Sukses

Segelas Susu Sehari Bisa Kurangi Risiko Diabetes Tipe II hingga 10 Persen

Para ahli menemukan konsumsi susu membantu melindungi kondisi kesehatan yang memengaruhi hampir lima juta orang Inggris.

Liputan6.com, Jakarta - Para ahli menemukan konsumsi susu membantu melindungi kondisi kesehatan yang mempengaruhi hampir lima juta orang Inggris. Satu teori yang menguatkan adalah susu mengandung nutrisi penting untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproses gula.

Para peneliti sebelumnya menemukan bahwa makan daging merah secara teratur meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Penyakit ini terjadi ketika tubuh kehilangan kemampuan untuk memetabolisme gula, terutama sebagai akibat dari penambahan berat badan dan gaya hidup yang buruk.

Dikutip dari The Sun, Senin, 19 September 2022, Badan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) mengungkapkan upaya mengobati diabetes menghabiskan 10 miliar pounsterling per tahun atau setara Rp173 triliun lebih. Diabetes jadi salah satu penyebab utama kebutaan, amputasi, stroke, dan penyakit jantung. 

Sebuah riset yang akan dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes di Stockholm menunjukkan konsumsi susu dapat membantu melindungi dari penyakit. Tim peneliti asal Italia menganalisis 13 studi utama tentang diet dan diabetes.

Mereka menemukan segelas susu setiap hari dikaitkan dengan sepuluh persen penurunan risiko, 200 gram sehari susu apa pun dengan pengurangan lima persen, dan semangkuk yoghurt dengan penurunan enam persen. Tapi, konsumsi keju, ikan, dan telur tidak terlalu berdampak apa-apa. 

Peneliti utama Dr Annalisa Giosu, dari University of Naples Federico II, mengatakan, "Produk susu kaya akan nutrisi, vitamin, dan senyawa bioaktif lainnya yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa, sebagai pemrosesan gula oleh tubuh,". Misalnya, protein whey dalam susu diketahui memodulasi kenaikan kadar gula darah setelah makan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hindari Daging Merah

Menurut sebuah penelitian, probiotik juga diketahui memberikan efek menguntungkan pada metabolisme glukosa, yang mungkin menjelaskan mengapa kami menemukan bahwa konsumsi yogurt secara teratur dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2. Sementara itu, daging merah ditemukan meningkatkan risiko diabetes, dengan peningkatan 22 persen dalam mengembangkan penyakit bagi mereka yang mengonsumsi 100g setiap hari, sekitar setengah steak kecil.

Kemudian hanya 50 gram daging olahan sehari, sekitar dua potong bacon, meningkatkan peluang hampir sepertiga. Dr Giosuè menambahkan, "Daging merah dan olahan merupakan sumber penting dari komponen seperti asam lemak jenuh, kolesterol dan zat besi, semuanya dikenal untuk meningkatkan peradangan kronis tingkat rendah dan stres oksidatif, yang dapat mengurangi sensitivitas sel terhadap insulin.

“Daging olahan juga mengandung nitrat, nitrit, dan natrium yang di antara efek samping lainnya, dapat merusak sel pankreas yang memproduksi insulin.” Para ahli mendesak orang untuk menghentikan konsumsi daging merah menggantinya dengan protein yang kurang berisiko, seperti ikan dan telur.

3 dari 4 halaman

Susu Kambing

Kambing atau domba populer sejak zaman nabi dan rasul. Bahkan, masyhur dalam riwayat, sebagian besar rasul adalah penggembala. Tentu saja ini kaitan dengan budaya dan kondisi wilayah di mana nabi dan rasul dilahirkan. Di negara-negara Arab, misalnya, kambing, domba dan unta lebih populer, meski sapi juga tak sedikit jumlahnya.

Selain dagingnya, kambing juga dimanfaatkan susunya. Diyakini, susu kambing lebih baik dari sapi, meski ada pula yang membantahnya. Mengutip kanal Islami Sabtu, 17 September 2022, berbeda dengan susu sapi, susu kambing tidak mengandung aglutinin. Akibatnya globula lemak susu kambing tidak mengalami klusterisasi, karena itu lebih mudah dicerna.

Susu kambing diketahui mengandung kadar laktosa yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi (4,1 vs 4,7 persen). Kondisi tersebut sangat baik bagi orang yang mengalami lactose-intolerant.

Orangtua yang memiliki bayi yang alergi terhadap susu sapi dan susu formula, seringkali dianjurkan untuk menggunakan susu kambing sebagai salah satu alternatif. Teorinya, susu kambing lebih tidak menyebabkan alergi dan mudah dicerna dibandingkan dengan susu sapi, namun perlu dicatat bahwa penggunaan susu kambing tidak diperuntukkan sebagai susu pengganti susu formula.

4 dari 4 halaman

Perbandingan Nutrisi

Berikut perbandingan kandungan nutrisi yang terkandung dalam kedua jenis susu sapi dan susu kambing. 

1. Susu sapi

Secangkir susu sapi terdapat kandungan kalori dan lemak lebih rendah dibandingkan susu kambing, yakni 149 kalori dan 8 gram. Disamping itu lemak jenuh dalam susu sapi pun lebih rendah dibanding susu kambing.

Kandungan vitamin B12 pada susu sapi sebesar 18 persen dan asam folat 3 persen. Ini sebabnya susu sapi lebih banyak digunakan sebagai susu formula jika ibu tidak menyusui bayi. Bukan hanya itu, kandungan selenium dan riboflavin (vitamin B2) dalam susu sapi diketahui lebih banyak dibanding susu kambing.

2. Susu kambing

Secangkir susu kambing memiliki 168 kalori lebih banyak dengan lemak 10 gram. Kalsium susu kambing pun lebih tinggi. Tapi, kandungan vitamin B12 pada susu kambing hanya sekitar 2,8 persen atau bisa dibilang jauh lebih rendah dibanding susu sapi.

Sementara kandungan vitamin C dalam susu kambing lebih besar. Kandungan vitamin C dalam susu kambing ini telah mampu memenuhi kebutuhan vitamin C dalam sehari. Selain vitamin C, susu kambing juga kaya akan vitamin A, magnesium juga potasium di dalamnya.

Sehingga, lebih baik minum susu sapi atau susu kambing? Pada dasarnya, baik susu sapi atau susu kambing sama-sama menyimpan kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Mengenai konsumsi mana yang lebih baik untuk kesehatan, selera maupun kebutuhan seseorang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.