Sukses

Kontroversi Karya Seni yang Meminta Darah Pribumi di Wilayah Bekas Jajahan Inggris

Seniman Spanyol, Santiago Sierra, telah merencanakan untuk membenamkan bendera British Union Jack "dalam darah wilayah jajahannya."

Liputan6.com, Jakarta - Festival seni Dark Mofo di Tasmania, Australia telah membatalkan proyek meminta darah pribumi, menyusul penentangan keras. Seniman Spanyol, Santiago Sierra, telah merencanakan untuk membenamkan bendera British Union Jack "dalam darah wilayah jajahannya," menurut seruan donasi awal bulan ini.

"Kami membuat kesalahan, dan bertanggung jawab penuh. Proyek akan dibatalkan," tulis penyelenggara festival seni dalam sebuah unggahan di akun media sosial mereka, baru-baru ini, ditandatangani direktur kreatif Leigh Carmichael.

"Kami meminta maaf pada semua orang di First Nations atas luka yang telah ditimbulkan. Kami minta maaf," sambung mereka. Sementara, menurut CNN, Rabu (24/3/2021), Sierra belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus ini.

Proyek itu "terbuka untuk orang-orang First Nations dari negara-negara bekas jajahan Inggris yang tinggal di Australia," menurut seruan untuk sumbangan darah yang diunggah beberapa hari lalu. Mereka yang secara sukarela berkenan akan diminta menyumbangkan "sejumlah kecil darah" untuk karya seni tersebut.

Proyek ini dengan cepat mendapat kritik. Kira Puru, seorang musisi Australia yang merupakan keturunan Maori, mengomentari unggahan Instagram Dark Mofo. "Sungguh cara untuk mengungkapkan bahwa tidak ada orang First Nations di tim kuratorial/konsultasi Anda," katanya. "Orang kulit putih semakin memanfaatkan darah literal dari orang-orang First Nations."

Penulis Cass Lynch, keturunan Noongar yang tinggal di bagian barat Australia, menulis artikel di Overland, majalah sastra radikal, yang mengatakan "tidak sopan dan tidak etis" meminta donor darah. Noongar adalah komunitas Aborigin yang tinggal di Australia barat daya.

"Meminta orang-orang First Nations memberikan darah untuk membasahi sebuah bendera bukan kritik atas kondisi penjajahan yang menjijikkan," tulis Lynch.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sikap Penyelenggara Festival

Lynch menyambung dengan mengatakan, "Ini meminta komunitas yang darahnya telah dibangun koloni Australia, komunitas yang meninggal lebih muda, lebih sakit, dan lebih terpinggirkan karena rasisme struktural daripada orang lain. Membuat lebih banyak 'sumbangan' darah dalam membuat pernyataan tak sama dengan meluruskan kesalahan."

Lynch menekankan bahwa para donor tidak ditawari pembayaran, dan Dark Mofo juga tidak menyebutkan sumbangan pada organisasi pribumi.

Terlepas dari kritik tersebut, Dark Mofo awalnya membela proyek tersebut. "Ekspresi diri adalah hak asasi manusia yang fundamental, dan kami mendukung seniman untuk membuat dan mempresentasikan karya terlepas dari kebangsaan atau latar belakang budaya mereka," tulis mereka.

Namun, pihak festival kemudian mengumumkan pembatalan proyek tersebut. Sementara, sisa festival akan berlangsung sesuai rencana pada 16--22 Juni di Hobart, Tasmania.

Sierra sendiri dikenal karena karya-karyanya yang menghebohkan, termasuk transformasi bekas sinagoga di Jerman jadi kamar gas dan membayar empat wanita yang digambarkannya sebagai "pelacur" kecanduan heroin agar punggung mereka ditato dalam satu garis horizontal.

3 dari 3 halaman

5 Tips Cegah COVID-19 Saat Beraktivitas dengan Orang Lain

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.