Sukses

Hong Kong Iming-imingi Warganya Subsidi Rp40 Juta agar Mau Punya Anak

Meski terkesan besar, subsidi biaya Rp40 juta yang ditawarkan pemerintah Hong Kong itu dinilai tidak terlalu membantu.

Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong akan membayar lebih dari 2.500 dolar AS atau sekitar Rp40 juta kepada orangtua baru untuk memiliki anak dalam upaya meningkatkan angka kelahiran yang kian menurun. Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee Ka-chiu mengumumkan langkah tersebut dalam pidato kebijakan tahunannya pada Rabu, 25 Oktober 2023.

Ia mengatakan akan memberikan subsidi sebesar 20.000 dolar Hong Kong yang akan diberikan kepada orangtua dari setiap bayi yang lahir mulai saat ini, hingga 2026. Hal tersebut dilakukan untuk menambah kelahiran di kota tersebut.

Angka kelahiran di kota tersebut terus menurun, yang telah mencapai rekor terendah, yaitu 0,9 kelahiran per perempuan, jauh di bawah angka 2,1 yang dibutuhkan untuk menjamin stabilnya populasi. "Melahirkan anak adalah keputusan besar dalam hidup yang melibatkan banyak pertimbangan," ungkap Lee saat ia mengungkapkan serangkaian intervensi keuangan.

Meskipun bantuan ini tampak murah hati, angkanya masih jauh dari insentif yang ditawarkan di negara-negara lain di Asia Timur yang juga berjuang dengan tingkat kelahiran yang rendah. Dilansir dari CNN, Kamis, 26 Agustus 2023, banyak penduduk di kota yang terkenal dengan biaya hidupnya yang tinggi ini mengatakan bahwa jumlah tersebut bahkan tidak cukup untuk membayar sewa tempat tinggal untuk sebulan.

Bantuan ini merupakan tambahan dari insentif pajak yang sudah ada bagi orangtua baru, yang menerima potongan pajak tahunan untuk setiap anak, dan potongan tambahan untuk bayi baru lahir. Pemerintah Hong Kong juga berencana memangkas bea materai pembelian rumah dari 15 persen menjadi 7,5 persen. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Insentif Kelahiran di Asia Timur

Singapura, dengan tingkat kelahiran 1,05, memberikan bantuan kelahiran sebesar 8.036 dolar AS atau sekitar Rp127 juta, untuk kelahiran anak pertama dan kedua. Untuk anak ketiga, negara tersebut memberikan bantuan sebesar 9,497 dolar AS atau sekitar Rp151 juta, serta cuti melahirkan selama empat minggu, dan 16 minggu untuk kehamilan, cuti merawat bayi yang tidak dibayar, dan keringanan pajak untuk ibu yang bekerja.

Korea Selatan, dengan tingkat kelahiran 0,78, memberikan bantuan sekitar 518 dolar AS atau sekitar Rp8,2 juta per bulan sampai anak tersebut berusia satu tahun. Angka tersebut dikabarkan akan meningkat menjadi 740 dolar AS atau sekitar Rp11,7 juta pada tahun depan.

Jepang, dengan tingkat kelahiran 1,3, memberikan bantuan sebesar 107 dolar AS atau sekitar Rp1,7 juta untuk setiap bayi yang baru lahir hingga usia dua tahun. Untuk anak yang berusia tiga tahun dan sekolah menengah atas, orangtua mendapatkan subsidi 66,7 dolar AS atau sekitar Rp1 juta per bulannya.

3 dari 5 halaman

Bantuan Pemerintah Tidak cukup

Sebagian besar orangtua mengatakan kepada CNN, bahwa mereka merasa kebijakan baru tersebut tidak akan cukup untuk mendorong para orangtua untuk memiliki lebih banyak anak, mengingat tingginya biaya hidup di kota tersebut yang sering menduduki peringkat sebagai salah satu tempat termahal di Asia.

"Ini bahkan tidak dapat menutupi cicilan rumah saya selama satu bulan, serta tagihan gas dan listrik," ungkap Ken Lau, ayah dari satu anak yang sedang mempertimbangkan untuk memiliki anak kedua, tak lama setelah tindakan tersebut diumumkan.

"Bagaimana kalau satu donasi per tahun?" kata Kristy Chan, seorang ibu dengan satu anak perempuan yang mengatakan bahwa langkah tersebut tidak akan mengubah pikirannya untuk memiliki anak kedua.

