Sukses

Panduan Buat Pupuk Kompos bagi Pemula, Manfaatkan Sampah Organik untuk Menutrisi Tanaman

Kompos merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan sampah organik, yang juga bermanfaat untuk menutrisi tanaman.

Liputan6.com, Jakarta - Pupuk kompos adalah senjata rahasia bagi para penggemar berkebun, pengomposan dapat mengurangi sampah limbah makanan dan menjadikannya bermanfaat untuk menutrisi tanaman. Dilansir dari Martha Stewart, Minggu, 22 Oktober 2023, untuk membuat kompos yang perlu dilakukan hanyalah mengumpulkan bahan organik seperti sisa makanan, dedaunan, potongan rumput, dan ampas kopi. Lalu, membiarkannya terurai dengan bantuan air, oksigen, dan organisme seperti cacing dan jamur. 

Proses ini memecah bahan-bahan yang dapat terurai secara hayati untuk menghasilkan pupuk kompos yang kaya akan kelembapan dan nutrisi, yang kemudian dapat diberikan kepada tanaman. Pengomposan merupakan salah satu cara yang mudah dan tidak membutuhkan banyak biaya untuk mengubah sampah organik menjadi sesuatu yang lebih berguna, sehingga mengurangi produksi sampah organik yang berakhir di TPA.  

Keberhasilan dalam proses pengomposan juga dipengaruhi oleh kombinasi bahan "hijau" dan "cokelat" yang tepat. Sampah organik berwarna cokelat kaya akan karbon dan warna hijau merupakan bahan yang kaya akan nitrogen. 

"Sampah organik cokelat biasanya terdiri dari bahan-bahan kering seperti serasah daun, sobekan kertas atau karton, serbuk gergaji. Sampah organik hijau biasanya terdiri dari sisa makanan, bubuk kopi segar, atau rumput segar yang dipotong," ungkap Java Bradley pemilik Java's Compost. "Umumnya, Anda memerlukan satu unit warna cokelat untuk setiap unit warna hijau," tambahnya.

Selain bahan organik hijau dan coklat, kompos membutuhkan udara dan air. "Mikroorganisme aerobik yang mengubah sisa makanan dan kebun menjadi kompos membutuhkan oksigen untuk mendukung kehidupan mereka," jelas  Erik Stefferud yang merupakan manajer tanah dan kompos di Longwood Gardens. "Mereka mendapatkannya dari udara yang mengalir melalui tumpukan kompos."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cara Membuat Kompos

Kelembapan juga merupakan komponen yang penting dari kompos. Meskipun secara alami kelembapan ada pada sampah makanan, namun penambahan air juga dibutuhkan.

"Jika terlalu banyak air, kondisi anaerobik akan terjadi," kata Stefferud. "Tetapi terlalu sedikit air akan memperlambat laju dekomposisi," tambahnya.

Sebelum memulai proses pengomposan, taruhlah wadah kompos di tempat yang tidak terlalu panas, ataupun terlalu lembap, karena sinar matahari yang berlebihan mengharuskan Anda untuk menyiram kompos dengan lebih sering. Sedangkan, tempat yang terlalu teduh akan memperlambat proses pembusukan.

Membuat kompos tidak selalu memerlukan peralatan khusus. Dengan mengikuti beberapa panduan sederhana berikut, dan membuat atau membeli tempat sampah kompos, Anda dapat mulai untuk membuat pupuk kompos.

Cara Membuat Pupuk Kompos:

  1. Kumpulkan bahan-bahan organik yang masih segar dan berwarna hijau dan bahan yang sudah mulai layu dan berwarna cokelat. Lalu, simpan di wadah kompos.
  2. Siram kompos sesuai dengan kebutuhan, tumpukan sampah kompos harus lembap, tetapi tidak sampai menetes.
  3. Pantau tumpukan kompos untuk mengetahui kisaran suhu, umumnya suhu kompos berada di antara 90--150 derajat Fahrenheit (32--65 derajat Celcius). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan mikroba menguraikan bahan organik dengan tepat.
  4. Aduk kompos secara berkala dengan garpu taman ataupun sekop untuk memastikan proses pengomposan merata dan menyediakan oksigen bagi mikroorganisme.
3 dari 4 halaman

Tanda Kompos Sudah Siap Digunakan

Setelah melakukan seluruh proses tahapan pembuatan kompos, Anda juga perlu menyesuaikan sampah organik hijau dan cokelat saat kompos mulai terurai. "Jika suhu mulai turun di bawah ambang batas seharusnya, tambahkan lebih banyak sayuran segar dan balikkan kompos untuk menambah oksigen kembali ke tumpukan kompos," kata Stefferud.

Kemudian ia mengatakan, jika Anda mulai menyadari kompos terlalu basah atau berbau tidak sedap, diharuskan untuk menambahkan sampah yang berwarna cokelat. Dari tahapan awal hingga akhir, biasanya dibutuhkan waktu 3--5 bulan untuk membuat kompos.

"Setelah tidak ada sisa makanan atau sampah organik berwarna hijau yang terlihat, dan tumpukan kompos Anda tidak lagi mengalami kenaikan suhu setelah dicampur, inilah saatnya untuk melakukan proses pengeringan, setidaknya selama empat minggu," kata Stefferud. "Setelah itu, tumpukan kompos diperkirakan akan menyusut hingga sepertiga dari ukuran aslinya."

Setelah kompos siap, kompos akan terlihat berwarna gelap, terasa gembur, dan berukuran kecil seperti tanah segar, di mana sebagian besar atau seluruh bahan organik sudah terurai.

4 dari 4 halaman

Manfaat Kompos

Selain menjadi salah satu cara berkelanjutan untuk menutrisi tanaman, kompos juga memiliki manfaat lainnya, yakni:

1. Meningkatkan Kesehatan Tanah

Bahan organik yang dijadikan kompos berfungsi sebagai makanan bagi jamur, bakteri, dan invertebrata. Saat bahan tersebut dipecah oleh makhluk pengurai tersebut, bahan organik akan melepaskan nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman dan tanah.

2. Mengurangi Erosi Tanah

Selain itu, bahan organik pada kompos membantu retensi udara, yang berarti melindungi tanah dari dampak kekeringan. Pada saat yang sama, kompos juga berperan sebagai spons yang memungkinkannya untuk menyerap udara hampir lima kali lipat dari beratnya. 

"Hal ini membantu dampak badai udara, seperti erosi tanah," kata Bradley. Terlebih lagi, kompos dapat berfungsi sebagai penyaring udara dengan melumpuhkan dan mendegradasi polutan, sehingga meningkatkan kualitas udara di daerah aliran sungai setempat.

3. Membantu Meredakan Penyakit Tanaman

Dengan meningkatkan kualitas tanah, kompos juga menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan lebih tahan terhadap penyakit tertentu. "Hal ini juga mengurangi penggunaan bahan kimia di pertanian, kebun, lansekap, dan halaman rumput kita," kata Bradley.

4. Mengurangi Limbah

Sisa makanan dan bahan-bahan yang tadinya akan dibuang ke tempat sampah kini digunakan untuk membuat kompos, sehingga mengurangi volume sampah. "Ini berarti lebih sedikit kantong plastik yang terbuang dan lebih sedikit orang yang keluar ke tempat pembuangan sampah," kata Bradley. Lebih sedikit sampah berarti jejak karbon akan berkurang dan lebih sedikit material yang dibuang ke tempat pembuangan sampah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.