Sukses

Maladewa Diboikot Turis India Gara-Gara Pejabat Ejek Foto PM Narendra Modi Liburan di Pantai

Tiga pejabat Maladewa langsung diskors gara-gara meninggalkan komentar negatif di unggahan foto PM India Narendra Modi yang sedang berlibur di pantai.

Liputan6.com, Jakarta - Maladewa alias Maldives terancam diboikot India gara-gara tiga pejabat Maladewa meninggalkan komentar negatif di unggahan foto Perdana Menteri Narendra Modi yang berlibur di pantai. Dalam unggahan tersebut, Modi terlihat mengenakan jaket pelampung berjalan di tepi pantai dan mencoba snorkeling di Lakshadweep, rangkaian pulau di India selatan, Laut Laccadive, lepas Pantai Kerala.

Modi menuliskan, "Bagi mereka yang mendambakan petualangan, Lakshadweep harus ada di dalam daftar. Selama saya tinggal, saya juga mencoba snorkeling, sungguh sebuah pengalaman yang menggembirakan!"

Unggahan itu menarik perhatian tiga pejabat Maladewa yang merupakan negara tetangga India. Melansir CNN, Rabu (10/1/2024), mereka menyebut Modi sebagai 'badut', 'teroris', dan 'boneka Israel', menurut Reuteurs. Pemerintah Maladewa langsung bertindak cepat menanggapi tindakan itu dengan menskors tiga pejabat terkait, yakni wakil menteri di Kementerian Ketenagakerjaan Muda, Informasi, dan Seni.

Selain itu, pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi seperti diterima tim Lifestyle Liputan6.com pada Senin, 8 Januari 2024. Berikut bunyinya,

"Pemerintah Maladewa menyadari adanya komentar yang menghina di platform media sosial terhadap para pemimpin asing dan individu berpangkat tinggi. Pendapat ini bersifat pribadi dan tidak mewakili pandangan Pemerintah Maladewa. 

Pemerintah percaya bahwa kebebasan berekspresi harus dilaksanakan dengan cara yang demokratis dan bertanggung jawab, dan dengan cara yang tidak menyebarkan kebencian, hal-hal negatif, dan menghambat hubungan erat antara Maladewa dan mitra internasionalnya. 

Selain itu, otoritas Pemerintah terkait tidak akan ragu untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang melontarkan pernyataan yang menghina tersebut."

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Seruan Boikot Maladewa

Komentar negatif tiga pejabat Maladewa itu memantik seruan boikot dari masyarakat dan selebritas India. Mereka menyerukan agar tidak perlu berlibur ke Maladewa. Tagar Boycott Maldives pun viral di media sosial.

Salah satu yang menyerukan boikot adalah bintang Bollywood Akshay Kumar. Ia menuduh komentar pejabat Maladewa itu 'penuh kebencian dan rasis'.

"Kami baik terhadap tetangga kami, tapi mengapa kami harus menoleransi kebencian yang tidak beralasan seperti itu? Saya telah mengunjungi Maladewa berkali-kali dan selalu memujinya, tapi yang utama adalah martabat. Mari kita putuskan untuk #ExploreIndianIslands dan mendukung pariwisata kita sendiri," ucapnya.

Sikap serupa juga ditunjukkan oleh laman travel online EaseMyTrip pada Senin, 8 Januari 2024, yang menghentikan sementara layanan penerbangan ke Maladewa. "Sebagai solidaritas pada negara kami, @EaseMyTrip menangguhkan semua pemesanan penerbangan ke Maladewa," tulis Nishant Pitti, CEO dan co-founder situs itu di X.

Konfederasi Seluruh Pedagang India, salah satu badan perdagangan terbesar di negara itu, juga meminta anggotanya untuk menangguhkan bisnis dengan Maladewa.

"Sampai Maladewa mengajukan permintaan maaf atau memastikan langkah-langkah perbaikan, komunitas perdagangan di India akan menahan diri untuk tidak melakukan bisnis dengan mereka,"kata Praveen Khandelwal, Sekretaris Jenderal kelompok tersebut, yang mewakili ribuan pedagang dan asosiasi perdagangan di India.

3 dari 4 halaman

Kontributor Terbesar Maladewa di Sektor Pariwisata

Turis India merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar Maladewa di sektor pariwisata. Menurut laman pariwisata Maldives, India menempati posisi pertama asal wisman yang paling banyak mengunjungi Maladewa pada 2023.

Turis India melakukan perjalanan lebih dari 209 ribu kali ke Maladewa pada 2023, mencakup 11 persen pangsa pasar mereka berdasarkan rilis statistik pada pekan lalu. Jumlahnya hampir sama dengan turis Rusia dan China tak jauh di belakangnya, mencapai 187.118 kunjungan atau 10 persen dari total angka kunjungan wisman.

Insiden itu mencuat di waktu sensitif, yakni saat Presiden Maladewa Mohamed Muizzu sedang melawat ke China selama lima hari yang menandai kunjungan pertamanya setelah memenangkan Pilpres pada Oktober 2023. Muizzu dikenal pro Tiongkok dan sempat berjanji mengakhiri kebijakan pendahulunya yang 'mengutamakan India' di wilayah di mana New Delhi dan Beijing bersaing untuk mendapatkan pengaruh.

Selama kunjungannya, ia bertemu dengan para pejabat Tiongkok dan diharapkan menandatangani “perjanjian penting untuk meningkatkan perdagangan, profesional, dan pembangunan sosial ekonomi,” menurut pernyataan pemerintah. Meski Muizzu ingin mempererat hubungan dengan Beijing, negara kepulauan kecil di Samudra Hindia yang dihuni sekitar setengah juta orang itu tidak mampu mengasingkan tetangga terdekatnya.

 

4 dari 4 halaman

Pandangan Pengamat

Dalam unggahan di X, Menteri Luar Negeri Maladewa Moosa Zameer menyebut pernyataan para pejabat tersebut “tidak dapat diterima,” dan menambahkan bahwa negara kepulauan tersebut berkomitmen untuk “membina dialog yang positif dan konstruktif dengan mitra kami.”

Sebuah sumber mengatakan kepada CNN pada Senin bahwa Komisi Tinggi India di Maladewa 'telah menyampaikan dan menyatakan keprihatinannya' kepada Kementerian Luar Negeri Maladewa. Michael Kugelman, Direktur South Asia Institute di Wilson Center di Washington, mengatakan tindakan cepat pemerintah Maladewa yang memberhentikan para pejabat dan mengecam komentar mereka menunjukkan betapa mereka menghargai hubungan India.

"Perselisihan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini menunjukkan bahwa akan ada beberapa tantangan ke depan, namun saya berpendapat bahwa pada akhirnya kepemimpinan baru di Maladewa tidak ingin mengambil risiko kehilangan hubungannya dengan India," katanya.

"Saya berpendapat bahwa pemerintah Maladewa ingin menyeimbangkan hubungannya dengan India dan Tiongkok."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini