Liputan6.com, Jakarta - Yerusalem, kota kuno yang terletak di perbatasan antara Israel dan Palestina, menjadi pusat pertikaian panjang antara kedua negara. Pertanyaan "Yerusalem milik siapa?" terus bergema di panggung internasional, memicu perdebatan sengit dan konflik berkepanjangan. Kota ini memiliki nilai historis, religius, dan politik yang tak ternilai bagi berbagai pihak yang mengklaimnya.
Baca Juga
Advertisement
Memahami kompleksitas kepemilikan Yerusalem menjadi krusial dalam upaya mencari solusi damai di Timur Tengah. Yerusalem milik siapa bukan sekadar pertanyaan geografis, tetapi juga menyangkut identitas, keyakinan, dan hak asasi manusia. Klaim-klaim yang saling bertentangan dari Israel dan Palestina telah membuat kota ini menjadi simbol pergulatan politik dan spiritual yang intens.
Perebutan Yerusalem telah berlangsung selama ribuan tahun, dengan berbagai bangsa dan imperium silih berganti menguasainya. Sejak zaman kuno hingga era modern, Yerusalem telah menjadi saksi bisu pergolakan sejarah yang panjang. Pemahaman akan sejarah kompleks ini menjadi kunci dalam mengurai teka-teki "Yerusalem milik siapa?" yang hingga kini belum terjawab secara tuntas.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Selasa (10/9/2024).
Yerusalem Milik Siapa?
Pertanyaan "Yerusalem milik siapa?" telah menjadi sumber perdebatan dan konflik selama berabad-abad. Kota ini memiliki signifikansi mendalam bagi tiga agama Abraham - Islam, Kristen, dan Yahudi - serta dua bangsa yang saling bertikai, Israel dan Palestina.
Masing-masing pihak mengklaim memiliki hak historis dan spiritual atas kota suci ini, membuat persoalan kepemilikan Yerusalem menjadi sangat kompleks dan sensitif.
Israel, yang secara de facto menguasai seluruh Yerusalem sejak Perang Enam Hari 1967, mengklaim kota ini sebagai "ibukota abadi dan tak terpisahkan" mereka. Klaim ini didasarkan pada sejarah Yahudi kuno dan hubungan spiritual mendalam bangsa Yahudi dengan Yerusalem. Melansir dari Jewish Virtual Library, sekitar 78% penduduk Israel menganut kepercayaan Yudaisme, memperkuat narasi bahwa Yerusalem adalah pusat spiritual bangsa Yahudi.
Di sisi lain, Palestina juga mengklaim Yerusalem, khususnya Yerusalem Timur, sebagai ibukota masa depan negara mereka. Klaim ini didasarkan pada kehadiran historis dan demografis orang Arab Palestina di kota tersebut. Yasser Arafat, pemimpin Palestine Liberation Organization (PLO), pernah menegaskan, "Yerusalem telah dan akan tetap menjadi ibu kota Palestina, semuanya milik Palestina." Pernyataan ini mencerminkan pandangan banyak orang Palestina tentang "Yerusalem milik siapa."
Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, umumnya tidak mengakui klaim sepihak atas Yerusalem. Resolusi PBB Nomor 181 (II) yang diterbitkan pada tahun 1947 bahkan merekomendasikan Yerusalem sebagai corpus separatum (wilayah terpisah) di bawah administrasi internasional.
Namun, resolusi ini tidak pernah sepenuhnya diimplementasikan, dan status Yerusalem tetap menjadi salah satu isu paling kontroversial dalam konflik Israel-Palestina.
Menjawab pertanyaan Yerusalem milik siapa dengan tegas dan sepihak tampaknya sulit, mengingat kompleksitas sejarah, politik, dan agama yang melingkupi kota ini. Solusi yang adil dan berkelanjutan mungkin memerlukan kompromi dari semua pihak yang terlibat, dengan mempertimbangkan kepentingan dan hak-hak semua komunitas yang menganggap Yerusalem sebagai rumah mereka.
Advertisement
Mengapa Yerusalem Diperebutkan?
Yerusalem diperebutkan karena nilai historis, religius, dan politiknya yang tak tertandingi. Kota ini dianggap suci oleh tiga agama besar dunia - Islam, Kristen, dan Yahudi - masing-masing memiliki situs-situs penting di dalamnya. Bagi umat Muslim, Yerusalem adalah tempat Nabi Muhammad melakukan Isra Mi'raj.
Umat Kristen menganggapnya sebagai tempat Yesus hidup, wafat, dan bangkit. Sementara bagi umat Yahudi, Yerusalem adalah pusat spiritual dan sejarah bangsa mereka.
Signifikansi religius ini membuat Yerusalem menjadi magnet spiritual yang kuat. Melansir dari buku "Jerusalem, Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir" karya Trias Kuncahyo, dalam tradisi Yahudi, setiap doa harian dan perayaan sakral seperti Passover Seder selalu diakhiri dengan pernyataan "tahun depan di Yerusalem."
