Sukses

Vietnam Sulap Tempat Persembunyian Perang Jadi Destinasi Wisata Susur Sungai

Coconut Village merupakan kawasan sungai yang ditumbuhi pohon kelapa air atau Dừa nước. Dulu, tempat ini dijadikan persembunyian para gerilyawan Vietnam saat perang melawan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Hoi An - Destinasi wisata Coconut Village di Hoi An, Vietnam, memiliki sejarah yang kontras dengan keadaan saat ini. Siapa sangka, tempat wisata yang menyuguhkan keindahan alam Sungai Thu Bon ternyata sempat dijadikan tempat persembunyian para gerilyawan saat perang Vietnam melawan Amerika Serikat. Perang itu terjadi pada 1955 hingga 1975 dan menjadi sejarah kelam bagi bangsa Vietnam.

Coconut Village merupakan kawasan sungai yang ditumbuhi pohon kelapa air atau Dừa nước. Di Indonesia, tumbuhan ini biasa disebut pohon nipah.

Para gerilyawan Vietnam bersembunyi di tengah rimbun pohon nipah yang sebagian batang pohonnya berada di dalam air. Sementara, daunnya muncul di permukaan dan memayungi bagian bawahnya. Ini menjadi tempat persembunyian yang ideal bagi gerilyawan Vietnam lantaran mereka takkan terlihat dari atas.

"Jika ada pesawat Amerika lewat, langsung ditembaki oleh gerilyawan Vietnam dari bawah," kata pemandu wisata sekaligus penduduk asli Vietnam, Chau Quang Huong Duong, Minggu, 13 Agustus 2023.

Pria yang karib disapa Mas Joko itu menambahkan, sejak 2016, tempat persembunyian perang itu mulai diubah menjadi destinasi wisata alam. "Dari 2016 dimanfaatkan jadi objek wisata," kata pria yang mahir berbahasa Indonesia.

Daya tarik utamanya adalah Sungai Thu Bon. Tidak hanya dipandang dari kejauhan, para wisatawan akan dibawa menyusuri sungai Thu Bon menggunakan perahu dengan bentuk yang unik seperti mangkuk. Perahu ini disebut Thuyền Thúng atau keranjang bambu (bamboo basket) yang jumlahnya lebih dari 2.000 perahu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Atraksi di Sela Susur Sungai

Satu perahu dapat diisi maksimal oleh tiga orang, termasuk dua wisatawan dan satu pendayung. Perahu ini aman dan nyaman digunakan. Sensasi menaiki perahu ini mirip seperti menaiki perahu kayu tradisional tanpa mesin. Pembuatan satu perahu keranjang bambu membutuhkan waktu empat bulan.

Dengan merogoh kocek sebesar 10 dolar AS atau sekitar Rp152.000 per orang, wisatawan dapat menyusuri sungai Thu Bon selama 40 menit. Selama perjalanan, wisatawan akan dipinjamkan topi khas Vietnam, Nón lá atau topi yang berbentuk seperti caping dan rompi pelampung.

Saat susur sungai, pendayung akan menawarkan kepada wisatawan untuk beratraksi memutar perahu yang disebut quay thúng.

Jika wisatawan setuju, pendayung dengan senang hati memutar-mutar perahunya dengan kendali dayung. Perahu akan diputar kurang dari satu menit tapi sangat cukup untuk membuat kepala menjadi pusing sesaat.

3 dari 4 halaman

Karaoke di Sungai

 

Di tengah sungai, wisatawan disuguhi atraksi putar perahu yang lebih ekstrem. Seorang pendayung tanpa penumpang akan memutarkan perahunya dengan kecepatan tinggi. Sementara para wisatawan membentuk lingkaran mengelilingi pendayung itu.

Suasana semakin semarak karena wisatawan juga diajak untuk berkaraoke di tengah sungai. Di tengah sungai memang sudah ada orang Vietnam yang siap menyambut para wisatawan. Perahunya berukuran lebih besar dan dilengkapi dengan pemutar musik dan pengeras suara yang dihubungkan dengan ponsel untuk memutar lagu.

Wisatawan bisa meminta diputarkan lagu tertentu, termasuk dangdut dan lagu favorit lainnya. Jangan lupa, siapkan uang receh untuk saweran atraksi dan karaoke. Wisatawan juga disarankan untuk memberi uang tip pada pendayung sekitar 50.000 dong atau Rp32.000.

Di titik lain, wisatawan diajak untuk mencoba menebar jaring ikan. Beberapa wisatawan sempat mencoba, sayangnya tidak ada ikan yang terjaring.

Pengalaman berwisata di Coconut Village membawa kesan tersendiri bagi para pelancong. Salah satunya, wisatawan asal Inggris, Luke Bodell.

"Ini sangat menarik dan tentunya sebuah pengalaman baru untuk saya. Contohnya kita pesta di tengah sungai jam 9 pagi, ini menyenangkan," ujar Luke.

4 dari 4 halaman

Akses ke Coconut Village

 

 

Coconut Village sangat mudah diakses. Wisatawan tidak perlu berjalan jauh dari parkiran menuju bibir sungai. Waktu tempuh dari Kota Da Nang sekitar 40 menit dan dapat menggunakan taksi. Ongkosnya sekitar 350.000 hingga 400.000 dong, atau Rp223.000 hingga Rp255.000.

Salah satu opsi yang bisa dipilih wisatawan Indonesia untuk menjangkau tempat wisata tersebut adalah dengan dua kali naik pesawat. Dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGk), pelancong Indonesia dapat menggunakan pesawat dengan tujuan Ho Chi Minh menggunakan rute langsung yang disediakan maskapai Vietjet. 

Sesampainya di Bandara Internasional Tan Son Nhat (SGN), wisatawan Indonesia melanjutkan perjalanan dengan pesawat menuju Bandara Internasional Da Nang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.

Menurut Joko, tempat wisata ini paling banyak dikunjungi oleh orang Korea dan Thailand. Dia pun menyarankan untuk datang ke sini pada pagi hari sekitar pukul 8.00 agar tidak terlalu ramai dan panas. Bisa pula datang pukul 16.00 sambil menikmati waktu sore. "Coconut Village buka dari pukul 7 pagi sampai 5 sore," kata Joko.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini