Sukses

Pentingnya Ayam Kembali ke Kebun, Bantu Olah Food Loss hingga Hasilkan Kompos

Ayam tak sekadar menghasilkan daging dan telur semata. Lebih dari itu, unggas ini berperan penting dalam mengatasi food loss atau sampah makanan.

Liputan6.com, Jakarta - Ayam banyak dipelihara dan dikembangbiakan untuk kemudian diambil daging dan telurnya sebagai sumber protein. Namun bagi sebagian orang, kehadiran unggas berbulu itu berperan lebih dari sekadar penghasil daging dan telur semata.

Salah satunya bagi Reska Fauziah, seorang pemilik pertanian keluarga bernama Dekakebon. Eka, begitu ia akrab disapa, bahkan berupaya untuk mengembalikan peran ayam di kebun, mulai dari mengolah food loss hingga menghasilkan kompos.

"Kita punya lahan organik juga masih belajar, kita mikir kalau bikin kompos itu lama misalkan harus manual. Setelah belajar, ayam itu berperan banyak, bukan hanya menghasilkan telur dan daging," kata Eka saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 26 Agustus 2022.

Ia awalnya mendapat sepasang ayam dari tantenya untuk coba diternakkan. Ia tidak memberi pakan dengan konsentrat yang banyak dijual di pasaran, melainkan dengan hasil fermentasi sisa dapur organik.

"Kalau sampah organik itu kesannya sampah, kita pakai sisa organik dapur ini kita proses fermentasi dengan dedak diformula dan dikasih ke ayam. Nanti sama ayam diceker-ceker sendiri, dia pilih mana yang bisa dimakan, mana enggak," terangnya.

Ia mengungkapkan alas ayam-ayam ternaknya di semi umbaran dengan daun-daun kering dan jerami sebagai alasnya. Bahan-bahan karbon tersebut digunakan dengan maksud nantinya terdekomposisi.

"Setelah belajar banyak dan ayam semakin banyak, kita mikir enggak mungkin cukup dengan sisa organik yang kita konsumsi saja sama yang ada di kebun, kita cari-cari pas ke pasar ternyata banyak food loss yang dibuang," ungkap Eka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kelola Food Loss

Pernah satu waktu, ia dapat mengangkut food loss sebanyak satu mobil bak. Rata-rata per hari food loss yang didapat dari pasar sekitar 2--3 karung.

"Pas dikasih ke ayam karena terlalu full dikasi terus, ayamnya malah jadi menceret. Selain kita kompos dan kasih ke ayam, kita olah dulu sampah organiknya pakai biokonversi maggot," tambahnya.

Ia pun memperoleh beberapa produk dari biokonversi maggot, mulai dari maggot, telur maggot, dan kasgot (residu dari larva lalat black soldier fly) yang dapat dijadikan untuk pupuk. Cara ini juga dapat mengolah food loss karena maggot diberi lagi ke ayam dan semuanya dapat berjalan.

"Kemarin kita sempat bisa jual maggot, kebetulan sekarang produksinya lagi menurun. Kita kerja sama dengan yang lain, yang mengelola sisa organik juga, nanti kita jual ke peternak ayam. Sekarang sudah ada yang langganan Alhamdulillah, dari kita seminggu pasti selalu kirim, minimal 30--50 kg. Kalau produksinya lebih besar lagi, mungkin bisa lebih banyak mengurangi food loss," tutur Eka.

Food loss yang banyak didapatkannya dari pasar berupa sayur dan buah. Ia kini tengah merancang program untuk mengambil food waste ke kafe dan hotel.

"Kita lagi mikirin gimana daripada dibuang ke TPA mending disetor ke sini. Kemarin sempat ada yang sudah coba, ada yang buat lemon yang diperas dan dikemas, itu ada sisa organiknya sama dia suka dikirim ke sini, nanti sisa organik lemonnya kita olah lagi," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Ternak Ayam

Olahan sisa organik lemon disebut Eka terkadang dimakan oleh ayam, terkadang juga tidak. Namun, sisanya ia olah kembali dan diberi ke maggot.

"Sisa organik lemon juga kita buat eco enzyme, nanti bisa dipakai di lahan kebun, bisa buat pembersih juga," katanya.

Eka juga berbagi cerita mengenai duka yang dihadapinya ketika beternak ayam. "Karena ilmunya masih minim, kita orangnya masih sedikit, cuma bertiga di kebun," katanya.

"Awalnya ayam kita kembangin semuanya suruh beranak, kita belum siap, pakan belum siap, malah ayam karena enggak ada kegiatan pakan kurang sering saling bully, kita nentuin waktu lahirnya enggak tepat. Ternyata di ayam itu ada koloninya, ada yang bully-bully," jelasnya.

Ia menjelaskan indukan kandang belum terlalu siap, sampai banyaknya tikus dan kucing yang masuk ke wilayah ternak turut jadi penghambat. Meski begitu, Eka mengatakan, ayam-ayam ternaknya selama ini tak pernah kena penyakit.

"Kandang kalau sama mama ayamnya langsung kan repot ya, meski kandang banyak. Akhirnya kita coba kalau pakai mesin tetas supaya ayamnya bisa banyak, kita bikin mesin tetas. Pas tanya-tanya harganya lumayan, kita bikin dari kandang kucing pakai dus, Alhamdulillah berhasil semuanya menetas," kata Eka.

4 dari 4 halaman

Hampir 90 Ekor

Ia mengaku sudah percaya diri dengan pencapaian itu dan membuat kandang yang lebih bagus menggunakan triplek. "Justru yang sekarang itu ada di angka 50 persen, ada yang mesti diubah lagi, yang tadinya mesinnya otomatis malah patah, masih trial error," lanjutnya.

Di sisi lain, Eka melihat ayam bukan hanya penghasil telur dan daging saja. Ada sederet peranan penting unggas ini di kebun dan beberapa telah ia terapkan.

"Padahal bisa lebih, mengurangi food loss dari kasih dengan cara fermentasikan dan olahan lain, bantu kerjaan kita di kebun. Kita kebun enggak dicangkul, kadang ayam di umbaran, dikeluarin dari kandang cuma karena persiapan juga enggak pas, dia keluar zona teritorialnya malah makan yang sudah ditanam, bantu menggemburkan tanah mengurangi hama-hama kan dia suka makan biji-bijian yang enggak terlihat, telur hama," jelasnya.

Kegiatan ini telah dijalani Eka sekitar dua tahun lalu. Jumlah ternak ayamnya juga kini bertambah dan bisa mandiri menghasilkan daging ayam, telur, dan pupuk

"Kita Alhamdulillah sudah mandiri daging ayam, telur dan pupuk juga. Kemarin sempat drop di angka 40 ekor karena dijual dan sebagainya, sekarang Alhamdulillah sudah mencapai 85 lagi, hampir 90 ekor," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.