dan suaminya "menjadi korban serangan kriminal yang serius". Kedutaan mengatakan telah menghubungi wanita tersebut dan pihak berwenang setempat serta kedutaan Spanyol, karena mereka menggunakan paspor Spanyol untuk memasuki India.

3 dari 4 halaman

Kasus Pemerkosaan Mahasiswi pada 2012

"Kedutaan Besar Spanyol mengatakan bahwa mereka telah menawarkan semua bantuan yang tersedia, termasuk perawatan psikologis, namun para korban menolak tawaran tersebut karena mereka sudah dirawat oleh layanan darurat India," kata pihak Kedutaan Brasil, seraya menambahkan bahwa bantuan tersebut akan terus berlanjut untuk "memantau semua perkembangan".

BBC telah menghubungi Kedutaan Spanyol untuk memberikan komentar. "Kita harus bersatu dalam komitmen kita untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan di mana pun di dunia," tulis Kedutaan Besar Spanyol di India di X (sebelumnya Twitter) pada Minggu, 3 Maret 2024.

Diskusi seputar pemerkosaan dan kejahatan seksual jadi perhatian nasional di India setelah kasus pemerkosaan massal dan pembunuhan seorang mahasiswi India pada 2012. Kasus tersebut memicu protes massa dan desakan perubahan undang-undang tentang pemerkosaan. Namun, puluhan ribu kasus pemerkosaan tetap terjadi setiap tahun dan aktivis menyatakan jalannya India mengatasi isu tersebut masih panjang.

Mengutip AFP, berdasarkan data Biro Catatan Kejahatan Nasional India, hampir 90 perkosaan dilaporkan setiap hari di India pada 2022. Namun, banyak kasus tidak dilaporkan karena stigma pada korban dan kurangnya kepercayaan terhadap penyelidikan polisi, tambahnya.

4 dari 4 halaman

Proses Pidana Kasus Kejahatan Seksual di India Masih Mampet

AFP menyatakan hukuman masih jarang terjadi, karena kasus-kasus tersebut tertahan selama bertahun-tahun dalam sistem peradilan pidana India yang tersumbat.

Mengutip Hindustan Times, Al Jazeera melaporkan kekerasan seksual yang menargetkan perempuan adalah hal biasa di India, dan perempuan dari komunitas suku minoritas menjadi kelompok yang paling berisiko. "Tabu untuk berbicara tentang kejahatan tersebut dan rendahnya tingkat hukuman terhadap tersangka menambah masalah," katanya.

Laporan tersebut juga merujuk pada laporan NCRB yang mencatat 31.516 kasus pemerkosaan pada 2022. "Negara bagian Rajasthan, Uttar Pradesh, dan Madhya Pradesh mencatat jumlah kasus tertinggi," demikian bunyi laporan tersebut.

Di sisi lain, ada masalah perspektif yang mengakar di masyarakat India. Hal itu tercermin dari reaksi yang disampaikan Ketua Komisi Nasional Perempuan India, Rekha Sharma. Ia dikritik setelah menanggapi unggahan seorang jurnalis AS yang menulis bahwa meskipun India adalah salah satu tempat favoritnya, 'tingkat agresi seksual' yang disaksikan saat tinggal di India 'tidak seperti tempat lain yang pernah saya kunjungi'.

"Apakah kamu pernah melaporkan kejadian itu ke polisi?" tulis Ms Sharma. "Jika tidak maka Anda benar-benar orang yang tidak bertanggung jawab. Menulis hanya di media sosial dan mencemarkan nama baik seluruh negara bukanlah pilihan yang baik."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.