Sukses

32 Persen Remaja Putri di Indonesia Mengalami Anemia

Sebelum pandemi, program suplementasi penambah darah untuk atasi anemia pada remaja putri berjalan di sekolah-sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Anemia atau kekurangan sel darah merah masih jadi masalah kesehatan yang belum teratasi di Indonesia. "Sekitar 32 persen remaja putri yang ada di Indonesia mengalami anemia sehingga menyebabkan mereka mudah terserang penyakit," kata Prudence Borthwick, Manajer Unit Kesehatan Kedutaan Australia di Jakarta dalam Konferensi Pers Nutrition International melalui daring pada Kamis, 27 Mei 2021.

Menurut dia, kondisi tersebut terjadi lantaran konsumsi zat besi yang rendah dan diperparah dengan menstruasi setiap bulan. Selain itu, pola diet yang salah berkontribusi pada anemia. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan.

Gejala anemia pada remaja putri sama dengan gejala anemia pada umumnya seperti mudah letih, lelah, lesu, wajah tampak pucat, sering sakit kepala, bahkan sulit berkonsentrasi. Anemia juga berdampak pada kesehatan fisik remaja putri, prestasi di sekolah, dan meningkatkan kemungkinan timbulnya masalah pada masa kehamilan.

Seorang calon ibu yang pada masa remajanya pernah menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah serta mengalami stunting. "Calon ibu yang pernah menderita anemia pun rentan terhadap berbagai penyakit selama masa kehamilannya dan secara langsung dapat mengganggu kesehatan bayi yang dikandung," sambung Borthwick.

Berangkat dari temuan itu, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Pemerintah Australia menggandeng LSM bernama Nutrition International untuk meluncurkan program Mitra Youth pada 2017. Program itu bertujuan untuk mengurangi anemia pada remaja putri di Indonesia dengan memberikan edukasi gizi serta suplemen tambah darah di sekolah.

"Kami dari Kedutaan Besar Australia sangat mendukung kegiatan untuk meningkatkan gizi serta mencegan masalah anemia pada remaja putri, karena kami percaya hal ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia," ujar Borthwick.

Program itu telah menjangkau sekitar kurang lebih 6.000 sekolah menengah ke atas di 20 kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Daerah ini dipilih lantaran tingkat pernikahan muda yang tinggi serta masalah kurang gizi yang tinggi pada remaja putri.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Beradaptasi dengan Pandemi

Program itu menyediakan suplementasi tablet tambah darah mingguan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sembari mengedukasi para remaja dan orangtua tentang pentingnya konsumsi tablet tambah darah untuk meningkatkan zat besi dalam tubuh yang bisa mencegah anemia. Sebelum pandemi, kegiatan tersebut dilakukan di sekolah di depan guru atau petugas kesehatan.

Namun, pandemi memaksa sekolah tidak menggelar pembelajaran langsung. Maka, inovasi pun diciptakan agar program suplementasi tetap berjalan. Salah satunya dengan layanan drive thru oleh sekolah yang ada di Jawa Timur. Siswa yang biasanya datang ke sekolah untuk mengumpulkan atau mengambil tugas secara teratur dapat mengambil tablet tambah darah yang telah disediakan di sebuah pos tanpa harus turun dari kendaraannya. Tablet tambah darah yang diberikan cukup untuk dikonsumsi selama sebulan.

Inovasi selanjutnya adalah home visit, yakni petugas kesehatan mengunjungi rumah setiap murid perempuan untuk memberikan tablet tambah darah serta memastikan obat tersebut dikonsumsi. Selain memberikan tablet tambah darah, para petugas kesehatan juga mengedukasi orangtua tentang pentingnya konsumsi zat besi pada remaja perempuan.

Posyandu Remaja juga menjadi solusi selama pandemi. Setiap remaja dapat mengunjungi posyandu terdekat dari tempat tinggal untuk menerima tablet tambah darah serta pengecekan kesehatan. Protokol kesehatan tetap diperhatikan di tempat ini, remaja putri yang datang wajib menggunakan masker serta menjaga jarak. Kegiatan ini juga diawasi oleh satgas maupun tenaga kesehatan dari puskesmas.

Nutrition International juga sedang menciptakan aplikasi di mana remaja dapat melaporkan bahwa mereka telah mengonsumsi tablet tambah darah. Hasil laporan ini akan langsung terkirim ke puskemas yang telah ditunjuk, serta data hasil laporan akan masuk ke dalam Kartu Laporan Konsumsi TTD. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

3 dari 3 halaman

Patuh 3 M Saat Donor Darah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.