Sukses

50 SD dan SMP di Jakarta Bakal Jadi Percontohan Sekolah Tanpa Sampah Plastik

50 sekolah terdiri dari 30 sekolah dasar (SD) dan 20 sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta akan jadi percontohan sekolah tanpa sampah plastik melalui program Plastic Smart Cities (PSC).

Liputan6.com, Jakarta - Upaya memangkas volume sampah plastik harus dilakukan secara kolektif dan lewat berbagai insiatif. Dalam perpanjangan tangannya, 50 sekolah terdiri dari 30 sekolah dasar (SD) dan 20 sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta akan jadi percontohan sekolah tanpa sampah plastik.

Ini merupakan perwujudan program Plastic Smart Cities (PSC) inisiasi WWF Indonesia, yang kali ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan didukung Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU). Sekolah dinilai punya peran penting dalam mendidik generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Juga, mengubah perilaku untuk memilah sampah dari sumbernya. "Saat ini, kita mengetahui bahwa sampah, terutama sampah plastik, sering kali tidak terkelola dan hanya dibuang ke TPA, bahkan mencemari lingkungan, baik tanah, air, dan udara," sebut Director of Climate & Market Transformation WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Selasa (10/10/2023).

Ia menyambung, "Kita perlu mencari cara lebih bijak dan beraksi lebih efektif untuk mengurangi dampak buruk sampah plastik dengan mengedukasi generasi saat ini untuk mulai memilah sampah dari sumbernya dan mengelola sampah plastik dengan baik."

"Sekolah merupakan lembaga yang tepat untuk membentuk perubahan perilaku bagi siswa/siswinya dalam membentuk karakter yang peduli pada Bumi, karena ini jadi rumah satu-satunya," imbuhnya.

Sejalan dengan itu, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sebenarnya juga puna Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBPLHS), sebut Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta (Plt), Purwosusilo. Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodijah, perubahan perilaku yang poin krusial dalam praktik program pengurangan maupun pemilahan sampah plastik di sekolah. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ciptakan Perubahan Positif

Itje menyambung, "Kata 'peduli' juga diikuti tindakan para siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengurangi dan memilah sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai. Kegiatan ini juga merupakan implementasi dari program Green Education for Sustainable Development yang sedang kita galakkan untuk mendukung capaian Sustainable Development Goal (SDG) Indonesia."

Melalui komitmen kerja sama ini, mereka bermaksud menciptakan perubahan positif dalam mengatasi permasalahan sampah plastik melalui pendidikan, perubahan perilaku, dan kerja sama antar sekolah. Merujuk data tahun 2023, timbulan sampah masyarakat Jakarta mencapai 590 ribu ton.

Ini belum dipisah antara organik dan non-organik, termasuk plastik, catat pihaknya. Karena itu, perlu dilakukan edukasi untuk mengurangi dan memilah sampah, termasuk di sekolah.

Meningkatnya produksi plastik di seluruh dunia telah menciptakan lebih banyak polusi. Kepala Lingkungan Hidup PBB pun memperingatkan bahwa manusia tidak bisa hanya mendaur ulang untuk keluar dari permasalahan sampah. Mengutip Japan Today, 5 Oktober 2023, ia menyerukan perubahan total dalam menggunakan plastik.

3 dari 4 halaman

Tidak Cukup dengan Daur Ulang

Direktur Program Lingkungan Hidup PBB, Inger Andersen, menggarisbawahi pentingnya menghilangkan sebanyak mungkin plastik sekali pakai. "Menghilangkan hal-hal yang sejujurnya tidak diperlukan, seperti benda-benda yang dibungkus plastik yang sama sekali tidak ada gunanya," katanya dalam wawancara dengan AFP. 

Saat memasuki supermarket, dia langsung pergi ke lorong sabun untuk melihat apakah versi padat tersedia. "Kita juga harus mengurangi keseluruhan pasokan polimer mentah baru," sebutnya, sambil mencatat bahwa ini adalah salah satu opsi dalam rancangan teks perjanjian tersebut.

Ia melanjutkan, "Kita memang harus mendaur ulang sebanyak mungkin. Namun jika kita lihat sekarang, penggunaan plastik semakin meningkat. Jadi, kita tidak bisa hanya mendaur ulang untuk keluar dari kekacauan ini."  

Produksi plastik tahunan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir, mencapai 460 juta ton. Angka ini bisa meningkat tiga kali lipat pada 2060 jika tidak ada perubahan berarti. Dari jumlah itu, hanya sekitar sembilan persen yang didaur ulang.

 

4 dari 4 halaman

Perjanjian Lindungi Laut Lepas dari Sampah Plastik

Saat ini, sampah plastik dalam berbagai ukuran dan jenis, mengingat variannya begitu banyak dan kebanyakan merupakan produk sekali pakai, telah ditemukan di dasar lautan, di perut burung, dan di puncak gunung. Sementara, mikroplastik telah terdeteksi di darah, ASI, dan plasenta.

"Jika kita terus memasukkan semua polimer mentah baru ini ke dalam perekonomian, kita tidak akan bisa menghentikan aliran plastik ke lautan," katanya. 

Di sisi lain, kesehatan lautan begitu penting bagi masa depan umat manusia. Perjanjian mengenai polusi plastik di masa depan akan melengkapi persenjataan global untuk melindungi lautan, termasuk perjanjian bersejarah untuk melindungi laut lepas yang ditandatangani sekitar 70 negara, awal Oktober 2023.

"Fakta bahwa kita akan bergerak maju dan melindungi bagian lautan di luar batas negara adalah hal yang sangat penting," kata Andersen. "Itu sesuatu yang membuat saya sangat, sangat gembira, dan seluruh dunia seharusnya merasa gembira karena ini adalah warisan kita bersama." 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.