Sukses

Jepang Gelar SpoGomi World Cup, Kompetisi Memungut Sampah Terbanyak Selama 1 Jam

Dalam SpoGomi World Cup di Jepang, masing-masing tim yang terdiri dari tiga orang diberi waktu 1 jam untuk mengumpulkan sampah sebanyak mungkin, dengan 20 menit di setiap sesi untuk memilah jenis sampah.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu, 23 November 2023, Jepang menyelenggarakan "SpoGomi World Cup", kejuaraan dunia pertama dalam misi pengumpulan sampah, seperti dilaporkan AFP. Nama acara ini menggabungkan kata "olahraga" dan "gomi," yang berarti sampah dalam bahasa Jepang.

Dilansir dari NY Post pada 24 November 2023, dalam kompetisi ini, tim terdiri dari tiga anggota dari 21 negara berpartisipasi di kota Tokyo di area yang ditentukan. Mereka berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin sampah dalam waktu satu jam.

Inggris mencatat sejarah dengan membawa pulang gelar juara pertama setelah mendapatkan 9.046,1 poin dengan mengumpulkan 126,2 pon, atau sekitar 57,2 kilogram sampah.

"Meskipun mungkin ada tim lain yang lebih ramah lingkungan, (namun) kurang berolahraga, kami menyadari pentingnya membersihkan lautan dan mengurangi sampah," kata kapten tim Inggris, Sarah Parry, setelah menerima piala itu.

Secara keseluruhan, semua tim berhasil mengumpulkan 547 kilogram sampah dan diberi poin berdasarkan jenis sampah yang berhasil mereka kumpulkan. Penting dicatat bahwa tim tidak diizinkan mengumpulkan sampah dari properti pribadi.

Setelah setiap sesi pengumpulan sampah, mereka memiliki waktu 20 menit untuk memilah sampah ke dalam berbagai kategori, termasuk botol plastik yang dapat didaur ulang, sampah yang dapat dibakar, kaleng logam, puntung rokok, dan berbagai jenis bahan sampah lainnya.

Tim tuan rumah acara ini merasa frustrasi karena tidak dapat menyapu bersih kompetisi mereka. "Ini membuat kami frustrasi karena kami berharap untuk memenangkan acara ini," ujar Tomoe Takahashi, salah satu anggota tim Jepang. "Namun, saya berharap bahwa lebih banyak orang di seluruh dunia akan tertarik pada isu lingkungan hidup."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berharap Jadi Selevel Olimpiade

Meskipun Jepang belum mencapai tingkat kesiapan yang diinginkan, kejuaraan kedua ini dijadwalkan akan diselenggarakan di Tokyo pada 2025. Sebelum SpoGomi World Cup dicanangkan, pendiri acara ini, Kenichi Mamitsuka, terinspirasi saat ia mengumpulkan sampah selama lari pagi. Ia menyadari bahwa dengan menetapkan tujuan untuk dirinya sendiri, ia dapat membuat pengalaman tersebut menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

Dia menyampaikan kepada AFP, "Jika Anda membentuk asosiasi SpoGomi tingkat nasional, harapan saya adalah acara ini dapat menjadi suatu bentuk demonstrasi yang sebanding dengan Olimpiade."

Dari dalam negeri, Pandawara Group telah menjejakkan kaki mereka di Denmark untuk studi banding guna belajar lebih dalam mengenai lingkungan. Kelompok pemerhati lingkungan asal Bandung ini telah membagikan video kedatangan mereka pada Sabtu, 19 November 2023.

Rekaman singkat itu mengabadikan kelima anggota Pandawara, yakni Ikhsan, Gilang, Rifqi, Rafly, dan Agung keluar dari bandara sembari mendorong koper mereka masing-masing. Mereka juga naik kereta dan berjalan-jalan di sekitar ibu kota Denmark, Copenhagen.

"Kira-kira ada apa ya Pandawara ke negara terbersih di dunia?," bunyi keterangan singkat dalam unggahan video tersebut.

3 dari 4 halaman

Pandawara Group Belajar Pengolahan Sampah ke Denmark

Pada Senin, 20 November 2023, mereka kembali membagikan unggahan kegiatan di hari pertama studi banding. "Day 1, belajar circular economy dan waste management di Denmark," bunyi keterangan klip.

Dalam video yang diunggah di Instagram Story, Pandawara tengah mendengar dengan saksama penjelasan dari staf terkait pengolahan sampah. Mereka juga mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika berada di dalam pabrik. Setelah berkeliling, mereka duduk bersama dan berdiskusi.

Kelompok yang dikenal dengan aksi bersih-bersih sampah di sungai hingga pantai ini diundang langsung oleh Kedutaan Besar Indonesia di Denmark. Kabar studi banding ini pertama diungkap mereka dalam bincang daring bersama TikTok, Rabu, 8 November 2023.

"Ada perjalanan baru dari Pandawara untuk melakukan suatu hal yang baru di tahun ini. Alhamdulillah kita menerima undangan untuk belajar lagi, studi banding mengenai bagaimana perjalanan Denmark menjaga lingkungan mereka hingga mengelola sampah," kata Ikhsan dalam bincang tersebut.

Ikhsan menambahkan bahwa ilmu yang mereka petik lewat belajar dari cara Denmark menjaga lingkungan nantinya akan diimplementasikan di Indonesia. Anggota lainnya, Gilang, mengungkap bahwa mereka berlima akan bertolak ke negara di semenanjung Jutlandia tersebut pada pekan kedua November 2023.

4 dari 4 halaman

Perjalanan Baru

"Denmark (merupakan) salah satu negara yang pengelolaan sampahnya terbaik. Ini kesempatan besar bagi Pandawara untuk bisa terus belajar tata kelola lingkungan hidup Denmark, mulai dari sungai dan pantai. Kita juga akan mengunjungi beberapa tempat daur ulang sampah dan TPA di sana," terangnya.

Dikatakan Gilang, mereka ingin menerapkan segala ilmu yang didapatkan di Denmark nanti ke Indonesia. "Seiring berjalannya waktu, belajar dengan yang ahli, step by step mengubah dari skala kecil," ungkap Gilang.

"Kita dapat ilmu di negara orang tidak sesederhana apa yang kita pikirkan, karena kultur orangnya berbeda, kita harus sesuaikan dahulu," tambah Gilang.

Pandawara akan studi banding selama sekitar 18 hari di Denmark. Mereka rencananya menyambangi dua kota, yakni Copenhagen dan Odense.

"Persiapan kita menimba ilmu ke sana ... kita lebih ke apa saja yang nantinya bisa kita dapatkan, materi apa yang harus kita cari di sana. Seenggaknya kita menyiapkan pikiran dan mental karena pengalaman baru bagi kita mungkin ada beberapa hal yang tidak terduga. Minta doanya saja," ungkap Ikhsan.

Sementara, Denmark telah secara aktif berupaya jadi lebih sadar lingkungan. Dikutip dari World Population Review, para peneliti di Yale University dan Columbia University berkolaborasi dengan World Economic Forum (WEF) telah mengukur kebersihan dan keramahan lingkungan di 180 negara di dunia dengan menciptakan Indeks Kinerja Lingkungan (EPI).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini