Sukses

Para Pensiunan: 2049, Tampilkan Bahaya Korupsi Sewaktu Seseorang Mati

Teater Gandrik Yogyakarta mementaskan lakon mereka dalam karya berjudul "Para Pensiunan: 2049". Teater ini mengangkat kisah masa tua para koruptor hingga ajal menjemput.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup sebenarnya hanya menunda pensiun. Dan para pensiunan itu ingin menikmati masa tuanya dan menunggu mati yang tenang. Begitulah penggalan kalimat yang menggambarkan cerita dari Teater Gandrik Yogyakarta garapan Butet Kertaradjasa berjudul "Para Pensiunan: 2049".

Lewat kemasan cerita yang apik, teater ini menampilkan suguhan kisah berdurasi kurang lebih 2,5 jam tentang kehidupan petinggi negeri yang sedang memasuki masa pensiun. Teater ini bercerita tentang mereka yang adalah seorang pensiunan jenderal, politisi, hakim dan pensiunan lainnya.

Lalu ada undang-undang Pemberantas Pelaku Korupsi (Pelakor) yang secara konstitusional mengharuskan siapapun yang mati memiliki Surat Keterangan Kematian yang Baik (SKKB). Undang-undang Pelakor dibuat agar para koruptor kapok. Sebab, hanya mereka yang baiklah yang bisa dimakamkan.

Sementara mereka yang koruptor, diceritakan tak bisa dikuburkan lantaran tidak memiliki SKKB. Konon, jasad para koruptor yang tak bisa dimakamkan ini akan dilebur, dijadikan sejumlah benda yang bisa dimanfaatkan jadi kebutuhan manusia.

Budaya korupsi yang tak patut ditiru apalagi dicontoh diangkat dalam kisah ini. Menunjukkan betapa bahayanya jika hal semacam ini terus dilakukan dalam kehidupan bernegara.

Praktik korupsi, kolusi hingga nepotisme begitu jelas diceritakan. Demi mendapatkan SKKB, tokoh utama bernama Doorstoot, mantan petinggi negeri (diperankan Butet Kertaradjasa) yang korupsi semasa hidup kesulitan mendapat surat tersebut.

Padahal, jasadnya sudah mulai membusuk lantaran berhari-hari tidak dimakamkan. Pihak keluarga pun berusaha membujuk bahkan menyuap penjaga kubur agar tubuh Doorstoot bisa dimakamkan. Teater yang juga menampilkan unsur komedi ini juga menceritakan bagaimana upaya arwah dari Doorstoot yang berupaya mencari SKKB.

Lewat teater ini sang sutradara mengatakan bahwa kisah ini menggambarkan kecemasan para pelaku korupsi yang takut akan kondisinya di masa tua. Sehingga rela mempolitisir undang-undang pelakor yang dianggap bisa mengancam mereka saat berkuasa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berikan Pesan Moral

Dalam pertunjukkan teater yang dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, pada Kamis, 25 April 2019 tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh di Tanah Air.

Salah satunya adalah Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekref) Triawan Munaf. Menurutnya, teater berjudul "Para Pensiunan: 2049" tersebut sangat menampilkan pesan moral.

"Pesan moralnya itu adalah apa yang kita rasakan sekarang. Namun, kisah ini dikemas dalam kisah yang lucu," ujar Triawan Munaf saat ditemui usai menonton teater.

"Seperti biasalah Mas Butet dan rekan-rekan menggarapnya dengan sangat up to date, kekinian dan penggarapan yang serius dan tidak sembarangan. Hal itu lah yang membuat saya kagum terhadap beliau," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Teater Mampu Berikan Dampak Ekonomi

Triawan Munaf juga menyampaikan bahwa pertunjukkan teater semacam ini mampu meningkatkan dampak ekonomi bagi Indonesia. Meski begitu ada banyak hal lain yang perlu dipersiapkan sehingga jauh lebih matang.

"Saya selalu ingin karya-karya semacam ini bisa memberi dampak ekonomi. Artinya, harus komersil. Bekraf juga pernah melakukan hal semacam ini untuk meningkatkan dampak ekonomi," jelas Triawan.

"Saya juga berharap ada education audiences sehingga semacam ini tak hanya dipentaskan satu kali, namun berkali-kali. Bisa pula dilakukan dalam waktu yang cukup panjang running kota by kota," jelasnya.

"Itu belum tercapai di kita. Tidak seperti London dan kota-kota besar di dunia yang sudah memulainya. Namun, kita sedang menuju ke sana," pungkas Triawan Munaf.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.