Sukses

Sambel Pecel Khas Blitar Inovasi Mahasiswa UPER Siap Tembus Pasar Internasional

Produk bernama Sambel Pecel My Fin ini hadir sebagai upaya pelestarian kuliner tradisional sekaligus strategi memperluas pasar ke skala nasional bahkan internasional.

OlehNovia HarlinaDiperbarui 05 Mei 2025, 23:15 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2025, 16:06 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Sambel pecel khas Blitar kini tampil dalam kemasan lebih modern dan higienis, berkat inovasi bisnis yang digagas oleh mahasiswa dan alumni Universitas Pertamina.

Produk bernama Sambel Pecel My Fin ini hadir sebagai upaya pelestarian kuliner tradisional sekaligus strategi memperluas pasar ke skala nasional bahkan internasional.

Qori’atul Septiavani, alumni Universitas Pertamina, bersama tiga mahasiswa Program Studi Ekonomi—Millenia Shinta Anggraeni, Iklimah Nur Rachmah, dan Nur Arifka W.—mengembangkan produk sambel pecel dalam kemasan jar kaca praktis.

Dengan mengusung nilai “Citra Rasa Warisan Nusantara”, mereka ingin membawa rasa autentik Blitar ke konsumen yang lebih luas.

“Produk ini kami buat murni dari bahan alami tanpa pengawet. Tapi dengan pengemasan yang lebih higienis, daya tahannya bisa sampai lima bulan. Kami juga mengangkat unsur budaya Jawa dari desain kemasan hingga nama produk yang terinspirasi tokoh wayang,” jelas Qori saat ditemui di sela kegiatan inkubasi bisnis di Universitas Pertamina.

Berdasarkan data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Blitar (2022), sambel pecel termasuk lima besar pangan lokal terlaris.

Namun, tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku dan rendahnya kualitas kemasan kerap menghambat daya saing produk. Laporan Foresight Indonesia (2022) juga menyebutkan, 40 persen konsumen kini lebih memilih produk bumbu dengan kemasan praktis dan tahan lama.

Melihat celah tersebut, tim My Fin mengembangkan empat varian bumbu siap saji—Sambel Pecel, Bumbu Gado-gado, Bumbu Tahu Telur, dan Bumbu Sate—dalam kemasan yang dirancang untuk mendukung gaya hidup modern.

Setiap bulan, mereka memproduksi sekitar 115 kilogram sambel pecel atau setara 350 kemasan berukuran 300 gram, dengan harga jual Rp23.500 per unit.

Produk ini kini dipasarkan melalui 90 reseller aktif, partisipasi dalam bazar UMKM, serta promosi di media sosial dan platform e-commerce. Strategi pemasaran ini berhasil mendorong omzet penjualan hingga Rp7,3 juta per bulan.

Tak berhenti di pasar lokal, Sambel Pecel My Fin juga tengah mempersiapkan ekspansi ke pasar internasional. Melalui pelatihan yang difasilitasi program Inkubasi Bisnis Lanjutan Universitas Pertamina, tim mendapat pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk, daya saing, serta strategi masuk ke marketplace global.

“Harapan kami, sambel pecel ini bisa dinikmati oleh masyarakat di berbagai negara sebagai bentuk kebanggaan akan kuliner Indonesia,” ujar Qori.

Rektor Universitas Pertamina, Prof Wawan Gunawan A. Kadir menyampaikan bahwa keberhasilan tim My Fin mencerminkan semangat kewirausahaan berbasis inovasi yang terus dikembangkan kampus.

“Mahasiswa Universitas Pertamina membuktikan bahwa kewirausahaan bukan hanya soal kreativitas, tapi juga kontribusi nyata dalam memperkuat perekonomian lokal dan nasional,” ujarnya.

Sebagai perguruan tinggi berbasis inovasi dan kewirausahaan, Universitas Pertamina mendukung penuh langkah-langkah mahasiswa dalam membangun solusi kreatif, termasuk melalui sektor kuliner, guna menjawab tantangan pasar dan meningkatkan daya saing produk lokal di kancah global.

Produksi Liputan6.com