Sukses

Garangan Dengar Nih, Gus Iqdam: Pacaran Kui Elek, Zaman Nabi Ora Enek

Pendakwah muda sekaligus pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam tiba-tiba membahas tentang pacaran

Liputan6.com, Jakarta - Pendakwah muda sekaligus pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah, Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam tiba-tiba membahas tentang pacaran.

Iya pacaran memang sangat marak saaat ini. Padahal menurut Gus Iqdam hal ini tidak diperbolehkan, bahkan ia menyebutnya haram.

Umumnya orang awam berpendapat jika pacaran merupakan sebuah hubungan romantis antara dua orang yang terlibat secara emosional, romantik, dan seringkali juga fisik.

Bagi sebagian orang ini adalah waktu dimana dua individu membangun kedekatan, keintiman, dan komitmen satu sama lain dengan tujuan menjalin hubungan jangka panjang.

Pacaran bisa berbeda-beda bagi setiap orang, ada yang melihatnya sebagai langkah menuju pernikahan, sementara yang lain melihatnya sebagai cara untuk saling mengenal dan menikmati kebersamaan tanpa komitmen yang terlalu serius.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Orang Satu Dunia Sepakat Pacaran Itu Tidak Boleh

"Pacaran, koe ngerti ora nek pacaran kui elek, weruh ora," kata Gus Iqdam dalah sebuah pengajian yang diunggah di platform TikTok dengan akun @Bolonepusat Real.

Bagi suami Ning Nila ini, pacaran adalah jelek. Bahkan jika mau jujur, orang satu dunia itu tahu bahwa pacaran adalah tidak dibolehkan, bahkan dalam sejaran Nabi Muhammad SAW hal itu tidak ada sama sekali.

"Pacaran kui jane ora oleh, wong sakdunyo ngerti kui ora oleh mbok dibahas pirang-pirang tahun. Ukurane kanjeng Nabi kui yo ra enek," lanjut Gus Iqdam.

3 dari 4 halaman

Jika Tak Bisa Berhenti Pacaran, Jangan Anggap Itu Benar

Namun pada kenyataannya banyak yang nelaksanakan aktivitas ini. Gus Iqdam mengakui jika banyak yang melakukan hal ini, namun bukan berarti itu menjadi sebuah pembenar, karena banyak yang melakukan.

"Dene kowe rung iso mareni, perkara kui ojo mbok anggap apik paham gak?," kata Gus Iqdam.

Gus Iqdam tidak peduli, jika dirinya dianggap sebagai sosok yang tidak pernah muda karena menyatakan haramnya pacaran.

Selain itu, ia juga tak mempermasalahkan juga, ketika Gus Iqdam dianggap tidak gaul. Semua anggapan semacam itu sama sekali tak ipikirkannya, karena yang iua sampaikan adalah persoalan hukum.

"Biasa Gus Iqdam ora tau nom, ora aku tau nom opo langsung tuek yo kui ra urusan," ungkapnya.

"Gus Iqdam ra tau gaul, padahal dek'e mbiyen ngene ngene, ora ana urusan karo aku. Urusane karo hukum, ojo dianggap biasa," tegas Gus Iqdam.

4 dari 4 halaman

Membiarkan Pacaran Bisa Jadi Puncaknya 'Ghoflah'

Gus Iqdam justru sangat menyayangkan jika ada masyarakat ada yang menganggap pacaran itu baik, maka akan terjadi hal yang lebih buruk, karena hal itu sebagai puncak kelalaian manusia,

"Nek kui dianggap apik, nek pacaran dianggap mbois, dianggap keren, lha iki puncak 'ghoflah' panjenengan yo kui," katanya.

Gus Iqdam mengibaratkan, jika hal itu dibarkan akan membuat hati seseorang akan mati, jika sudah mati hati bisa membusuk.

"Dadi nek sui-sui dilakonii atine mati, barang nek mati kui ora aktif, sui-sui bosok," ujarnya.

Jika ditilik, ghoflah secara bahasa artinya lalai, lengah. al-Fayumi mengatakan: “al-ghoflah adalah hilangnya sesuatu dari fikiran seseorang serta tidak mengingatnya.

Ahli bahasa, Ibnu Faris menjelaskan, “al-Ghaflah ialah hilangnya sesuatu dari benak seorang insan dan tidak teringat akan hal tersebut. Dan kalimat ini, bisa juga di gunakan bagi seseorang yang meninggalkan perkara karena meremehkan atau berpaling darinya.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al-Anbiya’ :1).

Imam asy-Syaukani menjelaskan pengertian ghaflah (lalai) dalam ayat ini dengan menyatakan: “Pengertiannya mereka berada dalam kelalaian oleh dunia dan berpaling dari akherat tidak bersiap-siap dengan kewajiban mereka berupa iman kepada Allah dan melaksanakan kewajiban serta menjauhi semua larangan”

Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.