Sukses

Selain Bersih, Cuci Tangan Ternyata Juga Bisa Mencerdaskan Anak

Mencuci tangan termasuk salah satu bentuk stimulasi perkembangan anak selain menjaga kebersihan dan kesehatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Mencuci tangan sangat penting bagi kesehatan, terutama di masa pandemi ini. Tapi, siapa menyangka bahwa mencuci tangan ternyata ada kaitannya dengan kecerdasan anak.

Dokter Anak dari Universitas Indonesia, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, mengatakan bahwa mengajari anak perilaku mencuci tangan bisa membantu mencerdaskannya. Mesty mengutip sebuah studi yang mengungkap, mencuci tangan termasuk salah satu bentuk stimulasi perkembangan anak selain menjaga kebersihan dan kesehatannya.

"Jangan lupa ajarkan anak cuci tangan sejak dini. Selain untuk menjaga kebersihan, kesehatan, juga untuk mencerdaskan si kecil," ungkap Mesty dalam webinar Biodef: Persiapan Keluarga untuk Transisi Masa Pandemi ke Endemi, Selasa, 12 April 2022.

Mesty menambahkan, studi mencatat anak yang diajarkan mencuci tangan sebelum usia sembilan bulan, dibandingkan dengan anak yang tidak diajarkan mencuci tangan, mengalami diare lebih rendah. Kondisi diare, ditambah kurangnya asupan gizi anak, membuat pertumbuhan serta perkembangan anak tidak optimal.

"Kalau jarang cuci tangan, misalnya, kuman masuk, anak akhirnya diare, anak gizinya tidak bagus lalu mengalami stunting. Jadi akhirnya anak tidak tumbuh dan berkembang optimal," terang Mesty.

Di sisi lain, mencuci tangan yang melibatkan beberapa gerakan, seperti menggosok tangan, mengikuti aturan melatih kemampuan anak dari segala aspek, termasuk sensoris.

"Cuci tangan adalah stimulasi, yaitu gosok-gosok tangan mengikuti urutan, kecerdasannya makin banyak, bersentuhan dengan air, melatih kemampuan sensorik. Jadi kecerdasannya dari segala aspek itu lebih baik dibandingkan anak yang diajarkan mencuci tangan di atas usia sembilan bulan," jelas Mesty.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

20 Detik

Ia mengingatkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat mencuci tangan, seperti durasi cuci tangan selama 20 detik. Setelah itu, sejumlah langkah perlu diterapkan, yaitu menggosok kedua tangan, punggung tangan, sela jari-jari, juga di antara kedua telapak tangan.

Kemudian jari-jari saling mengunci untuk membersihkan kepalan tangan, jempol, dan kuku. Hal lainnya adalah waktu yang direkomendasikan untuk mencuci tangan antara lain ketika tangan kotor, sesudah buang air, menyusui, sebelum makan, serta setelah bersin dan batuk.

Cuci tangan juga harus dilakukan setelah bermain di tanah atau tempat kotor, sebelum memegang makanan dan setelah makan. Mesty juga mengingatkan, di peralihan dari masa pandemi ke endemi saat ini, penting bagi Anda dan si buah hati untuk menerapkan protokol kesehatan.

"Jangan lupa untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumuman, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, menjaga pola makan, serta istirahat yang cukup," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Jangan Lengah

Pentingnya cuci tangan juga dikatakan Prof. Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Ia mewanti-wanti agar tidak menyepelekan protokol kesehatan seiring tren penurunan kasus Covid-19 di Indonesia.

Zubairi meminta seluruh pihak, terutama pemerintah, tidak jemawa di tengah masa transisi Indonesia dari pandemi menuju endemi Covid-19. Ditambah lagi dengan banyaknya relaksasi yang saat ini dilakukan pemerintah pada aktivitas sektor non-kesehatan.

"Kita jangan sampai lengah di tengah jumlah kasus yang rendah, pembatasan dilonggarkan, dan Ramadhan sekarang sudah seperti sebelum pandemi. Jangan sampai lupa untuk tetap pakai masker dan rajin cuci tangan," ucapnya.

4 dari 4 halaman

Prokes 5M

Zubairi menyebut tidak ingin kondisi Indonesia akan bernasib sama seperti sejumlah negara yang "menggila" akibat kenaikan kasus Covid-19, sehingga berpotensi menyebabkan fasilitas kesehatan kembali penuh hingga hal terburuk seperti kekurangan tenaga kesehatan.

Ia mencontohkan Korea Selatan sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi sebanyak 1.607.876 kasus dalam sepekan terakhir. "Ada baiknya kita tetap waspada dan mencermati negara-negara berstatus endemi yang kasus mingguannya melonjak tinggi," imbuhnya.

Zubairi pun meminta masyarakat mampu beradaptasi dengan kehidupan kenormalan baru dengan tetap disiplin protokol kesehatan. Ia juga mengimbau tetap menjaga protokol kesehatan 5M, di antaranya memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Selain itu, warga yang belum sama sekali menerima vaksin Covid-19 diminta untuk segera mengakses layanan vaksinasi di fasilitas kesehatan. Ia juga menyarankan agar pelaku usaha bisa memberikan izin bagi pekerja yang tengah mengalami penyakit menular seperti flu dan batuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.