Sukses

Kondisi Memburuk, Membersihkan Sampah di Gunung Tertinggi Dunia Bakal Kembali dan Butuh Banyak Biaya

Tumpukan sampah makanan dan kotoran manusia, tenda rusak dan tali, terlihat memenuhi kawasan gunung K2, salah satu gunung tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah sudah jadi persoalan global. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi juga di dua gunung tertinggi di dunia, yaitu Gunung Everest dan K2.

Lokasi kedua gunung tersebut juga saling berdekatan dan berada di wilayah Asia.  Menurut informasi dari akun Instagram @nimsdai dan @nimsdaifoundation, Minggu, 11 September 2022, masalah sampah di gunung K2 yang berlokasi di perbatasan Pakistan dan Tiongkok ini dinilai makin memburuk di tahun ini.

Pendiri akun Instagram tersebut bahkan sampai hampir muntah karena bau sampah sudah sangat menyengat. Tumpukan sampah makanan dan kotoran manusia, tenda rusak dan tali, terlihat memenuhi kawasan gunung K2.

Sampah tersebut sudah membeku dan menjadi es hingga menyatu dengan air tanah. Situasi itu membuat Yayasan Nimsdai mengambil tindakan.“

"Ini saatnya untuk beraksi. Hari ini kani mengumumkan proyek baru kami untuk mengatasi masalah sampah yang sudah menjadi tumpukan limbah menjijikan di K2," tulis mereka dalam unggahannya.

"Kami dengan bangga mengatakan, bahwa bersama dengan pendiri Nimsdai, yayasan ini berencana mengadakan proyek #BigMountainCleanup selanjutnya. Kami akan kembali ke K2 di tahun depan dengan tim yang lebh besar untuk melakukan aksi bersih-bersih sampah," lanjut unggahan tersebut. 

Tahun depan mereka akan mempnyai tim Sherpa yang akan bekerja untuk membersihkan sampah, serta menyingkirkan barang-barang yang duanggap berbahaya. Proyek ini diyakini bakal sangat menantang dan mahal terutana karena lokasi K2 yang terpencil dan medannya yang sulit.  

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aksi dan Donasi

 

Proyek ini diyakini bakal sangat menantang dan mahal terutana karena lokasi K2 yang terpencil dan medannya yang sulit.  Mereka juga harus menyediakan banyak biaya untuk mendapatkan ijin dan menggaji penuh para pekerja Sherpa.

Para pekerja dibayar mahal karena bekerja di gunung K2 jelas bukan hal yang mudah dan sangat menantang.  Proyek ini akan menjadi rencana tambahan di tahun 2023, karena sebelumnya sudah ada Everest Big Mountain Cleanup yang akan membersihkan sampah di Gunung Everest.

Nimsdai menambahkan, proyek ini adalah tentang tanggung jawab dalam mengatasi maasalah sampah.  "Untuk melakukan pembersihan butuh banyak uang dan kami membutuhkan bantan perusahaan yang berani bersikap dan memberi donasi agar proyek ini menjadi besar dan bahkan semakin besar lagi," tulis mereka lagi.

"Semakin kita bisa mengumpulkan banyak uang, kegiatan membersihkan sampah ini akan lebih besar lagi, dan tentunya akan berdampak lebih besar juga. Jadi beraksilah sekarang juga dan berikan donasi Anda," tutup akun tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Budaya Kebersihan

 

Masalah sampah di kawasan Everest dan K2 sudah menarik perhatian seorang pendaki gunung legendaris dari Inggris berdarah Nepal, Nirmal 'Nims' Purja MBE.  Melansir laman Lonely Planet, Senin (5/4/2021), Nims meluncurkan kampanye baru untuk membersihkan pegunungan tertinggi di dunia pada satu waktu.

Pada 2019, Nims merilis rencana berani untuk menaklukkan 14 gunung dengan ketinggian puncak lebih dari delapan ribu meter dalam satu musim. Ia tuntas menyelesaikan rencana ambisius itu dalam tujuh bulan, mengalahkan rekor dunia sebelumnya yang membutuhkan waktu tujuh tahun.

Bersama upaya tersebut, ia juga mendorong Project Possible ke ranah legenda pendaki gunung. Sekarang, Nims telah mengalihkan perhatian untuk "merapikan Himalaya" melalui Great Mountain Cleanup, kampanye untuk membawa berton-ton sampah turun dari puncak untuk diproses dan didaur ulang. 

Pihaknya juga memberi pelatihan dan pekerjaan bagi tim pembersihan lokal dalam prosesnya. Fase pertama dari rencana tersebut akan menargetkan K2, puncak tertinggi kedua dunia yang berada di Pakistan, selama musim pendakian musim panas 2021. Kemudian, berlanjut ke Gunung Everest pada 2022 dan Manaslu di tahun 2023. Tujuannya bukan hanya untuk membersihkan gunung secara fisik, tapi menumbuhkan budaya kebersihan.

4 dari 4 halaman

Pendaki dan Masyarakat

Kampanye bersih-bersih sampah dari puncak gunung-gunung tertinggi di dunia ini juga bakal memastikan bahwa pendaki dan masyarakat lokal bekerja sama untuk menjaga agar gunung tetap bersih di masa depan.  Grup ekspedisi Elite Himalayan Adventures telah memimpin kampanye tersebut dengan memberi contoh.

Pihaknya mengikuti kebijakan "bersih sambil jalan" untuk memastikan bahwa satu-satunya bukti kehadiran mereka di atap dunia adalah foto perayaan puncak.

Pada 2019 lalu, ekspedisi pembersihan Gunung Everest oleh pemerintah Nepal telah berhasil mengangkut turun 11 ton sampah dan 4 jasad pendaki, kata para pejabat setempat pada Rabu 5 Juni.  Tim ekspedisi yang kembali dari gunung setinggi 8.850 meter itu mengatakan sebagian besar lerengnya dipenuhi kotoran manusia, botol bekas oksigen, robekan tenda, tali, kantong plastik, dan masih banyak lainnya.

Dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (6/6/2019), pejabat setempat menilai temuan tersebut sebagai hal memalukan bagi sebuah negara yang mendapat pemasukan besar dari pendakian Gunung Everest.  Sebagian dari sampah tersebut diterbangkan ke ibu kota Kathmandu untuk diserahkan kepada pihak pendaur ulang pada hari Rabu, yang sekaligus mengakhiri ekspedisi pembersihan tersebut.

Para pejabat menyebutnya sebagai misi yang sukses, meski diakui oleh mereka, masih banyak sampah yang harus dikumpulkan di sepanjang area pendakian Gunung Everest. Beberapa di antaranya tertutup salju dan hanya terkuak ketika suhu udara meningkat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.