Sukses

Termasuk Bumi Manusia, 4 Buku Ini Bisa Ningkatin Nalar Kritis Kamu!

Banyak juga di antara buku-buku ini yang bisa dibilang cukup langka dan beberapa ada yang pernah dilarang keras beredar oleh pemerintah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Bingung pas libur kerja atau sekolah mau isi waktu liburan? Baca buku aja, dijamin deh bisa membawa suasana yang berbeda buat kamu yang sibuk banget kerja atau sekolah. Tapi, kamu pasti rada bingung ya, buku apa sih yang kira-kira harus dibaca? Mau yang novel atau akademik, atau keduanya.

Nah, nggak usah bingung lagi, ini ada rekomendasi 4 buku yang wajib kamu baca. Emang sih, bahasannya cukup berat, tapi kalau udah baca, dijamin waktu nggak kerasa deh berjalan. Poin plusnya,  nalar kritis kamu pasti akan meningkat.

Banyak juga di antara buku-buku ini yang bisa dibilang cukup langka dan beberapa ada yang pernah dilarang keras beredar oleh pemerintah Indonesia. Berikut buku-buku yang wajib kamu baca!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Buat kalian para penikmat sastra, buku ini seringkali dianggap sebagai karya sastra terbesar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan besar Indonesia yang menghabiskan hampir setengah masa hidupnya di penjara dalam status tahanan.

Namun di dunia internasional, Pram dipandang sebagai salah satu sastrawan besar dunia yang mendapatkan puluhan pengahargaan internasional dan juga sebagai satu-satunya orang Indonesia yang beberapa kali masuk nominasi penghargaan Nobel Prize for Literature.

Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Pulau Buru yang menceritakan tentang pertentangan batin yang dialami seorang intelektual Indonesia pada masa pra-kemerdekaan bernama Minke (tokoh personifikasi dari RM Tirto Adisuryo). Sebagai pembaca, kita diajak untuk mengalami langsung dalam masa perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia, juga tentang pandangannya terhadap pendidikan serta bagaimana pendidikah dapat merubah derajat manusia dan juga nasib bangsanya.

Naskah cerita ini dibuat pada masa Pram diasingkan di penjara Pulau Buru. Setelah naskah ini berkali-kali disembunyikan, kejar-kejaran sama sipir, sampai mungkin dikubur di dalam tanah, disita, ditulis ulang kembali, diceritakan dari mulut ke mulut oleh kawan-kawan Pram di penjara, kemudian ada juga sebagian dari naskahnya yang diselundupkan ke luar negeri sampai pada akhirnya diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia pada tahun 1975.

3 dari 5 halaman

2. Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie

Buku ini adalah potret dari kehidupan seorang idealis yang tetap berpegang teguh dan konsisten pada prinsipnya dari awal hingga akhirnya hayatnya. Sebuah catatan harian dari seorang aktivis mahasiswa tahun 1960-an yang berani bersuara lantang di tengah masa-masa paling gelap sekaligus paling mencekam dalam sejarah Bangsa Indonesia.

Dalam catatan harian Gie, kita bisa belajar keberanian dari kacamata seorang yang begitu gelisah akan ketidakadilan yang dialami oleh bangsanya. Tentang prinsip kebenaran, kejujuran, dan integritas termaktub di sini. Siapa yang jadiin Soe Hok Gie as a role model nih?

4 dari 5 halaman

3. Burung-burung Manyar, Y.B. Mangunwijaya

Buku ini mengisahkan masa Indonesia pada jaman peralihan. Indonesia pada masa peralihan adalah sebuah babak yang penuh dengan pergulatan identitas. Indonesia “dijajah” Belanda selama 350 tahun, atau mungkin lebih tepatnya “hidup bersama” dengan Belanda selama 3 abad lebih.

Romo Mangun berhasil menulis sebuah kisah Sejarah di masa-masa awal kelahiran bangsa ini dengan sungguh sangat mengesankan, begitu detail, sarat dengan situasi yang dilematis, serta mengajak kita untuk banyak mempertanyakan identitas kita, tujuan hidup kita, dan pastinya dalam memaknai arti sebuah kemanusiaan dan kemerdekaan yang sesungguhnya.

5 dari 5 halaman

4. Madilog, Tan Malaka

Tan Malaka adalah orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia pada sebuah buku berjudul Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1925. Bagi sebagian kaum akademisi dan intelektual, Tan Malaka telah dianggap sebagai the true founding father of Indonesia. Salah satunya adalah Muhammad Yamin yang menjuluki Tan Malaka sebagai “Bapak Republik Indonesia”.

MADILOG ini merupakan singkatan dari Materialisme, Dialektika, Logika. Dalam buku ini, Tan Malaka mengajak kita semua untuk selalu berpikir dengan menggunakan logika, berdialektika dengan cara berpikir yang rasional, terstruktur, dan selalu mengacu pada bukti sebelum akhirnya sampai pada kesimpulan.

Nah, itu dia 4 rekomendasi buku yang wajib kamu baca di waktu senggang. Nggak usah merasa berat buat baca buku-buku itu, bawa asyik aja. Enjoy! Yakin deh, buat kamu yang masih siswa atau mahasiswa, baca buku0buku itu bisa jadi pemicu buat ningkatin konsep idealisme dalam pikiran kamu! Kamu jadi lebih kritis!

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini