Sukses

Cerita Akhir Pekan: Cuan Menjanjikan Bisnis Baju Bayi Lokal

Kebutuhan pasar yang begitu besar pada baju bayi telah banyak dilirik pebisnis untuk terjun di dalamnya.

Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan pasar yang begitu besar pada baju bayi telah banyak dilirik pebisnis untuk terjun di dalamnya. Namun, perjalanan setiap label baju bayi lokal dalam mengarungi lika-liku bisnis tentu memiliki kisahnya tersendiri.

Salah satu ceritanya datang dari label Mini Kakha by Kakha Series. CEO Kakha Series Teguh Wibowo menyebut awalnya memulai bisnis dengan meluncurkan koleksi busana muslim keluarga bernama Kakha Series. Bisnis baju bayi baru dijalaninya sekitar tiga tahun terakhir.

"Lebih tepatnya merespons saat Covid-19 di 2020 pertengahan, Covid lagi tinggi-tingginya orang tidak boleh ke mana-mana karena pembatasan. Kita berpikir market Kakha Series sebagai pakaian sarimbit keluarga muslim untuk jalan-jalan, bepergian, dan kondangan praktis tidak ada. Orang jadi tidak belanja menahan pengeluaran uang," kata Teguh saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 28 Februari 2023.

Berdasarkan hal tersebut, dikatakan Teguh, pihaknya berpikir sesuatu yang masih relevan dengan labelnya tapi dibutuhkan pasar. Ia lantas terpikir untuk membuat label baju bayi dan balita yang nyaman dipakai di rumah. "Lalu, bikin inovasi baju rumahan yang bisa dipakai anak-anak. Karena tidak mencerminkan kemusliman, seperti (baju) lengan pendek, romper, dan jumper, maka bikin Mini Kakha dengan tagline "Main Makin Ceria," tambahnya.

Teguh mengungkapkan dari segi bisnis 80 persen omzet berasal dari Kakha Series dan 20 persen dari Mini Kakha. Meski begitu, produk-produk baju bayi di Mini Kakha tidak mengenal season.

"Saat low season penopang utama di lini bisnis Kakha adalah Mini Kakha. Respons audiens itu cukup bagus karena kita mengedepankan SNI, produk nyaman, cari bahan katun," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ciri Khas

Mini Kakha disebut Teguh, bermain di segmen basic dengan ciri khas simplicity. Label ini menghadirkan produk pakaian untuk newborn hingga anak usia 5 tahun.

"Kita memproduksi produk dengan lebih efisien supaya menekan HPP (harga pokok penjualan) sehingga nilai jual jadi bisa kompetitif dengan kompetitor," kata Teguh saat ditanya cara bertahan di bisnis ini.

Teguh menyebut pihaknya berinvestasi cukup besar untuk product development, mulai dari pemilihan bahan, warna, sourching material, hingga investasi di SDM seperti menghadirkan desainer fesyen. Juga, dari sisi branding dan marketing lewat mengusung tagline label miliknya.

"Menambahkan keyword "Main Makin Ceria" untuk membangun persepsi baju main yang leluasa ketika dipakai anak bermain," jelasnya.

Bisnis baju bayi disebut Teguh begitu potensial karena repeat order cepat dari konsumen. "Beli bulan ini, tiga bulan beli lagi, biasanya kalau sudah cocok terus mencari," katanya.

Produk Mini Kakha dijual berkisar Rp23 ribuan hingga Rp120 ribuan. Di antara deretan produk di Mini Kakha, Teguh menyebut dress main ruffle dan set main zamora yang menjadi best seller. "Bahkan set main zamora masuk Top 5 penjualan di bulan lalu (Januari) di Shopee. Orderannya lebih dari 1.000," ucap Teguh.

3 dari 4 halaman

Baju Instan

Pengalaman hampir serupa juga dialami label baju bayi, Kalale. Kedua label adalah produk bisnis pandemi. Kalale pertama diluncurkan saat pandemi Covid-19, tepatnya di Oktober 2020.

"Saat itu saya sedang hamil. Setelah melahirkan, ngobrol sama suami karena merasa kok susah nemu baju bayi yang kualitas bagus, harga affordable dan multifungsi," kata Co-Founder Kalale Febrina saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 28 Februari 2023.

Setelah berbincang, mereka juga diskusi dengan seorang sahabat untuk melahirkan label Kalale. Febrina menyebut tagline label ini adalah baju bayi instan pertama di Indonesia. "Karena kira mengedepankan kemultifungsian, lebih dari sisi kecepatan (memakaikan baju)," tambahnya.

Febrina menyebut berbisnis kala pandemi tak menemukan kendala berarti. "Justru tantangan dimulai tahun kemarin, di mana orang-orang mulai offline, mulai mengurangi belanja online," katanya.

Ia menambahkan, "Sempat penjualan tidak baik, tapi saat pameran membaik banget. Mulai awal 2023 pelan-pelan mulai stabil lagi."

Produk-produk Kalale tersedia untuk newborn hingga 2 tahun. Namun kini, dikatakan Febrina, pihaknya mulai merambah ke basic untuk anak usia 1--4 tahun dengan desain-desain lucu.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Riset

Bicara soal mempertahankan eksistensi, Febrina menyebut strategi pihaknya dengan mengedepankan pakaian yang multifungsi. "Karena feedback konsumen, harga dan bahan terjangkau untuk ibu-ibu. Banyak yang beli juga jadi kado," tambahnya.

Dalam menghadirkan inovasi, Kalale tak hanya menerima masukan dari konsumen. Febrina menyebut pihaknya juga menjalankan riset hingga merujuk pada pengalaman pribadi. "Produk instan itu kebanyakan dari pengalaman pribadi. Baju magnet itu saat bapak-bapak pakaikan baju kadang kancingnya suka salah," jelasnya.

Ia mengatakan, ingin membuat baju yang sekiranya hemat dan muat lebih lama. "Karena merasa anak cepat gede, baju ganti terus, kita keluarkan 4 in 1 sama adjustable, di mana bajunya muat dari 6 bulan sampai 2 tahun," tambah Febrina.

Bicara soal bahan, Febrina mengatakan Kalale menggunakan bahan natural bamboo cotton. "Untuk anak-anak kita pakai katun, cuma yang baju instan karena untuk bayi, kita pilih yang lebih lembut," tambahnya.

Kalale menghadirkan beragam produk untuk bayi. Produk termurah, yakni mittens booties seharga Rp19 ribuan dan termahal adalah paket Rp200 ribu yang sudah termasuk boks, ucapan, sleepsuit, hingga playsuit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.