Sukses

Novelis Marga T Meninggal Dunia di Usia 80 Tahun, Pencipta Kisah Karmila dan Badai Pasti Berlalu

Marga T melahirkan banyak novel hits Indonesia, termasuk Karmila dan Badai Pasti Berlalu yang diangkat ke film.

Liputan6.com, Jakarta - Novelis kenamaan Indonesia, Marga T meninggal dunia. Perempuan yang dianugerahi Penghargaan Kebudayaan oleh Kemendikbud RI sebagai Pelopor Penulisan Sastra Populer Indonesia itu mengembuskan napas terakhir tepat pada HUT ke-78 RI, yakni Kamis, 17 Agustus 2023.

Kabar duka disampaikan oleh akun Gramedia Pustaka Utama, penerbit yang menerbitkan beragam karya Marga T.

"Dunia literasi berduka. 🖋️Salah satu penulis prolifik terbaik yang dimiliki Indonesia—Marga T, berpulang. 🕊️ Redaksi Gramedia Pustaka Utama mengucapkan turut berdukacita. Semoga Bu Marga mendapatkan tempat yang paling baik di kehidupan abadi, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan keikhlasan," demikian bunyi pengumuman itu pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Mengutip laman Ensiklopedia Kemendikbud, Sabtu (19/8/2023), perempuan bernama lengkap Intan Margaretha Harjamulia atau Marga Tjoa itu lahir pada 29 September 1943 di Jakarta. Ia memiliki nama asli Tjoa Liang Tjoe.

Marga T mulai dikenal pada 1970an lewat debut novelnya berjudul Karmila yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Novel tersebut ditulisnya saat masih mahasiswi. Ketika diterbitkan pada Desember 1971, novel tersebut meledak hingga dicetak ulang berkali-kali.

Pihak penerbit bahkan menyebut novel Karmila merupakan sejarah bagi dunia penerbitan. "Karmila menjadi jangkar dari kelahiran dan pertumbuhan Gramedia Pustaka Utama (GPU)," tulis akun tersebut.

Marga T juga 'bidan' dari kisah Badai Pasti Berlalu. Novel yang diterbitkan pada 1974 bahkan diangkat ke layar lebar yang diperankan oleh Roy Marten dan Christine Hakim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ragam Karya Marga T

Marga T setidaknya telah menerbitkan 80 cerita pendek, 50 tulisan untuk anak-anak (novel, novelet, dan kumpulan cerpen), dan 38 novel lengkap. Karyanya tidak hanya kisah-kisah cinta yang manis, tetapi juga novel detektif, spionase, dan bahkan cerita satire. 

Karyanya banyak dimuat dalam Sinar Harapan, Star Weekly, Jaya, Kompas, femina, Dewi, Mitra, Gadis, Rias, Balita, dan Suara Karya. Cerpennya yang pernah disiarkan melalui media televisi berjudul "Saga Merah". Cerpen tersebut diadaptasi menjadi film dengan judul "Bayang-Bayang" dan ditayangkan oleh televisi Surabaya.

Karya Marga T. lainnya yang pernah difilmkan antara lain adalah novel Badai Pasti Berlalu dan Karmila. Novel-novel Marga T. Yang sudah terbit adalah Rumahku adalah Istanaku (1969), Karmila (1971, dibukukan (1973), Badai Pasti Berlalu (1974), Gema Sebuah Hati (1976), Bukan Impian Semusim (1976), Sepotong Hati Tua (1977), Lagu Cinta: kumpulan cerpen (1979), Sebuah Ilusi (1982), Monik: sekumpulan cerpen (1982), Fatamorgana (1984), Saga Merah (1984), Rahasia Dokter Sabara (1984), Bukit Gundaling (1984), Ketika Lonceng Berdentang: cerita misteri (1986), Kishi: buku kedua trilogi (1987), Batas Masa Silam: Balada Sungai Musi (1987), Oteba: buku ketiga trilogi (1987), Ranjau-ranjau Cinta (1987), Saskia: sebuah trilogi (1987), Untukmu Nana (1987), Setangkai Edelweiss: sambungan Gema Sebuah Hati (1987), Sembilu Bermata Dua (1987), Sekali dalam 100 tahun: kumpulan satir (1988), Tesa (1988), Kobra Papageno: Rahasia Kuil Ular (1989), Istana di Kaki Langit (1990), Petromarin (1990), Waikiki Aloha: kumpulan satir (1990), Kobra Papageno: Manusia Asap dari Pattaya (1990), Sonata Masa Lalu (1991), Namamu Terukir di Hatiku (1991), Rintihan Pilu Kalbuku (1992), Seribu Tahun Kumenanti (1992), Berkerudung Awan Mendung (1992), Sepagi Itu Kita Berpisah (1994), Dikejar Bayang-bayang (1995), Melodi Sebuah Rosetta (1996), Dicabik Benci dan Cinta (1998), Didera Sesal dan Duka (1998), Matahari Tengah Malam (1998), Amulet dari Nubia (1999), Dipalu Kecewa dan Putus Asa (2001), Dibakar Malu dan Rindu (2003), dan Sekuntum Nozomi (buku satu hingga keempat) (2002—2006).

"Karya terakhirnya adalah sebuah memoar berjudul If Only dan sebuah kumpulan cerpen berjudul Kenangan Manis Takkan Pernah Habis," kata akun GPU.

 

3 dari 4 halaman

Lulusan Kedokteran

Marga T merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta. Ia mulai menulis ketika kelas 2 SMP dan tulisannya dimuat di majalah sekolah. Ketika kelas 3 SD, dia menjadi juara lomba mengarang. Kepiawaiannya dalam dunia tulis menulis disebut sebagai bakat alam. 

Sasaran pembaca karya Marga T. adalah remaja dan ibu rumah tangga, khususnya ibu muda. Hal itu berkaitan dengan gaya penyampaian dan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dengan mudah.

Marga T. menikah pada 1979 dengan seorang pemuda alumnus Fakultas Teknik Kimia Universitas Trisakti. Marga T. menekuni kariernya sebagai dokter setelah kembali dari Eropa. Kerja sama antara Marga T. dan suaminya terlihat pada novelnya Petromarin (diikutsertakan dalam Sayembara Novelet Majalah Femina pada 1982).

Cerita itu berlatar daerah pengeboran minyak lepas pantai. Suaminya menyusun detail teknis pengeboran minyak itu. Cerpennya yang pertama berjudul "Kamar 27" terbit dalam surat kabar Sin Po pada 1964 ketika Marga T. berusia 21 tahun. Pada 1969, ia menulis cerita anak dengan judul Rumahku adalah Istanaku.

4 dari 4 halaman

Angkat Wanita Sebagai Karakter Utama

Sesuai dengan pengakuannya dalam isian kuesioner yang dilakukan oleh David T. Hill pada 1977, sebagian besar tokoh dalam ceritanya adalah tokoh di sekelilingnya dan 80 persen sesuai dengan kenyataan, selebihnya diolah sendiri melalui imajinasinya.

Sebagian besar karyanya menggunakan tokoh utama wanita karena ia merasa lebih mudah melukiskan tokoh wanita. Baginya, anatomi serta pikiran laki-laki berbeda dengan wanita. Marga T. harus berhati-hati untuk memperkenalkan seseorang yang diragukan identitas, perasaan, dan pikirannya.

Kemampuan Marga T meramu cerita terbukti lewat novelnya, Karmila. Novel pertamanya itu dicetak ulang sembilan kali. Kesuksesan juga diraih novel Badai Pasti Berlalu yang terjual 24 ribu buku pada awal diterbitkan pada 1974. Padahal, harga buku saat itu cukup mahal, Rp800 per buah.

Film "Badai Pasti Berlalu"(1977) dari novel Badai Pasti Berlalu memperoleh penghargaan Piala Citra untuk editing, fotografi, editing suara dan musik di Festival Film Indonesia (FFI) 1978 Ujung Pandang, juga merebut Piala Antemas FFI 1979 sebagai film terlaris 1978—1979 dan sebagai film terlaris kedua di Jakarta dengan jumlah penonton 212.551 orang. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.