Sukses

6 Fakta Menarik tentang Sumbawa yang Punya Pemukiman Terpadat di Dunia

Sumbawa tak hanya disematkan pada nama pulau, tetapi juga nama kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Liputan6.com, Jakarta - Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Letaknya di bagian barat Pulau Sumbawa. Dengan luas wilayah 6.643,98 kilometer persegi ini, Sumbawa terdiri 24 kecamatan, delapan kelurahan, dan 157 desa.

Menurut sejarah, keberadaan Kabupaten Sumbawa atau Tana Samawa ini mulai dikenal sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning (1350-1389). Saat itu, corak kerajaan masih bersifat hinduistis. Lalu, corak Hindu tersebut berakhir sejak masa kepemimpinan Raja Dewa Majaruwa yang memeluk Islam setelah kerajaan menjalin hubungan dengan kerajaan Islam Demak.

Kabupaten Sumbawa memiliki situs peninggalan sejarah dari zaman Megalitikum, yakni Situs Air Renung. Lokasinya berada di Kecamatan Moyo Hulu. Pada Situs Aik Renung terdapat beberapa peninggalan kuburan batu atau biasa disebut sarkofagus.

Pada dinding sarkofagus itu terdapat beberapa ukiran wajah dan tubuh manusia. Tidak hanya satu, tetapi dua batu sarkofagus di sana. Pada batu kedua ukiran Sarkofagusnya lebih beragam. Selain ukiran manusia juga ada ukiran buaya. Namun, ukiran tersebut kian tergerus oleh cuaca.

Selain itu, Kabupetan Sumbawa juga masih memiliki hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik tentang Sumbawa yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Pemukiman Terpadat di Dunia

Desa Pulau Bungin merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin ini hanya seluas 8,5 hektare, relatif kecil untuk ukuran desa. Tetapi, jumlah penduduknya banyak sehingga Desa Pulau Bungin dijuluki sebagai pemukiman terpadat di dunia. Dapat dilihat bahwa di daerah itu hampir tidak ada lahan kosong, tidak memiliki garis pantai, dan tidak ada lahan hijau.

Dulunya, di pulau ini hanya terdapat gundukan pasir putih. Namun saat ini, penduduk Pulau Bungin saling hidup berdesakan dengan rumah-rumah yang berjejer secara berhimpitan.

Uniknya, rumah yang berdiri di desa ini tidak menggunakan batu atau tanah sebagai pondasinya, melainkan menggunakan terumbu karang yang sudah mati. Jadi, warga tak perlu membeli tanah karena mereka harus mengeruk tanahnya sendiri. Saat berkunjung ke sini, jangan lupa mencicipi kuliner seafood-nya yang gurih dan asin.

2. Istana Tua Peninggalan Kesultanan Sumbawa

Istana Dalam Loka merupakan saksi bisu yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada masanya. Pembangunan bangunan tua itu diprakarsai oleh Sultan Muhammad Jalaludin Syah III yang menjadi sultan ke-16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa pada 1885. Istana Dalam Loka terlihat sangat megah dengan bentuk rumah panggung dan memiliki luas bangunan 904 meter.

Istana ini dibangun dengan menggunakan kayu yang memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”. Filosofi tersebut bermakna bahwa semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus didasarkan pada syariat Islam. Lambang Islam juga dapat dilihat dari kayu penyangga yang berjumlah 99 dengan arti Asmaul Husna. Bangunan istana dibangun dengan sistem baji, apabila terjadi gempa bumi bangunan ini memiliki tingkat kelenturan yang tinggi.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Surga di Padang Savannah

Apabila Kepulauan Komodo memiliki Pulau Kanawa, Sumbawa memiliki Pulau Kenawa. Pulau Kenawa merupakan pulau kecil yang terdapat di sisi utara Kabupaten Sumbawa. Pulau seluas 13,8 hektare itu didominasi oleh hamparan padang savana.

Pasir putih juga turut menghiasi pantai yang ada di Pulau Kenawa sepanjang 1,73 kilometer dan dikelilingi oleh air laut yang sangat bening. Bukit kecil nan mungil yang berada di tengah pulau ikut menghiasi Pulau Kenawa. Keindahan yang disajikan Pulau Kenawa membuat pulau ini disebut sebagai pulau kecil terindah di Indonesia.

4. Ramuan Minyak Mendidih

Tradisi Malala, salah satu tradisi unik yang dilakukan oleh Suku Sumbawa. Suku Sumbawa melakukan tradisi ini dengan membuat minyak obat dari ramuan alami yang telah dididihkan. Pembuatan obat dari minyak alami lantaran kehidupan masyarakat Sumbawa masih sangat melekat dengan budaya dan alamnya. Prosesi meramu minyak ini hanya dapat ditemukan selama bulan Muharam di tahun Hijriah.

Pembuatan minyak Sumbawa hanya dapat dilakukan oleh seorang tabib atau dukun yang disebut Sandro. Pada tradisi Malala, Sandro mengaduk ramuan minyak menggunakan tangannya dalam keadaan mendidih dan api masih terus menyala. Bahan untuk membuat minyak yaitu akar-akar kayu, madu, sarang burung, dan lainnya. Lalu, minyak tersebut dipanaskan di atas tungku selama 4--5 jam.

 

 

3 dari 4 halaman

5. Surganya Kelelawar

Gua-gua yang ada di Indonesia umumnya dihuni oleh banyak kelelawar. Namun gua yang satu ini bukan lagi dihuni banyak kelelawar, melainkan surganya kelelawar. Ketika memasuki Liang Bukal atau Gua Kelelawar, para pengunjung akan disambut dengan bau amonia khas kelelawar. Apabila menelusuri gua hingga dalam, pengunjung akan menemukan Liang Petang, sebuah gua yang sangat gelap dan diselimuti oleh banyak misteri.

Di sekeliling gua tersebut terdapat lembah sungai mata air yang diapit oleh tebing-tebing karang serta pepohonan yang rindang. Meski musim kemarau, air dari sungai Liang Bukal tak akan pernah kering. Air tersebut bahkan dapat diminum karena jernihnya.

6. Pesona Masjid Agung Sumbawa

Keindahan alam dan kemegahan bangunan menjadi kombinasi menarik dari Masjid Agung Darussalam. Masjid ini dikelilingi oleh perbukitan yang indah. Masjid Agung Darussalam di Sumbawa memiliki 99 tiang kokoh yang menyimbolkan Asmaul Husna. Masjid ini juga memiliki 112 anak tangga yang ditujukan pada surat Al-Ikhlas sebagai surat ke-112 dalam Alquran dan tiga lantai masjid yang menerapkan tiga prinsip warga Sumbawa.

Sekitar bangunan Masjid Agung Darussalam terdapat kolam dengan luas 5.000 meter. Kolam tersebut dihiasi dengan 120 titik air mancur. Bagi yang ingin memasuki masjid harus melewati sungai dengan jembatan penghubung. Bangunan masjid terdiri dari tiga warna, yaitu warna putih, emas, dan juga hijau. Dinding-dinding pun terlihat sangat megah dengan hiasan kaligrafi di dalamnya. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

4 dari 4 halaman

Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.