Ini menunjukkan betapa pentingnya kota ini dalam kesadaran kolektif umat Yahudi. Bagi umat Islam, Yerusalem adalah kota suci ketiga setelah Mekah dan Madinah, sementara bagi umat Kristen, kota ini menjadi saksi kehidupan dan penyaliban Yesus.
Selain nilai religius, Yerusalem juga memiliki arti penting secara politik dan nasional. Baik Israel maupun Palestina mengklaim kota ini sebagai ibukota mereka. Klaim ini bukan hanya tentang wilayah fisik, tetapi juga tentang identitas nasional dan legitimasi politik. Penguasaan atas Yerusalem dianggap sebagai simbol kedaulatan dan hak historis atas tanah yang diperebutkan.
Perebutan Yerusalem juga diperumit oleh sejarah panjang konflik dan pendudukan. Sejak Perang Arab-Israel 1948, kota ini telah menjadi titik fokus perselisihan. Setelah Perang Enam Hari 1967, Israel menguasai seluruh Yerusalem, termasuk Yerusalem Timur yang sebelumnya dikuasai Yordania. Tindakan ini tidak diakui secara internasional dan dianggap sebagai pendudukan ilegal oleh banyak negara dan PBB.
Kompleksitas mengapa Yerusalem diperebutkan juga tercermin dalam demografi kotanya yang beragam. Melansir dari data yang dipublikasikan oleh UI dalam penelitian berjudul "Arti Kota Yerusalem bagi Palestina dan Israel", konflik ini bukan hanya tentang agama, tetapi juga melibatkan aspek politik, sejarah, dan demografi.
Keberagaman penduduk Yerusalem, yang terdiri dari Yahudi, Muslim, dan Kristen, menambah lapisan kompleksitas pada persoalan siapa yang berhak atas kota ini. Semua faktor ini berpadu membuat Yerusalem menjadi salah satu wilayah yang paling diperebutkan di dunia.
Ketahui Sejarah Yerusalem
Sejarah Yerusalem adalah narasi panjang yang penuh dengan pergolakan, kejayaan, dan perubahan kekuasaan. Melansir dari catatan Stewart Prowne dalam bukunya "Cities of the World: Jerusalem & Bethlehem", Yerusalem telah dihuni sejak tahun 2500 SM oleh Bangsa Kanaan, dengan pemukiman pertama diperkirakan sudah ada sekitar 4000 tahun SM. Kota ini telah menjadi saksi bisu dari berbagai peradaban yang silih berganti menguasainya.
Dalam sejarah Yahudi, Yerusalem menjadi pusat kerajaan pada masa Raja Daud sekitar tahun 1000 SM. Melansir dari Deutsche Welle, Daud menaklukkan Yerusalem dari orang-orang Yebus dan menjadikannya ibukota kerajaannya. Putranya, Salomo, kemudian membangun Bait Suci pertama, menjadikan Yerusalem sebagai pusat spiritual Yudaisme. Namun, kejayaan ini tidak bertahan lama. Pada tahun 586 SM, Nebukadnezar II dari Babilonia menaklukkan kota ini dan menghancurkan Bait Suci.
Yerusalem kemudian berada di bawah kekuasaan berbagai imperium, termasuk Persia, Yunani, dan Romawi. Pada masa Romawi, terjadi pemberontakan Yahudi yang berakhir dengan kehancuran Bait Suci kedua pada tahun 70 M. Sejarah Yerusalem mengambil babak baru dengan kedatangan Islam pada abad ke-7. Pada tahun 637 M, Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem, mengawali era pemerintahan Muslim yang berlangsung selama beberapa abad, diselingi oleh periode singkat kekuasaan Kristen selama Perang Salib.
Era modern Yerusalem dimulai dengan jatuhnya kota ini ke tangan Inggris pada tahun 1917, mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Ottoman yang telah berlangsung sejak 1535. Setelah Perang Dunia II dan Holocaust, PBB mengusulkan pembagian Palestina, termasuk internasionalisasi Yerusalem.
Namun, proposal ini ditolak oleh negara-negara Arab, yang kemudian berperang melawan Israel yang baru merdeka pada tahun 1948. Hasilnya, Yerusalem terbagi: bagian barat dikuasai Israel, sementara bagian timur dikuasai Yordania.
Titik balik dalam sejarah modern Yerusalem terjadi pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari. Israel berhasil merebut Yerusalem Timur dan menyatukan seluruh kota di bawah kontrolnya. Sejak saat itu, pertanyaan "Yerusalem milik siapa" menjadi semakin intens dan kompleks. Meskipun Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibukotanya, klaim ini tidak diakui secara internasional.
Palestina terus memperjuangkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina masa depan. Hingga saat ini, status final Yerusalem tetap menjadi salah satu isu paling kontroversial dalam upaya perdamaian Israel-Palestina.
Advertisement