Sukses

Potang Mandi Balimau, Ritual Pengusir Dendam Berusia Ratusan Tahun di Riau

Saat potang mandi balimau, semua ninik mamak dari berbagai suku di Riau hadir. Jeruk nipis menjadi buah yang paling dibutuhkan di sini.

Liputan6.com, Pekanbaru - Tradisi berusia ratusan tahun tetap hidup di masyarakat karena Ramadan. Salah satunya adalah tradisi potang mandi balimau yang ada di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Pada 14 Mei 2018 di tepian Sungai Kampar, ratusan warga dari berbagai suku di wilayah itu berkumpul. Bunyi-bunyian dari alat musik tradisional sambut-menyambut mengiringi datangnya kepala suku dari beragam suku di sana. Semua ninik mamak dari berbagai suku ada di sana.

Warga juga menyambut Bupati Pelalawan HM Harris, sebagai warga asli dari kabupaten pemekaran Kampar ini dan pemuka adat bergelar Datuk Setia Amanah. Dia menggunakan baju adat dan disambut bak pengantin bersama Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Melayu Riau, Al Azhar.

Potang berarti petang. Ritual mandi yang dipercaya secara turun-temurun itu dipercaya dapat menyucikan diri menjelang masuknya Ramadan yang sudah diumumkan Menteri Agama jatuh pada 17 Mei 2018.

Pantauan di lokasi pada 14 Mei 2018 itu, bupati dan tetua suku disambut dengan rentakan kompang dan talempong (alat musik tradisional). Hentakan dari silat sambutan juga menghentak menyambut mereka.

Sebagai tanda dimulainya ritual ini, perwakilan dari masing-masing suku menaikkan tonggol atau bendera adat mereka. Selanjutnya, satu per satu anggota suku, didahului tetua dan ninik mamak, saling bersalaman dan berpelukan.

Tonggol dinaikkan ini bisa sebagai tanda harmonis atau tidaknya kehidupan dalam suatu suku. Tonggol yang tidak naik setelah diberdirikan menjadi tanda adanya permasalahan dalam suatu suku.

"Dengan ini, pemuka suku harus menyelesaikannya supaya hidup damai lagi," kata Harris.

Harris juga menyebut, tonggol yang dinaikkan secara berdampingan antara satu dengan lainnya ini sebagai lambang kedamaian hidup berdampingan. "Ini sebagai lambang kedamaian hidup berdampingan," katanya.

Harris mengatakan tradisi ini sudah digelar sejak ratusan tahun lalu. Mandi Balimau dipercaya bisa mensucikan diri sebelum berpuasa dan melenyapkan penyakit hati, yaitu dendam.

"Mengusir rasa dengki dalam pikiran, serta mampu mengikat tali silaturahmi antardesa," kata Harris.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tata Cara Ritual

Usai penyambutan, satu per satu dari perwakilan suku duduk di beberapa kursi yang sudah disediakan di pelaminan. Sebuah wajan yang sudah berisi air ramuan rempah-rempahan bercampur jeruk nipis ini disiramkan ke kepala mereka.

Selain Datuk Setia Amanah, prosesi penyiraman juga dilakukan sejumlah pemuka adat lainnya serta sultan dari berbagai kerajaan yang ada di Pelalawan. Berikutnya, tokoh adat melihat sejumlah sampan yang sudah dihias dan berjalan beriringan di sungai.

Kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama. Semua masyarakat duduk bersila bersama di depan "jambau" atau wadah makanan yang berisi beragam lauk-pauk.

Barulah sesudah itu, ratusan warga, mulai dari anak-anak, pemuda hingga orang tua menceburkan diri ke sungai. Mereka menyucikan diri di sungai setelah disiram dengan air rempah-rempah bercampur jeruk nipis tadi.

"Untuk mandi bersama dilakukan setelah salat Zuhur," katanya.

Harris menyatakan, inti dari kegiatan ini adalah menyatukan semua suku supaya tak saling bertemu dan memaafkan menyambut Ramadan. "Makanya harus dilakukan di sungai, tidak di rumah mandi balimaunya. Di sungai ini semuanya saling ketemu, dipersatukan," ujarnya.

Dari kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun ini atau saat Ramadan, Harris berharap bisa menarik minat para wisatawan, baik dari dalam ataupun luar negeri untuk berkunjung ke Kabupaten Pelalawan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.