Sukses

Ustadz Adi Hidayat: Orang yang Amalkan Istighfar sebelum Subuh Seperti Ahli Surga Jalan-Jalan di Bumi

Jangan sepelekan amalan istighfar di waktu sahur seperti ahli surga, ini penjelasannya

Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan orang yang mengamalkan istighfar beberapa menit saja sebelum subuh maka bagaikan ahli surga yang sedang jalan-jalan di bumi.

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istighfar ialah permohonan ampun kepada Allah,sedangkan beristigfar, bermohon (memohon) ampun kepada Allah dengan mengucapkan astagfirullahalazim.

"Disebutkan oleh Al-Qur'an ahli istigfar di Waktu sahur adalah orang yang seakan ahli surga yang sedang berjalan-jalan di bumi," kata UAH, seperti yang diunggah dalam video pendek di Youtube pada channel @Bagikanlah.

"Menjelang waktu subuh, sebaiknya bangun sebelum subuh, misalnya 5 menit sebelum subuh, dan rajin untuk istighfar," ucap ustadz Adi Hidayat.

Selain mendapatkan pengampunan dosa, memperbanyak bacaan istighfar sebelum waktu subuh juga akan dijamin Allah SWT, nanti akan membawa kehidupan penuh berkah dan nyaman.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mendapat Perlindungan Allah SWT

Bahwa mereka yang rajin dalam bacaan istighfar sebelum waktu subuh, maka akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT terhadap stabilitas keuangan mereka, serta perlindungan untuk para keluarganya.

"InsyaAllah akan dijaga, baik dari hartanya akan stabil, anak akan dijaga, suami dijaga, harta dijaga, maka kehidupan berkah dan nyaman," tutup Ustadz Adi Hidayat.

Sementara mengutip tafsiralquran.id, sahur identik dengan nuansa Ramadhan. Sebab, saat puasa di Bulan Ramadhan, kita disunahkan makan di waktu sahur. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam anjuran Nabi untuk sahur tersebut, ternyata terdapat keutamaan lain yang juga disunahkan, meski sebenarnya tidak terkhusus pada waktu sahur. Keutamaan itu ialah beristighfar, memohon ampun kepada Allah.

3 dari 4 halaman

Dalil Amalkan Istighfar sebelum Subuh

Setidaknya ada dua dalil dalam Alquran yang menyinggung tentang keutamaan istighfar di waktu sahur.

Pertama, surah Adzdzariyat ayat 18. Allah SWT berfirman:

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Dan pada akhir malam, mereka memohon ampunan (kepada Allah).”

Di dalam tafsir al-Sa’di, ayat di atas ditafsirkan sebagai gambaran orang bergelar muhsinin, yang berkaitan dengan ayat sebelumnya.

Bahwa ciri orang muhsinin adalah mereka memperpanjang salat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup salat malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istighfar seorang pendosa untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki waktu lain.

Mengapa mereka mesti beristighfar, padahal shalat malam saja sudah menjadi ibadah yang sangat baik? Ternyata, menutup istighfar menunjukkan bahwa seorang hamba merasa ibadahnya tersebut masih mengandung banyak kekurangan. (al-Tahrir wa at-Tanwir, 25360)

Bahkan di dalam tafsir al-Thabari, mengenai Surah Yusuf ayat 98 yang berisi tentang Nabi Ya’qub yang mengundurkan waktu dalam tenggang waktu yang cukup lama demi memohonkan ampunan kepada anak-anaknya. Sebab, beliau memang sengaja ingin melakukannya di waktu sahur meski harus menunggu. Kisah tersebut memberi pelajaran bahwa waktu sahur adalah waktu yang tepat dan utama untuk beristighfar. (Tafsir al-Thabari, 22/413)

Kedua, surah Ali Imran ayat 17. Allah SWT berfirman:

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ

“(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.”

 

4 dari 4 halaman

Pendapat Beberapa Ulama

Menurut Ibnu Katsir, ayat di atas menerangkan sifat orang bertakwa, antara lain munfiqin (orang yang berinfak), dan mustaghfirin bi al-ashar (orang yang beristighfar di waktu sahur). Ayat ini mengisyaratkan keutamaan beristighfar di waktu sahur. Adapun di dalam tafsir al-Qurthubi, bahwa yang mereka pinta adalah agar Allah menutupi aib dan kesalahannya.

Ada relasi kuat antara waktu sahur dengan istighfar. Hal ini terkait dengan waktu sahur yang memiliki keistimewaan. Menurut Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bari, bahwa berdoa di waktu sahur itu mustajab. Hal tersebut didasarkan sebuah hadis bahwa waktu sahur adalah waktu ketika Allah turun ke langit dunia dan membuka selebar-lebarnya pintu rahmat dan ampunan. (Lihat HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758)

Imam Nawawi pun turut berkomentar, waktu sahur adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna di waktu tersebut.” (Syarh Shahih Muslim, 6/36). Di dalam tafsir al-Thabari, diceritakan kebiasaan sahabat yang patut kita teladani. Nafi’ bercerita bahwa ketika itu Ibnu Umar sedang salat malam, lalu dia berkata, “Wahai Nafi’, apakah sudah tiba akhir malam?”, Nafi’ menjawab, “belum” lalu beliau kembali berdiri melaksanakan salat. Dan ketika aku berkata, “sudah,” lalu beliau duduk beristigfar dan berdoa sampai subuh.

Esensi yang bisa kita ambil dari pemaparan di atas bahwa diantara ciri orang bertakwa adalah bangun sebelum subuh dan menghabiskannya dengan salat malam dan istighfar.

Di samping itu, ada keutamaan pada waktu sahur yang merupakan waktu yang mustajab dan istimewa untuk beristighfar.

Bukan hanya menandakan takwa, tapi juga momentum spesial. al-Syarbini dalam tafsir Siraj al-Munir menjelaskan alasan istimewanya istighfar di waktu sahur, selain karena waktu yang mustajab, serta karena di waktu itu ibadah lebih sulit, dan pada waktu itu pula jiwa lebih jernih dan akal lebih khusyuk, terutama bagi ahli tahajud. (Tafsir Siraj al-Munir, 1/202).

Demikianlah keutamaan istighfar di waktu sahur. Meski sebenarnya termasuk ibadah yang bisa dilakukan kapan saja, dengan beristighfar di waktu sahur, kita berarti telah melakukan kesunahan berlapis. Selain itu, juga berarti kita sudah melakukan tuntunan Nabi. Wallahu a’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.