Sukses

Perbedaan Kue Bulan dan Kue Keranjang yang Selalu Tersaji Saat Imlek

Kue yang cukup populer di perayaan Imlek adalah kue keranjang dan kue bulan.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun baru China atau dikenal juga dengan Imlek dirayakan di hari ini, Minggu, 22 Januari 2023. Hari raya ini dianggap penting dalam budaya masyarakat Tionghoa.

Imlek identik dengan aneka snack, kue dan hidangan penutup manis (dessert). Tak hanya manis, berbagai sajian tersebut memiliki cita rasa tradisional.  Salah satu kue yang cukup populer di perayaan Imlek adalah kue keranjang. Selain itu ada kue bulan atau mooncake yang juga identik dengan Imlek. Lalu, ada perbedaan kedua kue tersebut?

Kue keranjang jadi kudapan yang telah turun-temurun ada setiap Imlek. Kue ini juga punya makna dan sejarah tersendiri. Melansir China Highlights, Sabtu, 20 Januari 2023, kue keranjang disebut sebagai Nian Gao dan menjadi makanan penutup yang populer disantap selama Tahun Baru Imlek.

Awalnya, kue keranjang digunakan sebagai persembahan dalam upacara ritual, sebelum secara bertahap menjadi makanan Festival Musim Semi. Sajian ini dianggap sebagai keberuntungan selama periode Tahun Baru Imlek.

Selain keberuntungan terhadap pendapatan yang lebih tinggi, tetapi juga mengenai posisi, anak-anak, dan tahun yang lebih baik. Biasanya kue keranjang dibuat dari tepung ketan, tepung terigu, garam, air, dan gula. Enak bila dikukus, digoreng, atau bahkan dimakan dingin.

Rasa kue keranjang dapat dibagi menjadi dua jenis utama, kue beras manis yang biasanya dibuat di China bagian utara dengan cara dikukus atau digoreng. Di China selatan, kue keranjang dapat disajikan manis atau gurih, dimasak dengan dikukus, diiris-goreng, atau bahkan dimasak dengan sup.

Bentuk kue ini berbeda dengan kue bulan, dan justru lebih sering disebut dodol Cina. Anggapan ini muncul karena tampilan tekstur kue keranjang yang padat kenyal serta cenderung lengket.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Panjang Umur

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Perbedaan keduanya terletak pada pemakaian santan kental, juga cara pembuatannya. Dodol atau jenang umumnya terbuat dari tepung ketan, gula, dan santan kental yang dimasak dengan api dan pengadukan secara konstan sampai menjadi adonan yang sangat kental dan bisa dicetak.

Sedangkan kue keranjang atau nian gao terbuat dari tepung ketan dan gula pasir yang dibuat karamel. Setelah itu dikukus dengan api besar selama beberapa jam sampai matang dan padat.

Sementara itu, kue bulan berbentuk bulat dengan isian yang beragam, mulai dari kacang hitam, biji teratai, jujube, hingga kacang hitam dengan kuning telur asin di dalamnya.  Pada bagian atas kue terdapat tulisan bahasa Tionghoa yang berarti panjang umur. Menariknya, kue bulan memiliki festivalnya sendiri, yaitu setiap tanggal 15 bulan ke 8 dalam penanggalan China atau tepatnya di pertengahan musim gugur di China.

Kue bulan punya sejarah panjang, selama tiga ribu tahun di Negeri Tirai Bambu. Dilansir dari Travel China Guide, dalam catatan sejarah, kue bulan digunakan sebagai persembahan pada Festival Pertengahan Musim Gugur.

Konon, kebiasaan makan kue bulan di Festival Pertengahan Musim Gugur dimulai pada Dinasti Tang (618--907 M), berlanjut ke Dinasti Song Utara (960--1127 M), dan jadi populer di istana kerajaan pada akhir Dinasti Yuan (1271--1368 M). Kebiasaan ini menyebar luas ke masyarakat di Ming (1368--1644 M) dan Dinasti Qing (1644--1911 M), bahkan masuk kategori menu diet umum orang China.

 

3 dari 4 halaman

Pendahulu Kue Bulan

Sebelum itu, pada Dinasti Shang dan Zhou (abad ke-17 SM--256 SM) di China, ada kue Taishi di provinsi Jiangsu dan Zhejiang. Kala itu, kue Taishi dibuat untuk memperingati Wenzhong, penemu kue yang bagian pinggirnya tipis dan bagian tengahnya tebal. Ini adalah pendahulu dari kue bulan di China.

Di Dinasti Han, Zhangqian, yang dikirim dalam misi diplomatik ke barat China, memperkenalkan biji wijen dan kenari dari barat. Dua bahan itu kemudian digunakan sebagai isian kue bulan. Orang-orang menyebutnya kue Hu pada waktu itu.

Catatan tertulis soal karakter kue bulan pertama kali terlihat dalam sebuah buku Dinasti Song Selatan (1127--1279 M), yang merupakan bukti tekstual penting dalam sejarah kue bulan. Kini, kue bulan kebanyakan buatan sendiri. Sejak 1900-an, Daoxiangcun, Lianxianglou, Guanshengyuan, dan merek kue bulan lainnya muncul. Sejauh ini, beberapa merek kue bulan sudah berusia lebih dari 100 tahun.

Tak hanya kue keranjang dan kue bulan, ada beberapa ragam kue Imlek lainnya yang sering disajikan di perayaan tahun baru China, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com, 12 Januari 2023.

4 dari 4 halaman

1. Onde-Onde

Onde-onde merupakan salah satu jajanan tradisional yang sebenarnya tidak hanya tersedia saat Imlek. Namun, onde-onde juga sering kali dihadirkan di meja perayaan Imlek. Onde-onde terbuat dari tepung yang diisi pasta kacang merah. Pada bagian luar diberi baluran biji wijen putih saat digoreng.

2. Kue Ku

Sama seperti onde-onde, kue ku juga mudah ditemukan di pasar tradisional atau pasar kue basah.Kue ini memiliki warna merah khas dengan bentuk yang mencolok. Umumnya, kue ini berisi kacang hijau yang halus, gurih, dan manis. Dalam kepercayaan Tionghoa, kue ku menggambarkan kemakmuran.

3. Kue Mangkuk

Kue mangkuk memiliki bentuk yang sama dengan bolu kukus. Namun, kue ini memiliki dominan warna pink.Bagi masyarakat Tionghoa, warna pada kue ini melambangkan rezeki yang melimpah sepanjang tahun. Kue ini juga bisa ditemukan pada hari-hari biasa.

4. Kue Lapis Legit

Kue lapis legit sangat umum disantap saat perayaan Imlek. Bahkan, kue ini kerap dijadikan sebagai hampers. Masyarakat Tionghoa selalu menikmati kue ini bersamaan dengan teh hangat di sore hari. Kue ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kekayaan yang berlapis-lapis.

5. Kue Semprong

Kue semprong juga menjadi kue khas Imlek yang cukup populer dan bisa ditemukan di hari-hari biasa. Kue ini memiliki warna keemasan yang tipis yang kemudian digulung. Kue semprong dianggap sebagai simbol kemakmuran masyarakat warga Tionghoa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.