Sukses

Saat Youtuber Amerika Seruput Jamu Kunyit Asam di New York

Youtuber Amerika itu menyicipi jamu kunyit asam sambil menyantap beragam makanan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Perlahan tapi pasti, jamu Indonesia akan mendunia. Langkah itu dimulai dengan mempromosikan jamu di luar negeri, termasuk di Amerika Serikat. Siapa sangka di jantung Kota New York, hanya beberapa blok dari Time Squares, jamu dijajakan bersama makanan Indonesia di tenant Jakarta Much.

"Aku tak terlalu banyak minum jamu," ujar Rob, nama travel vlogger yang kerap membuat konten tentang Indonesia, di video yang diunggah ke chanel Youtube The Lost Boys, Jumat, 20 Januari 2023.

Ia ditemani diaspora Indonesia, Amanda, perempuan asli Manado, yang sudah berimigrasi ke Amerika Serikat sejak usianya 10 tahun. Sebelum meminum jamu kunyit asam itu, mereka tos selayaknya orang asing saat hendak meminum alkohol.

"Jamu asli Brooklyn, ya?" sambungnya lagi.

Baru menyeruput sedikit, Rob langsung merasa segar. Amanda juga menambahkan bahwa jamu yang diminumnya pas sekali untuk musim dingin karena mengandung banyak rempah, khususnya kunyit dan asam. "Sehat, ya" imbuh Rob.

Jamu yang diminum keduanya bermerek Djamu. Berdasarkan penelusuran Liputan6.com, usaha minuman rempah itu didirikan oleh Shanley, diaspora Indonesia yang besar di Bandung, Jawa Barat.

"Ibu dan nenek Shanley juga farmasi herbal yang sukses membuat obat herbal untuk demam berdarah di Indonesia," demikian keterangan yang tercantum di laman djamu.nyc, dikutip Sabtu, 21 Januari 2023.

Shaney pindah ke Amerika Serikat sejak remaja untuk bersekolah. Ia kemudian bekerja berpindah-pindah ke New York, Los Angeles, San Francisco, dan Belgia sebagai desainer kepala dan direktur kreatif untuk beragam perusahaan desain. Tetapi saat pandemi, ia memutuskan menjual jamu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Varian Jamu

Shanley dengan rutin memproduksi dan mendistribusikan sendiri produknya yang bermerek Djamu karena ia meyakini akan membantu banyak orang meningkatkan kekebalan tubuhnya melawan Covid-19. Varian jamu yang dibuatnya adalah kunyit asam.

"Terbuat dari kunyit organik segar, jahe organik segar, asam jawa organik, dan madu asli," tulis Shanley di keterangan produk. Ia juga menyediakan varian wedang jahe yang mengandung jahe, bunga pala, biji fenugreek, cengkeh, asam organik, madu mentah, dan lada hitam. 

Jamu buatannya itu dikemas dalam dua tipe, yakni botol kaca dan kemasan kertas ramah lingkungan. Ia menjualnya seharga 16 dolar AS hingga 48 dolar AS untuk paket empat botol, atau sekitar Rp241ribu per botol kemasan sekitar 500 ml.

Menurut keterangan, jamu produk Shanley menggunakan resep yang biasa digunakan ibunya. Namun, rasanya telah diadaptasi agar bisa diterima lidah warga lokal yang multikultural. Menurut Shanley, semua bahan baku yang digunakan diperoleh dari lokal agar kesegarannya terjaga.

"Jika diminum setiap pagi, dapat membantu meningkatkan kesehatan Anda," tulis Shanley di laman djamu.nyc.

3 dari 4 halaman

Hanya Pakai yang Organik

Produk Djamu tersebut sengaja menggunakan bahan-bahan organik meski ada kesan kemahalan dan tidak sepadan dengan harganya. Padahal, mereka meyakini bahwa makanan organik memiliki banyak manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan.

"Bahan yang diproduksi secara organik lebih segar karena tidak mengandung pengawet. GMO (makanan hasil modifikasi genertik) juga masih diperdebatkan. Banyak yang meyakini bahwa makanan yang dimofikasi secara genetik meningkatkan penggunaan herbisida yang berbahaya," jelas Djamu dalam sebuah unggahan di akun Instagram mereka.

Hal itu terjadi karena GMO direkayasa untuk membuat tanaman kebal terhadap herbisida atau menghasilkan insektisida. Hal ini meningkatkan penggunaan herbisida dalam jumlah besar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melabeli produk itu 'mungkin karsinogenik bagi manusia'.

"Karena tidak ada penelitian jangka panjang yang menguji keamanannya, kami tidak yakin dengan efeknya. Namun, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa mengonsumsi GMO dapat menyebabkan kerusakan organ, alergen makanan, dan pertumbuhan otak yang lebih lambat," imbuh Djamu.

Pestisida juga menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker dan cacat lahir. Wanita hamil dan anak-anak paling tidak berdaya karena sistem kekebalan tubuh mereka yang sudah lemah. "Dalam pengertian ini, sangat sepadan dengan uang ekstra untuk membeli secara organik, karena kami masih tidak yakin dengan efek berbahaya dari makanan non-organik," pungkas Djamu.

 

 

4 dari 4 halaman

Penambahan Madu

Jamu terkadang ditambahkan madu agar terasa manis. Terkait hal ini, dr. Richard Siahaan dari Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia menyarankan agar penambahan madu sebaiknya dilakukan terakhir. 

"Karena takut teroksidasi. Itu bahan akhir untuk flavor (rasa) jadi lebih aman ditaruh di akhir karena dia bahan yang memang tidak perlu diolah lagi. Bukan bahan untuk diekstraksi," kata Richard. 

Dalam produksi obat herbal di pabrik pun, produsen akan menaruh pemanis pada urutan terakhir dalam pengolahan produk. Hal ini lantaran madu juga tak direbus atau dipanaskan seperti bahan alami lainnya.

Menurut Richard, hal ini berbeda dengan bahan-bahan semisal jahe atau kunyit yang digunakan ekstraksinya dalam racikan herbal. Bahan-bahan ini umumnya dipanaskan bersama air dan bahan lain di atas kompor.

"Ketika buat bahan di pabrik, kan pemanis ditaruh terakhir, tidak dicampur bahan untuk ekstraksi. Jadi ekstraksi itu bahan yang berbeda dengan sesudah dari bentuk kemasan," katanya mengutip Antara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.