Menurut Midland Realty, sebuah agen real estate di Hong Kong, rata-rata sewa bulanan untuk sebuah flat seluas 500 kaki persegi dengan dua kamar tidur di kota tersebut adalah sekitar 2,253 dollar AS atau sekitar Rp35,8 juta pada tahun ini, yang akan menghabiskan lebih dari 90 persen uang pemerintah yang akan dibagikan.

4 dari 5 halaman

Biaya Hidup yang Mahal

Dengan harga rumah yang termasuk termahal di dunia, suku bunga yang tinggi, dan meningkatnya biaya hidup untuk produk-produk seperti susu formula dan popok bayi, banyak pasangan merasa terlalu terbebani untuk memikirkan memiliki bayi. "Bagi mereka yang tahu cara menghitung, mereka tahu ini tidak berhasil," kata Lau.

Seorang ibu rumah tangga, Kim Yeung, yang telah memutuskan untuk tidak memiliki anak kedua, ia mengatakan bantuan tersebut akan menutupi sekitar tiga bulan biaya penitipan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun, berdasarkan biaya rata-rata sebesar 766 dolar AS atau sekitar Rp12,1 juta. Perawatan anak terbaik bahkan bisa menghabiskan biaya lebih dari dua kali lipatnya, tambahnya.

Hong Kong menyubsidi pendidikan dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, namun sekolah satu atau dua tahun sebelum taman kanak-kanak, biasanya tidak ditanggung.

Di Hong Kong dan kota-kota lain di China, merupakan hal yang lumrah untuk menyewa pengasuh anak (atau "pui yuet") pada bulan pertama melahirkan, untuk memasak makanan dan melakukan pekerjaan rumah sementara ibu yang baru melahirkan sedang dalam masa pemulihan setelah melahirkan. Sekali lagi, bantuan pemerintah tersebut tidak akan banyak membantu.

"Menyewa pengasuh anak akan menghabiskan biaya keseluruhan sebesar 2.556 dolar AS (sekitar Rp40,6 juta)," kata Yeung.

5 dari 5 halaman

Kesulitan Jangka Panjang

Profesor Paul Yip Siu-fai, yang mempelajari kesehatan masyarakat di Universitas Hong Kong, mengatakan pemberian uang tunai satu kali saja, tidak akan cukup untuk mengatasi masalah keuangan jangka panjang orang tua.

"Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melahirkan anak, yaitu bagian sebenarnya dari melahirkan, kemudian membesarkannya, dan kemudian mendidiknya," ujarnya.

Dia mengatakan Hong Kong perlu berbuat lebih banyak untuk membantu orang tua dalam dua tahap kedua tersebut, seperti mendorong lingkungan kantor yang ramah orang tua. Misalnya,  dengan menawarkan pola shift kerja yang fleksibel.

"Melahirkan seharusnya bukan urusan orang tua saja. Ini harus menjadi tanggung jawab masyarakat," kata Yip.

Sze Lai-shan, wakil direktur Society for Community Organization, sebuah LSM yang melayani masyarakat termiskin di kota tersebut, mengatakan banyak masyarakat berpenghasilan rendah menghadapi pilihan yang sulit. Mereka tidak mampu membiayai perawatan anak, tetapi juga tidak mampu mengambil cuti kerja untuk menjaga anak mereka.

Pemerintah Hong Kong juga berjanji untuk mempercepat akses terhadap perumahan umum bagi keluarga yang memiliki anak, dan meningkatkan kapasitas layanan penitipan anak umum, meskipun Sze mengatakan hal ini tidak cukup. Dia meminta pemerintah untuk memberikan tunjangan perumahan serta subsidi untuk taman kanak-kanak agar layanan penitipan anak saat siang hari lebih mudah diakses.

Lau, ayah satu anak, setuju dan mendesak pemerintah juga untuk memperpanjang cuti ayah dan melahirkan.

"Bagi yang mau melahirkan, mereka tidak akan melakukannya karena uang 20.000 dollar Hong Kong (sekitar Rp40 juta). Dan bagi mereka yang melihat kondisi keuangan sebagai hambatan, mereka tidak akan berubah pikiran hanya karena 20.000 dollar Hong Kong (sekitar Rp40 juta)" katanya.

"Pemerintah harus memikirkan cara meyakinkan (kita) bahwa Hong Kong kondusif untuk membesarkan anak," kata Lau.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini