Sukses

Met Gala 2024 Bakal Angkat Tema Sleeping Beauties: Reawakening Fashion, Apa Artinya?

Tema Met Gala 2024, "leeping Beauties: Reawakening Fashion," disebut lebih kompleks dibanding perhelatan beberapa tahun sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - The Metropolitan Museum of Art's Costume Institute telah mengungkap detail pameran tahun depan, termasuk tema Met Gala 2024 bertajuk "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion." Tema itu disebut lebih kompleks dibanding perhelatan beberapa tahun sebelumnya.

Tahun lalu, mengutip CNN, Kamis (9/11/2023), pihaknya memilih tema agak kontroversial dengan menggali arsip karier mendiang desainer legendaris Karl Lagerfeld. Pelaksanaannya juga sempat mengusung sisi glamor dari Zaman Emas dan fesyen Amerika secara umum.

Tema Met Gala tahun depan disebut mereferensi sejarah mode, alam, teknologi, dan indra. "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" akan dipresentasikan di Costume Institute, New York mulai 10 Mei hingga 2 September 2024.

Dalam interpretasinya, pameran itu akan memperlihatkan "mahakarya" langka dari arsip Institut untuk dinikmati pengunjung museum dengan cara baru dan imajinatif. Dibantu teknologi, termasuk augmented reality, kecerdasan buatan, sinar-X, animasi, dan soundscapes, instalasi ini akan menata ulang "bau, suara, tekstur dan gerakan" dari pakaian kontemporer yang bersejarah nan ikonis.

Di antara barang-barang yang dipamerkan adalah gaun pesta akhir abad ke-19 dari House of Worth, gaun malam era Perang Dunia II oleh Madeleine Vionnet, serta barang-barang arsip Elsa Schiaparelli, Christian Dior, dan Alexander McQueen.

"Ketika sebuah item pakaian masuk ke dalam koleksi kami, statusnya berubah dan tidak dapat ditarik kembali. Apa yang dulunya merupakan bagian penting dari pengalaman hidup seseorang, kini jadi 'karya seni' yang tidak dapat lagi dipakai atau didengar, disentuh, atau dicium," kata kurator The Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute, Andrew Bolton.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tema Lebih Kompleks

Bolton menyambung, "Dengan menarik indra manusia seluas-luasnya, pameran ini bertujuan menghubungkan kembali karya-karya yang dipamerkan, sebagaimana aslinya, dengan semangat, dinamisme, dan pada akhirnya kehidupan."

"Semua karya dalam pameran akan disatukan melalui hubungannya dengan alam, mengeksplorasi kelahiran kembali dan pembaruan," menurut rilis tersebut.

Ruang galeri akan diubah jadi serupa sulaman bunga dan serangga era Elizabeth di satu dinding. Sementara, lantai ruangan lain akan jadi "hidup" dengan animasi ular yang terinspirasi garis leher rok berpayet awal abad ke-20.

Pakaian yang terlalu rapuh untuk dikenakan pada manekin akan ditampilkan sebagai "Sleeping Beauties," yang muncul dalam layar kaca seperti peti mati dengan mikroskop yang tersedia untuk mengamati kerusakannya dari dekat, menurut Institut.

Dalam kasus tersebut, teknik proyeksi ilusi yang dikenal sebagai "pepper's ghost," yang sering digunakan dalam teater, akan menunjukkan seperti apa mode tersebut pada masa puncaknya pada penonton. 

3 dari 4 halaman

Menanti Tafsir Para Selebritas

Jadi, bagaimana para selebritas akan menafsirkan tema lebih abstrak itu di karpet merah Met Gala, terutama yang berfokus pada pakaian yang tidak lagi dapat dikenakan? Para tamu mungkin mengambil inspirasi dari gaun-gaun bersejarah dan menafsirkannya kembali dengan cara baru.

Beberapa orang diperkirakan akan bersandar pada teknologi. Layaknya gaun Marchesa karya Karolina Kurkova pada 2016, misalnya, yang menampilkan pencahayaan LED dalam merespons unggahan media sosial. Ada juga gagasan transformasi, seperti gaun dramatis Blake Lively yang terinspirasi Patung Liberty pada 2022.

Apapun yang terjadi, jika para selebritas benar-benar menelusuri arsip-arsip untuk membawa kembali "putri yang tertidur" ke dalam fesyen, mereka diharapkan memperlakukannya dengan hati-hati seperti halnya semangat pameran.​

Sebelumnya sempat ada kontroversi terkait tema Met Gala 2023, di mana desainer Karl Lagerfeld jadi inspirasinya, sebagaimana telah disinggung. Hal itu lantaran rekam jejak Lagerfeld pernah memicu sejumlah komentar pro kontra. 

4 dari 4 halaman

Komentar Buruk Karl Lagerfeld Sebagai Fatphobia

Mengutip kanal Global Lliputan6.com, selama 65 tahun berkarya di industri fesyen, Karl Lagerfeld telah bekerja dengan merek mode, seperti Chanel, Fendi, dan Chloe. Selama itu, reputasinya tidak selalu baik.

Terlepas dari kesuksesan menciptakan gelombang perubahan arah mode dengan desain inovatif dan teaternya yang berkembang, pendapat Lagerfeld yang kurang bagus tentang isu-isu yang mencakup pelecehan seksual, ras, dan ukuran tubuh telah menodai citranya.

Ia pernah blak-blakan berkomentar tentang keyakinannya bahwa model merupakan contoh sampel ukuran. "Tidak ada yang mau melihat perempuan berlekuk (tubuh)," kata Lagerfeld pada Focus tahun 2009.

Lagerfeld juga menjuluki supermodel Heidi Klum "terlalu berat" dan mengatakan bahwa penyanyi Adele "agak terlalu gemuk." Ia membela obsesi fesyen terhadap perempuan kurus, menyebut bahwa kegemukan sangat "berbahaya dan sangat buruk bagi kesehatan."

Saat ditanya tentang kewajiban Chanel mewakili "model yang sedikit lebih sehat," sebagai lawan dari "model yang sangat kurus", Lagerfeld menepis pertanyaan itu dan melabelinya sebagai "membosankan dan konyol" sebelum menggembar-gemborkan mengenai bahaya obesitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini