Sukses

Piala AFF 2022 dan Kisah Etnis Cham Muslim Kamboja yang Nyaris Punah oleh Khmer Merah

Pada masa Rezim Khmer Merah, umat Islam di Kamboja nyaris punah. Ratusan masjid dihancurkan, ratusan ribu muslim etnis Cham terbunuh dan diceraiberaikan

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia membekuk Kamboja di matchday kedua Grup A Piala AFF 2022, di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat (23/12/2022). Berhadapan dengan timnas Kamboja, Skuat Garuda berhasil menang dengan skor 2-1.

Timnas Indonesia berhasil unggul melalui gol Egy Maulana dan Witan Sulaeman sementara Kamboja memperkecil kedudukan berkat gol Saret Krya.

Berkat kemenangan ini, timnas Indonesia mendapatkan modal yang apik untuk Piala AFF 2022, di mana Skuat Garuda akan berhadapan dengan Brunei Darussalam di pertandingan matchday ketiga nanti.

Tak ada yang istimewa dalam pertandingan ini. Hasilnya juga sudah banyak ditebak. Sebab, Kamboja bukanlah tim yang diperhitungkan.

Nah, ini menariknya, bagi umat Islam, Kamboja identik dengan Khmer Merah, sebuah rezim yang digambarkan begitu kejam, terutama umat beragama. Rezim ini otoriter dan begitu menekan kebebasan beragama.

Pada masa Rezim Khmer Merah, umat Islam di Kamboja nyaris punah. Ratusan masjid dihancurkan, ratusan ribu muslim etnis Cham terbunuh dan diceraiberaikan.

Namun kini, umat Islam dan umat beragama lainnya menyongsong zaman baru usai tumbangnya Khmer Merah, meski tak lagi sekuat dulu. Etnis Cham Muslim mulai kembali ke daerah asalnya dan kembali hidup damai.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Membaca Kamboja di Asia Tenggara

Di Asia Tenggara, beberapa negara seperti Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, beberapa negara di Asia Tenggara, umat muslim merupakan minoritas. Salah satunya adalah Kamboja.

Negara yang pernah mengalami perang saudara pada 1970-an ini sebagian besar penduduknya beragama Buddha. Lalu, sejak kapan Islam masuk ke Kamboja?

Menurut Peneliti P2W-LIPI, Betti Rosita Sari Islam masuk saat Kamboja masih mempunyai beragam kerajaan. Yang paling dikenal adalah Kerajaan Champa.

Islam masuk sekitar abad ke-10 dan 11. Sebagian besar etnis Cham memeluk Islam pada abad ke-16 dan 17, menjelang jatuhnya Kerajaan Champa.

"Menjelang runtuhnya kerajaan Champa, banyak dari mereka yang berpindah ke daerah lain, atau ke Malaysia, Indonesia dan China. Tapi sampai saat ini komunitas Cham masih ada di Kamboja dan mereka sebagiab besar adalah muslim," terang Betti, dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada Senin, 11 Mei 2020.

Komunitas Cham memegang peran penting dalam menyebarkan Islam di Kamboja. Mereka punya hubungan yang turun naik dengan Raja Kamboja. Mereka berbaur dengan komunitas muslim Melayu yang sudah ada di Kamboja sejak abad ke-13.

3 dari 4 halaman

Penganiayaan Khmer Merah

Sebelum Khmer Merah pada 1975, komunitas Muslim Kamboja sebenarnya terdiri dari kaum Cham dari bekas kerajaan Champa di Vietnam yang runtuh pada 1470. Kaum Cham pada mulanya diislamkan oleh para pedagang dan perajin dari Arab dan India.

Kaum tersebut berimigrasi dalam jumlah besar ke Kamboja pada abad ke-15.Selain kaum etnis Cham, Muslim Melayu dari Indonesia dan kawasan yang sekarang bernama Malaysia juga memasuki Kamboja pada abad yang sama.

Kaum Arab, kaum imigran dari Anak Benua India, dan pribumi yang masuk Islam juga menjadi bagian dari komunitas Muslim di Kamboja saat ini. 

Pada 1975, Islam sudah sangat berkembang, itu bisa diketahui dari tumbuhnya ratusan masjid dengan sekitar 300 guru agama dan 300 khatib. Banyak di antara guru-guru tersebut yang belajar di Malaysia dan beragam universitas Islam di Kairo, India, atau Madinah.

Namun penganiayaan di bawah rezim komunis Khmer Merah yang sangat kejam dan otoriter, mengakibatkan jumlah mereka terkikis. Bagaimanapun, dan pada akhir 1980 mereka mungkin tidak mendapatkan kembali kekuatan mereka sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Pulih Kembali

Khmer Merah menggunakan pola yang konsisten untuk membunuh orang-orang Cham. Mereka juga melakukan penyebaran etnis Cham, seperti kerja paksa di ladang atau menangkap mereka karena tuduhan adanya perlawanan atau pemberontakan partai komunis.

Tak hanya pemeluk Islam, semua penganut agama, termasuk Buddha, dianiaya sepanjang kekuasaan Khmer Merah. Waktu itu, sebanyak 132 masjid dihancurkan dan umat Islam tidak diizinkan beribadah.

Mereka juga dipaksa makan daging babi lalu dibunuh jika menolak. Setelah pemerintahan Khmer Merah berakhir, aturan terkait agama dipulihkan.

Sebanyak 185 ribu warga Cham tercatat kembali tinggal di Kamboja pada pertengahan 1980. Masjid pun masih ada yang berdiri. Perlahan geliat Islam kembali menguat meski tak sekuat dulu, saat belum dikikis oleh Khmer Merah.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.