Sukses

Cara Seru agar Anak Muda Lebih Peka akan Tekstil Ramah Lingkungan

Tahukah Anda, sampah tekstil yang dihasilkan bahkan baru bisa terurai 100 tahun kemudian?

Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan buruk manusia adalah satu orang memiliki banyak baju dan beberapa di antaranya hanya dipakai sekali atau sama sekali tidak dipakai. Padahal, satu baju butuh waktu sekitar 100 tahun sampai terurai.

"Kadang perempuan itu kalau ada baju yang lagi tren ingin ikutan beli aja, walaupun tidak tahu bakal dipakai atau tidak," kata Merdi Sihombing, CEO Eco Fashion Indonesia dalam acara Next GENEROUSion Festival di Epicentrum Walk Jakarta pada Minggu, 3 November 2019.

Dalam talkshow ini, Merdi juga menjelaskan, Eco Fashion Indonesia mengajak anak-anak muda supaya membeli baju sesuai kebutuhan. Selain itu, ia mengimbau untuk membeli baju yang terbuat dari bahan ramah lingkungan.

Saat ini, Eco Fashion Indonesia telah bekerja sama dengan 50 industri tekstil ramah lingkungan di seluruh Indonesia. Eco Fashion Indonesia mengedukasi perajin tentang penggunaan bahan serat dan pewarna ramah lingkungan.

Merdi berharap, sustainable fashion ini menjadi gaya hidup anak-anak muda sekarang untuk lebih sadar terhadap lingkungan. Selain itu, dengan edukasi kepada perajin lokal, semakin banyak kerajinan lokal yang ramah lingkungan dipakai masyarakat Indonesia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kain Ulos hingga Purun

Pada kesempatan berinteraksi dengan anak muda di acara Next GENEROUSion di Epicentrum Walk Jakarta pada Minggu, 3 November 2019, Eco Fashion Indonesia menggelar peragaan busana dari tiga industri tekstil lokal yang menampilkan kain dan kerajinan dari bahan ramah lingkungan.

Penampilan pertama dari Dekranasda Kabupaten Dairi yang menampilkan kain ulos silahi dengan bahan dan serat yang ramah lingkungan. Kabupaten Dairi memberdayakan seluruh masyarakat lokal terlibat dalam produksi kain ulos tersebut, dimulai dari pencarian serat, pembuatan benang, penenun, dan distribusi produk

Penampilan kedua dari Putri Berdikari Desa Surgung, Tuban, Jawa Timur yang menampilkan batik tulis hasil tangan ibu-ibu Desa Surgung. Bersama dengan Sahabat Pulau Indonesia, para pembatik di Desa Surgung diajak untuk melestarikan batik tulis. Saat ini, sebanyak 14 pembatik aktif di Desa Surgung berkonstribusi dalam produksi batik tulis Surgung.

Penampilan terakhir dari Badan Restorasi Gambut Indonesia di Kabupaten Barito, Kalimantan Selatan yang menampilkan kerajinan tangan tas dari purun (sejenis tanaman rumput) yang dikreasikan menjadi tas dengan pewarna alami. Sejak 2016, BRGI terdaftar di pemerintah Indonesia sebagai komunitas yang membantu mempercepat pemulihan tanah gambut yang rusak akibat kebakaran. (Ossid Duha Jussas Salma)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.