Sukses

Kisah Kuliner Legendaris Solo Dawet Telasih Bu Dermi yang Jadi Langganan Presiden Jokowi, Eksis Sejak 1930

Berbisnis kuliner bukan sekadar menjual cita rasa untuk memanjakan lidah penikmatnya. Ada tantangan zaman serta digitalisasi yang kini tak dapat dihindari para pemilik kuliner legendaris, namun hal itu mampu dilalui Dawet Telasih Bu Dermi yang eksis sejak 1930.

Liputan6.com, Jakarta - Berbisnis kuliner bukan sekadar menjual cita rasa untuk memanjakan lidah penikmatnya. Ada tantangan zaman, serta digitalisasi yang kini tak dapat dihindari para pemilik kuliner legendaris.

Salah satunya Dawet Telasih Bu Dermi yang berdiri sejak 1930. Tak tergerus zaman, berkat mempertahankan resep legendaris selama 93 tahun dan manfaatkan teknologi digital untuk bisa tetap eksis.

Dawet Telasih Bu Dermi merupakan salah satu kuliner legendaris di kota Solo yang hadir bersamaan dengan dibangunnya Pasar Gede Hardjonagoro. Tak hanya terkenal bagi masyarakat Solo, Presiden Jokowi saat masih menjadi Wali Kota Solo juga merupakan pelanggan Dawet Telasih Bu Darmi.

Saat Liputan6.com datang ke gelaran GoFood Petualangan Kuliner Juara Lokal Solo, pada Jumat, 11 Agustus 2023, foto Jokowi dalam berkunjung ke gerai pertamanya pun terpampang. Tak heran memang jika saat ini, Dawet Telasih Bu Dermi menjadi jajanan wajib para wisatawan ketika berkunjung ke Solo.

Kesegaran minuman ini tidak perlu diragukan lagi lantaran semua bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami, selalu baru, serta tanpa bahan pengawet. Tak hanya itu, Dawet Telasih Bu Dermi juga masih menjaga proses memasak tradisional dengan menggunakan dapur yang sama yang telah digunakan turun-menurun seperti tungku dan alat-alat masak tradisional lainnya. 

Selama 93 tahun, Dawet Telasih Bu Dermi telah berganti generasi. Singkat cerita pada 2006, usaha kuliner Dawet Telasih Bu Dermi dijalankan oleh generasi ketiganya, yaitu Tulus Subekti atau yang kerap disapa Ibu Utik. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konsisten dengan Rasa, Membawa Kenangan Pelanggannya

Ia menjalankan usahanya dibantu putri pertamanya, Yudith yang sempat ditemui Liputan6.com. Saat mencoba dawetnya, Dawet Selasih Bu Dermi memang berbeda dari dawet yang biasa ditemui, salah satunya adalah karena racikannya yang berisi tak hanya ketan hitam, jenang sumsum, dan cendol, tapi ada juga selasih, gula putih dan santan dari perasan kelapa.

"Racikan santan kita juga tidak encer, tapi juga tidak kental dan kita menggunakan gula putih bukan gula merah seperti dawet kebanyakan," sebut Yudith.  

Pelanggannya dawet ini, menurut Yudith juga kebanyakan teringat masa kecilnya saat dibawa orangtua datang ke Pasar Gede Hardjonagoro. Membawa kenangan rasa dawet yang masih sama, membuat Dawei Telasih Bu Dermi tetap di hati pelanggan.

Namun bukan sekadar mempertahankan rasa, mulai generasi ketiga usaha ini mulai sering berinovasi memperkenalkan ke pelanggan yang lebih luas. Walau sudah banyak dikenal oleh masyarakat lokal, usaha keluarga ini mengikuti bazaar kuliner di mal hingga menyempurnakan kemasan bagi pelanggan yang tak bisa makan di tempat.   

3 dari 4 halaman

Beradaptasi dengan Berjualan Online

Dawei Telasih Bu Dermi juga menambahkan isian tape dan durian, sebagai inovasi rasa meskipun rasa original tetap favorit. Hal ini dilakukan karena menjawab inovasi dawet yang merupakan makanan tempo dulu memiliki tantangan tersendiri untuk menyasar market anak muda.

Lokasi penjualan Dawet Telasih Bu Dermi yang berada di dalam pasar terkadang membuat pelanggan malas untuk antre dan menunggu ketersediaan tempat duduk. Ditambah lagi saat pandemi, Ibu Utik akhirnya memutar otak untuk mempertahankan pendapatan.

Hingga akhirnya pada 2020, Yudith yang menyarankan untuk bergabung dengan GoFood. "Setelah bergabung bersama GoFood, setiap hari pasti ada pesanan yang masuk lewat jualan online ini jadi sangat membantu dalam meningkatkan jumlah penjualan per bulan," ceritanya.

Para pelanggan pun jadi punya alternatif ketika malas pergi ke pasar. Dalam sehari kami dapat menjual 100 hingga 200 porsi secara offline dan penjualan online turut mencapai ratusan transaksi per bulan.

"Selain itu, aplikasi GoBiz juga sangat membantu pencatatan transaksi usaha kami yang kini sudah ada 3 cabang di Kota Solo," ucap Yudith.  

4 dari 4 halaman

Sejarah Singkat Generasi Pertama hingga Ketiga

Mengenal pendiri Dawet Telasih Bu Dermi, maka tak lepas dari sosok Harjo Sumini. Orang-orang dan keluarganya saat itu sering memanggilnya Mbah Jo sebagai pendahulu pertama dari Dawet Telasih Bu Dermi.

Mengutip dari laman resmi Dawet Telasih Bu Dermi, pada masa itu dawet dikenal hanya dengan isian cendol, santan, dan gula merah. Lalu Mbah Harjo atau Mbah Jo mulai mengenalkan dawet selasih dengan isian jenang sumsum, ketan hitam, selasih, cendol, santan, yang dipadukan dengan gula putih murni kepada masyarakat Kota Solo.

Selanjutnya usaha ini diteruskan oleh Bu Dermi sebagai generasi kedua. Nama dan foto beliau dicantumkan pada dawet telasih Pasar Gede sebagai pembeda lantaran mulai munculnya para pesaing.

Kemudian kuliner legendaris ini dilanjutkan ibu Utik sebagai generasi ketiga setelah Bu Dermi. Beliau merupakan anak ibu Dermi ke-4 dari 5 bersaudara. Di tangannya, Dawet Telasih Bu Dermi mulai menjajaki berbagai acara kuliner di Solo maupun luar kota dengan tujuan tetap eksis dan dikenal dari generasi ke generasi. Perubahan demi perubahan dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini