Sukses

Setelah PM Thailand, Anggota Parlemen Filipina Kritik Dugaan Monopoli Singapura soal Konser Taylor Swift

Promotor konser Anschutz Entertainment Group diklaim mengatakan bahwa pemerintah Singapura menawarkan hingga 3 juta dolar AS (sekitar Rp4,7 miliar) pada Taylor Swift untuk setiap konser di Negeri Singa selama ia tidak melakukan tur ke negara-negara Asia Tenggara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Usai Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin menuduh Singapura memonopoli konser Taylor Swift, narasi serupa juga disampaikan anggota parlemen Filipina, Joey Salceda. Ia mengecam Negeri Singa atas dugaan kesepakatan eksklusivitas yang mencegah bintang pop berusia 34 tahun itu membawa "Eras Tour" ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

Saat pelantun lagu Bad Blood itu bersiap jadi bintang utama dalam enam pertunjukan yang tiketnya terjual habis di Singapura mulai Sabtu, 2 Maret 2024, Salceda meminta Departemen Luar Negeri Filipina memprotes secara resmi perjanjian yang dilaporkan kubunya dengan Singapura.

"Ini bukanlah tindakan yang dilakukan tetangga yang baik," katanya dalam sebuah pernyataan, menurut The Straits Times, dikutip dari NY Post, Senin (4/3/2024).

Laporan mengenai kesepakatan eksklusivitas muncul setelah Thavisin mengaku, promotor konser Anschutz Entertainment Group mengatakan padanya bahwa pemerintah Singapura menawarkan hingga 3 juta dolar AS (sekitar Rp4,7 miliar) pada Taylor Swift untuk setiap konser di sana selama ia tidak melakukan tur ke negara-negara Asia Tenggara lain.

"Hibah sekitar 3 juta dolar AS diduga diberikan pemerintah Singapura pada AEG untuk menyelenggarakan konser di Singapura. Masalahnya, mereka tidak menyelenggarakannya di tempat lain di wilayah tersebut," kata Salceda, menurut GMA Network.

Anggota Parlemen Filipina itu mencatat bahwa meski konser tersebut meningkatkan perekonomian Singapura, kesepakatan tersebut dilakukan dengan "mengorbankan negara-negara tetangga, yang tidak dapat menarik penonton konser asing dan penggemarnya harus pergi ke Singapura."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengakuan Singapura

Salceda mengatakan, Filipina tidak seharusnya "membiarkan hal-hal seperti ini berlalu begitu saja." Ia menyebut, negaranya harus "secara resmi menyatakan" penolakan terhadap kesepakatan Singapura, yang menurutnya bertentangan dengan nilai-nilai negara ASEAN.

"Negara kita adalah teman baik. Makanya tindakan seperti itu menyakitkan," kata Salceda. Anggota parlemen tersebut mengakui bahwa Filipina seharusnya lebih agresif dalam melakukan usaha terkait konser untuk mendorong aktivitas ekonominya.

Di sisi lain, Dewan Pariwisata Singapura (STB), serta Kementerian Komunitas, Kebudayaan dan Pemuda negara itu (MCCY) mengaku memang memberi hibah untuk membantu membawa tur dunia Swift ke Singapura, lapor CNA, dikutip 21 Februari 2024.

Namun, mereka tidak mengonfirmasi apakah kesepakatan eksklusif telah dicapai untuk mencegah pelantun lagu My Tears Ricochet itu menggelar konser "Eras Tour" di tempat lain di Asia Tenggara, menurut pernyataan pada Selasa, 20 Februari 2024.

Dalam tanggapan bersama, MCCY dan STB juga tidak merinci besaran hibah atau ketentuan yang menyertainya. Mereka mengatakan, MCCY dan Kallang Alive Sport Management telah "bekerja secara langsung" dengan AEG agar Swift dapat tampil di Singapore National Stadium.

3 dari 4 halaman

1 dari 2 Pemberhentian di Asia

MCCY dan STB mengaku "menyadari akan ada permintaan yang signifikan" dari penggemar lokal dan regional dari show tersebut. "STB juga mendukung acara tersebut melalui dana hibah," imbuh mereka

Kallang Alive Sport Management, entitas yang dimiliki sepenuhnya oleh MCCY, mengelola Singapore Sports Hub yang merupakan lokasi Singapore National Stadium. Lebih dari 300 ribu tiket telah terjual, dengan sejumlah besar penggemar Taylor Swift datang dari negara lain, kata MCCY dan STB.

Kedua pihak berkata, "Kemungkinan besar, ini (konser Taylor Swift) akan bermanfaat secara signifikan bagi perekonomian Singapura, terutama pada aktivitas pariwisata, seperti perhotelan, retail, perjalanan, dan kuliner, seperti yang terjadi di kota-kota lain di mana Taylor Swift pernah tampil."

Singapura adalah satu dari dua perhentian di Asia untuk tur dunia Swift, setelah menuntaskan empat jadwal konser di Tokyo, awal bulan lalu.  "Eras Tour" Switft adalah konser pertama melampaui angka 1 miliar dolar AS tahun lalu, menghasilkan 1,04 miliar dolar AS dengan 4,35 juta tiket terjual dalam 60 tanggal tur.

4 dari 4 halaman

Konser Taylor Swift di Singapura

Taylor Swift telah menambahkan tanggal tambahan, dengan lebih dari 150 pertunjukan dijadwalkan berlangsung hingga akhir tahun 2024. Konsernya menyebabkan ledakan ekonomi di mana pun pertunjukan itu berlangsung, termasuk naiknya pesanan kamar hotel di kota-kota di seluruh dunia menjelang setiap pertunjukan yang tiketnya terjual habis.

Di Singapura, tiket pertunjukannya terjual dengan cepat, bahkan sempat disebut sebagai "perang besar." Bank lokal UOB, yang nasabahnya memiliki akses ke pra-penjualan tiket konser, mengatakan bank tersebut melihat adanya lonjakan volume pengajuan kartu di seluruh Asia Tenggara.

Setidaknya satu juta orang bergabung dalam antrian virtual untuk mencoba peruntungan di situs Ticketmaster selama pra-penjualan, dan beberapa merasa frustrasi setelah gagal mengamankan tiket. Terkait penjualan tiket secara umum, beberapa penggemar dilaporkan mulai mengantre di luar gerai SingPost lebih dari 24 jam sebelumnya.

Setelah Singapura pada 2, 3, 4, 7, 8, dan 9 March 2024, konser Swuft berikutnya akan berlangsung di Paris pada 9 Mei 2024, disusul destinasi Eropa lain, seperti London, Amsterdam, Milan, Munich, dan Wina.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini