Sukses

Curhat Ratu Kecantikan Remaja Diblok TikTok Gara-Gara Jerawat

Padahal, mantan ratu kecantikan yang diblok dari TikTok ini sedang berusaha membongkar stereotip negatif tentang jerawat.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Eva-Marie Grant, mantan ratu kecantikan remaja asal North Yorkshire, Inggris, yang dilaporkan diblok dari TikTok. Ini terjadi ketika kreator konten itu sedang berusaha membongkar stereotip negatif tentang jerawat.

Ketika menunjukkan kulit polosnya yang dipenuhi jerawat merah, TikTok menandai dan menghapus akunnya, dikutip dari New York Post, Rabu (4/1/2023). "Itu tidak cocok untuk mereka karena kulit saya, karena visualnya mengerikan," kata Grant, yang memegang gelar Miss Teen Galaxy York, pada BBC Radio York.

Bertekad untuk tidak membiarkan insiden itu menghalanginya berbagi semangat pemberdayaan secara online, remaja yang itu melaporkan menulis email ke platform sosial tersebut, dan membuat akun baru keesokan harinya. Seorang juru bicara TikTok mengatakan pada BBC bahwa perusahaan tidak "melakukan setiap keputusan moderasi dengan benar."

Pihaknya berupaya melangkah lebih jauh dengan memulihkan akun yang diblok. "Kami berharap Eva terus menggunakan TikTok untuk memberikan dorongan dan nasihat pada orang lain, dan untuk membagikan kisahnya," lanjut perwakilan tersebut, menyatakan bahwa aplikasi tersebut adalah "platform untuk ekspresi diri yang kreatif dan autentik."

Grant, yang menderita jerawat kistik selama bertahun-tahun, mengatakan kondisi kulitnya semakin memburuk sehingga pada satu titik, ia menolak untuk keluar rumah. Karena perawatan medis telah membantu, ia berharap dapat menunjukkan pada orang lain bahwa tidak memiliki kulit yang sempurna adalah "normal."

"Hanya karena kamu memiliki noda di luar, bukan berarti kamu tidak cantik," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Kali Pertama

Di dunia kontes kecantikan, jerawat Grant tidak menghalangi kesuksesannya. Remaja berusia 16 tahun ini dijadwalkan untuk berkompetisi di final nasional pada Maret 2023. Jika menang, ia akan maju ke kompetisi internasional di AS.

"Tidak ada yang benar-benar mengatakan apa pun di kontes karena mereka semua menerima Anda apa adanya, bukan seperti apa penampilan Anda," katanya.

Kasus Grant bukanlah kasus pertama yang membuat aplikasi itu dikecam karena "menyensor konten pesan positif tubuh." Pengguna mengkritik aplikasi karena "fatphobia," menekan kreator yang terpinggirkan, dan hanya mempromosikan pengguna yang secara stereotip menarik.

Pada 2020, pemberi pengaruh positif tubuh menyalakan platform karena menandai video mereka untuk pelanggaran pedoman komunitas. Mereka disebut tampil terbuka meski mengenakan pakaian yang sama dengan rekan mereka yang lebih kurus. Dalam sebuah pernyataan pada The Post saat itu, juru bicara TikTok mengklaim bahwa "tipe tubuh tidak pernah jadi alasan untuk moderasi konten di platform kami."

3 dari 4 halaman

Pelarangan TikTok

Pihaknya menyambung, "Fakta bahwa beberapa orang di komunitas kami merasa ini adalah masalah tengah kami dengarkan secara mendalam, dan kami berkomitmen untuk terus memeriksa kebijakan dan praktik kami saat kami berupaya menjaga TikTok sebagai tempat yang aman dan ramah bagi semua orang."

Hanya beberapa bulan sebelumnya, Intercept menerbitkan laporan mengejutkan yang mengungkap kriteria moderasi TikTok, termasuk menyensor pencipta yang dianggap memiliki "bentuk tubuh tidak normal" atau yang diklasifikasikan sebagai "gemuk, jelek, dan obesitas." Platform yang dimiliki oleh perusahaan teknologi China, ByteDance, ini juga menyarankan moderator untuk menandai klip di mana pengguna tampak berada di "perkampungan kumuh" atau "perumahan bobrok."

Aplikasi ini menghadapi tantangan di dalam pemerintah AS karena ancaman larangan membayangi peredaran mereka. Pada Desember 2022, Senat memilih untuk melarang platform tersebut dari perangkat yang dikeluarkan pemerintah karena masalah keamanan.

Beberapa destinasi wisata di Nepal juga telah melarang penggunaan TikTok pada pengunjung. Hal tersebut dilakukan dalam upaya memulihkan kedamaian di tempat-tempat suci dan membubarkan "kerumunan swafoto" yang mengganggu.

4 dari 4 halaman

Ganggu Peziarah

Mengutip Euronews, 31 Oktober 2022, video di aplikasi populer tersebut memang hanya berdurasi 15 detik. Namun, terlalu banyak pengunjung yang berpose dan menari di depan atraksi religi seperti Boudhanath Stupa yang megah di Kathmandu, Nepal.

Tanda-tanda "No TikTok" juga telah dipasang di situs ziarah Buddhis Lumbini, Kuil Ram Janaki di Janakpur, dan kuil Gadhimai di Bara dalam beberapa bulan terakhir. "Membuat TikTok dengan memutar musik keras akan mengganggu para peziarah dari seluruh dunia yang datang ke tempat kelahiran Buddha Gautama," kata Sanuraj Shakya, juru bicara Lumbini Development Trust yang mengelola kuil-kuil di Lumbini.

"Kami telah melarang pembuatan (video) TikTok di dalam dan di sekitar taman suci, tempat kuil utama berada," katanya pada situs berita teknologi Rest of the World.

Laporan menunjukkan bahwa sebagian besar TikTok tourism dilakukan turis domestik. Warga Nepal menghabiskan waktu "berdiam" yang lama karena lockdown selama pandemi COVID-19.

Bintang Tiktok sedang naik daun secara global. Namun dengan berjam-jam menggunakan aplikasi, generasi muda di Nepal memanfaatkan platform berbagi video secara besar-besaran. Menurut survei nasional mereka tahun lalu, jumlah responden dengan akses internet yang dilaporkan menggunakan TikTok meningkat dari tiga hingga lebih dari 55 persen hanya dalam dua tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.