Sukses

Puncak Pekan Kebudayaan Nasional 2023 Digelar 10 Hari, Buka Akses Budaya Lebih Lebar untuk Anak Muda

Kemendikbudristek akan menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang mengusung tema "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan". Dengan filosofi lumbung, puncak acara akan diselenggarakan pada 20--29 Oktober 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun ini akan menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang mengusung tema "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan". Tema tersebut dipilih sebagai bentuk refleksi akan kedekatan kebudayaan dengan keberlanjutan lingkungan.

PKN 2023 diatur dalam tiga fase interaktif: rawat, panen, dan bagi. Di fase pertama, “Rawat”, Kemendikbudristek mengadakan serangkaian kegiatan residensi dan penelitian. Dimulai pada Juni 2023, fase ini menjadi kesempatan bagi para pelaku budaya untuk mengeksplorasi dan mendalami materi, serta mengembangkan karya.

Hasil dari proses 'Rawat' ini akan dilanjutkan ke fase 'Panen', dengan seluruh hasil karya akan disatukan, didokumentasikan, dan diarsipkan. Fase ini berlangsung mulai Juli hingga Agustus 2023.

Fase akhir, yaitu 'Bagi', merupakan puncak dari seluruh rangkaian PKN. Pada tahap yang berlangsung pada 20--29 Oktober 2023, seluruh karya yang telah disatukan akan dipersembahkan kepada publik. Beragam acara seperti pameran, tur budaya, perjamuan, pagelaran seni, konferensi ilmiah, lokakarya, dan juga penerbitan karya-karya terpilih.

Fitra Arda, Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, menyampaikan bahwa konsep "lumbung" yang diusung dalam PKN 2023 adalah representasi dari gudang pengetahuan dan kreativitas. Ruang ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pelaku budaya, aktivis, dan penikmat seni, serta masyarakat umum, untuk berkolaborasi dalam memajukan budaya Indonesia.

"Sebenarnya, kita menciptakan ruang yang mungkin sebelumnya belum kita miliki. Tujuannya bukan untuk berkompetisi atau berlomba. Sebaliknya, kita ingin menghargai dan memperkuat identitas budaya masing-masing dari berbagai daerah. Inilah konsep panggung yang kita rancang," ungkap Fitra saat sesi diskusi "Cultivating Lumbung Wisdom: Fostering Sustainable Synergy Between Culture, Humanity, and Nature" di IdeaFest 2023 day 2, Jakarta Pusat pada Sabtu, 30 September 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sulitnya Mendorong Kolaborasi

Menurutnya, upaya ini bukan hanya semata untuk promosi, tetapi juga untuk memulihkan dan memperkuat hubungan antara individu, komunitas, dan lingkungannya. Fitra menambahkan, "Setiap karya yang kita ciptakan dan setiap tradisi yang kita anut, selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, termasuk nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khas suatu daerah."

Konsep "lumbung" mencerminkan suatu metode pengelolaan sumber daya yang dilakukan secara bersama-sama atau kolektif. Ini bukan hanya tentang sumber daya fisik seperti ruang atau peralatan, tetapi juga meliputi sumber daya non-material seperti tenaga kerja, ide-ide inovatif, pengetahuan, dan berbagai aset lainnya yang mungkin tidak tampak tetapi sangat esensial.

Pada kenyataannya, pola pengumpulan dan pengelolaan sumber daya ini telah menjadi strategi utama bagi banyak komunitas dan inisiatif di seluruh Indonesia sebagai cara untuk bertahan dalam berbagai situasi. Misalnya lewat Pekan Kebudayaan Daerah. Hanya saja, pendekatannya bersifat kompetisi, berbeda dengan PKN yang fokus pada kolaborasi.

"Susah ternyata, orang udah biasa kompetitif. Begitu disuruh berbagi jadi agak sulit. Tapi kita pelan-pelan mencoba mendorong kolaborasi, karena buat kami itu juga bagian dari kebudayaan Indonesia dan sangat rooted sebenarnya di kita," ujar Ade Darmawan, Seniman dan Direktur dari Ruangrupa pada kesempatan yang sama.

3 dari 4 halaman

Anak Muda Terkadang Tidak Memiliki Akses Terhadap Budaya

Nyak Ina Raseuki, Dewan Kurator Pekan Kebudayaan Nasional 2023, menjelaskan beberapa poin penting terkait peran dan fungsi seni dalam masyarakat. Pertama, dia menekankan bahwa seni memiliki dimensi yang lebih dalam dari sekadar menjadi hiburan.

Seni adalah medium yang mampu mengekspresikan realitas kehidupan sehari-hari, merefleksikan emosi, pemikiran, dan pengalaman individu. Ini merupakan cara untuk komunikasi non-verbal yang mampu menyentuh hati banyak orang.

"Sebagai jalan untuk mengekspresikan kehidupan sehari-hari, jadi dari mulai apa yang mereka lahir sampai mereka mati. Sebetulnya yang diperlukan itu namanya aksesnya. Seringkali kita selalu menyalahkan anak muda itu tidak mau melihat lagi kesenian tradisi karena aksesnya tidak dibuka," kata Nyak Ina.

Untuk itu, salah satu misi dari Pekan Kebudayaan Nasional adalah mempertemukan generasi muda dengan para empu-empu; para maestro yang memiliki cerita, pengetahuan, dan pengalaman yang luar biasa dalam dunia seni. Inisiatif ini diharapkan dapat membangkitkan inspirasi dan semangat generasi muda untuk lebih menggali dan memahami kekayaan budaya Indonesia.

Selanjutnya, ada perubahan paradigma dalam penyajian seni. "Jika biasanya panggung mengarah ke luar, kini konsepnya dibalik. Panggung kini menjadi ruang inklusif yang mengarah ke dalam, tempat di mana para pembuat karya, baik yang pemula maupun yang telah profesional, bisa bertemu, berkolaborasi, dan berinteraksi satu sama lain," ujarnya.

Melalui interaksi dan kolaborasi tersebut, mereka dapat bertukar cerita, pengalaman, dan pengetahuan. Nyak Ina percaya hal ini tidak hanya memperkaya perspektif masing-masing, tetapi juga mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan.

4 dari 4 halaman

Disiapkan oleh Delapan Kuratorial

Sebagai bagian dari acara puncak PKN 2023, akan diperkenalkan konsep "Ruang Tamu" yang menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. PKN 2023 layaknya seperti rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu.

"Semua ini diterjemahkan ke dalam bentuk ruang tamu yang akan disebar di beberapa titik di Jakarta. Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkerama menjadi sebuah titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan," Ade menambahkan.

Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. Total terdapat 35 subkegiatan dari turunan delapan besar tersebut.

Puncak acara, pada fase "Bagi" akan digelar dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Lokasi kegiatan puncak acara PKN 2023 sendiri akan berlangsung di 38 titik di Jakarta yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas.

Lokasi yang dimaksud di antaranya Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, Produksi Film Negara (PFN), Taman Suropati, Taman Menteng, Sungai BKT, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Ciganjur, Pasar Cipulir, Stasiun Senen, Stasiun Bogor, Taman di Jembatan Hitam, Blok M Square, MRT Lebak Bulus, MRT Bundaran HI, Penjaringan, Jagakarsa, Paseban, Bekasi, Rawamangun, Cipinang Melayu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Kebon Jeruk, Duri Selatan, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, RPTRA Galur, RPTRA Kepulauan Pramuka, RPTRA Kali Pasir, Cilandak Town Square, Fx Sudirman, Alun-Alun Kota Bogor, dan Terowongan Kendal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini