Sukses

Air Liur Cacing Lilin Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah Plastik

Ilmuwan menemukan jika air liur cacing lilin memiliki enzim yang menghancurkan plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian baru menunjukkan jika dua zat dalam air liur atau ludah cacing lilin mampu menghancurkan plastik. Temuan baru ini diyakini ilmuwan mampu menanggulangi polusi sampah plastik di dunia.

Cacing lilin adalah larva ngengat pemakan lilin lebah yang diproduksi lebah saat membuat sarang. Ilmuwan menemukan jika ludah cacing lilin memiliki enzim yang menghancurkan polimer polietilena.

Polietilena termasuk zat yang sering digunakan dalam plastik dan penyumbang utama kerusakan lingkungan. Plastik yang terbuat dari polimer polietilena dirancang untuk sulit terurai sehingga plastik butuh puluhan tahun sampai berabad-abad untuk hancur secara alami.

Ilmuwan memulai penelitian mereka dari studi yang dipublikasi pada 2017 lalu. Saat itu ilmuwan menemukan jika cacing lilin mampu untuk menghancurkan polietilena tapi mereka belum tahu bagaimana cacing dapat menghancurkan plastik.

Kini ilmuwan menemukan jika enzim cacing lilin mampu membentuk reaksi biokimia sehingga menghancurkan plastik. Melalui proses oksidasi, oksigen jadi bahan utama yang diperlukan untuk menghancurkan polimer polietilena.

Ilmuwan menemukan jika cacing lilin dapat memproduksi enzim itu dalam beberapa jam tanpa memerlukan panas atau radiasi yang umum digunakan untuk menghancurkan plastik.  Federica Bertocchini, seorang ahli biologi dari Dewan Riset Nasional Spanyol (CSIC) mengungkap jika temuan ini mampu mengubah biodegradasi plastik.  "Fitur sama yang membuat plastik menjadi bahan unik dan berguna menciptakan salah satu masalah paling kritis abad ini," ungkap Bertocchini, dilansir dari Guardian, 4 Oktober 2022.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Butuh Penelitian Lebih Lanjut

"Plastik tinggal di lingkungan untuk waktu yang lama yang akhirnya terurai menjadi partikel-partikel kecil, sehingga menjadi sumber partikel plastik mikro dan nano. Partikel plastik ini telah ditemukan di mana-mana, mulai dari Antartika hingga hujan dan air ledeng, yang tidak hanya menyebabkan masalah lingkungan yang nyata tetapi juga merupakan masalah yang berkembang bagi kesehatan manusia," sambungnya.

Plastik bukan makanan alami cacing lilin, tapi peneliti menyatakan karena mereka meletakkan telur-telurnya di sarang lebah, anak-anak cacing yang baru menetas kemudian memakan lilin di sarang lebah tersebut.  "Lilin adalah sebuah polymer, semacam ‘plastik alami,’ dan punya struktur kimia yang serupa dengan polyethyleen," kata Bertocchini.

Para peneliti menyatakan mereka masih berusaha untuk lebih memahami cara lilin tersebut dicerna, tapi temuan tersebut dapat mengarah pada solusi bioteknologi terkait limbah plastik.  Lebih jauh, air liur cacing lilin kemungkinan juga bisa digunakan di rumah-rumah, jadi setiap keluarga dapat mengurai sampah plastik mereka sendiri. Meski begitu, tim peneliti mengatakan bahwa segala kemungkinan penerapan itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut sebelum diaplikasikan.

Sebelumnya polietilena pertama kali dibuat pada 1933. Bahan yang murah, bertahan lama, dan tidak merusak makanan membuatnya kerap digunakan untuk berbagai kebutuhan. Penggunaan berlebihan akhirnya mengancam lingkungan bumi.

Namun dengan adanya cacing lilin, ancaman plastik pun diyakini dapat ditangkal.  Cacing lilin berasal dari spesies Galleria mellonella. Cacing itu dianggap hama oleh peternak lebah karena memakan lilin lebah, serbuk sari, madu, hingga memakan larva lebah.

3 dari 4 halaman

Enzim Pemecah Plastik

Dengan temuan baru, ilmuwan berharap enzim dalam ludah cacing lilin dapat diproduksi secara sintetis untuk menghancurkan plastik. Namun ilmuwan mengungkap produksi itu mampu memproduksi karbon dioksida yang dapat merusak lingkungan juga.

"Dalam kasus kami, enzim mengoksidasi plastik, memecahnya menjadi molekul kecil. Ini menyarankan skenario alternatif untuk menangani sampah plastik di mana plastik dapat terdegradasi dalam kondisi terkendali, membatasi atau akhirnya menghilangkan sama sekali pelepasan mikroplastik," terang ahli ekologi dan matematika CSIC, Clemente Fernandez Arias.

Namun produksi enzim secara sintetis tetap dilakukan dan telah didanai oleh produsen plastik Jerman, Rochling. Perusahaan plastik Spanyol, Plasticentropy juga turut bekerja untuk penggunaan enzim pemecah plastik itu.

Sebelumnya, ilmuwan telah meneliti mikroorganisme yang mampu menghancurkan plastik dengan cara biologis atau biodegradasi. Beragam mikroorganisme yang mampu menghancurkan plastik pun ditemukan. Temuan ini diyakini mampu untuk melawan penggunaan plastik berlebihan dan polusi lingkungan.

Berbaga usaha untuk mengurangi sampah plastik juga dilakukan di Indonesia, termasu di laut. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengatakan Indonesia memiliki target untuk penurunan sampah plastik di laut hingga 70 persen sampai dengan akhir tahun 2025.

4 dari 4 halaman

Penanganan Sampah Laut

Hal tersebut telah tertuang pada peraturan Presiden No 83 tahun 2018 yakni mengenai penanggung jawab pelaksanaan gerakan nasional bersih pantai dan laut. "Sejak tahun 2018 pemerintah sangat serius dalam upaya penanganan sampah laut. Komitmen pemerintah dalam penanganan sampah laut diatur oleh peraturan presiden Nomor 83 Tahun 2018. Rencana aksi nasional penanganan sampah laut tahun 2018 hingga 2025 yang memberikan arahan-arahan strategis bagi 20 kementerian lembaga terkait untuk menangani permasalahan laut," ujar Trenggono dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Trenggono menjelaskan pentingnya menjaga laut dari sampah plastik. karena sampah plastik akan menjadi micro plastik yang bisa dikonsumsi oleh ikan dan ikan tersebut akan ditangkap oleh nelayan lalu dikonsumsi oleh para ibu yang sedang hamil maka generasi berikutnya akan mengalami kecacatan. "Itu salah satu konsen dan kalau kita lihat beberapa laut di dunia khususnya di Indonesia begitu besarnya juga kita temukan sampah plastik yang mengapung di laut," terangnya.

Langkah dasar yang dilakukan KKP adalah memberikan peneyederhanaan yang komperhensid kepasa semua pihak khsusunya masyaakat yang berkecimpung langsung di daerah lautan. "Karena kita negara maritim dan halaman depan kita adalah laut maka seluruh nelayan kemudian kapal perikanan, kemudian kapal transportasi, kapal logistik, kapal penumpang semua kita himbau untuk kemudian tidak membuang sampah di laut," kata Menteri KKP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.