Sukses

Cara Jadi Bilal Sholat Idul Fitri, Bacaan, dan Hukum Menunaikannya

Bilal adalah orang yang bertugas membaca takbir, sholawat, dan doa saat sholat Idul Fitri.

Liputan6.com, Jakarta - Cara menjadi bilal sholat Idul Fitri merupakan peran penting dalam penyelenggaraan ibadah pada hari raya tersebut. Bilal dalam hal ini adalah orang yang bertugas membaca takbir, sholawat, dan doa saat sholat Idul Fitri.

Dalam pelaksanaan sholat Idul Fitri, istilah bilal (muraqqi) memegang peran kunci bersama dengan khatib yang bertugas menyampaikan khutbah. Mengutip dari Buku Pintar Khatib dan Khotbah Jumat oleh Arif Yosodipuro, bilal harus memahami bacaan yang harus dilafalkan, sehingga tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam tugasnya sebagai bilal sholat Idul Fitri, seseorang perlu mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Langkah awalnya adalah menyampaikan takbir dan doa-doa tertentu pada saat pelaksanaan sholat Idul Fitri. Bacaan yang dilafalkan oleh bilal harus disesuaikan dengan tuntunan sunnah Rasulullah SAW.

Peran bilal sholat Idul Fitri menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam merayakan hari kemenangan umat Islam. Bilal bertanggung jawab dalam membimbing jemaah dalam pelaksanaan ibadah tersebut dengan memastikan bacaan dan doa-doa yang tepat dilafalkan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang cara menjadi bilal sholat Idul Fitri yang dimaksudkan menurut Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab, Selasa (26/3/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Penyampaian Awal

Seorang bilal yang bertugas pada sholat Idul fitri memulai penyelenggaraan dengan menyampaikan kalimat singkat الصَّلَاةَ جَامِعَة (As-shalāta(u) jāmi‘ah) sebagai penanda dimulainya sholat Id pada pagi hari tersebut. Ini merupakan tindakan penting karena memberikan petunjuk awal kepada jemaah bahwa sholat Idul fitri akan segera dimulai.

Berbeda dengan sholat-sholat pada umumnya, cara menjadi bilal sholat Idul Fitri adalah tidak perlu melantunkan azan dan iqomah, sesuai dengan sunnah yang diterangkan lewat riwayat Ibnu Abbas RA. Dinyatakan  bahwa sholat Id dilakukan tanpa dua panggilan tersebut. Hal ini menunjukkan keunikan dan keistimewaan sholat Idulfitri dalam tradisi Islam.

2. Pelaksanaan Sholat

Selama pelaksanaan sholat, cara menjadi bilal dianjurkan untuk menyeru dengan kalimat "Allahu akbar" sebanyak enam kali. Takbir ini diucapkan sebagai tanda dimulainya sholat, yang kemudian diikuti oleh takbiratul ihram dan kalimat-kalimat penyambutan sholat Idul fitri

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ , لَا إلٰهَ إلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ ×٢ الصَّلَاةَ جَامِعَةً

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Laa ilaaha ilallaahuwallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahilhamdu. Shollu sunnata li’idil fitri rok’ataini jaami’ata rohimakumulloh (2x). Ashshalaata Jami’ah.

Artinya: "Allah Maha Besar (6x). Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, dan Bagi Allah segala Puji. Sholat-lah kalian semua, sunah Idulfitri, dua rakaat secara berjamaah. Semoga kalian semua dirahmati Allah SWT."

 

 

Setelah sholat selesai, bilal berdiri di depan jamaah untuk mengucapkan doa-doa dan bacaan yang mengingatkan mereka tentang pentingnya hari tersebut sebagai hari raya dan pengampunan. Ini bertujuan untuk memperkuat rasa syukur dan kesadaran akan kebesaran Allah SWT di antara jamaah.

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ , لَا إلٰهَ إلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

يَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ وَيَوْمُ السُّرُوْرِ، وَيَوْمُ الْمَغْفُوْرِ. أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ. إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ, اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُم اللهُ, اَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Laailaahailallahu wallahuakbar. Allahu akbar walillahilhamdu.

Yaa ma’asyirol muslimiina zumrotal mu’miniina rohimakumulloh. I’lamu anna yaumakum haadzaa yaumu ‘iidil fitri wa yaumus suruuri, wa yaumul maghfuuri. Ahalallahullohulakum fiihitho’amu, wa haroma ‘alaikum fiihis shiyam. Idzaa sho’idal khotiibu ‘alal minbari, anshituu was ma’u wa ati’u rohimakumulloh, anshituu wasma’u wa ati’u rohimakumulloh, anshitu la’alakum turhamun

Artinya: "Wahai sekalian kaum muslimin dan golongan kaum mukminin, semoga Allah memberi rahmat kepada kalian. Ketahuilah sesungguhnya hari kalian ini adalah Hari ‘Idulfitri (hari kembali suci), hari bahagia dan hari pengampunan. Allah menghalalkan bagi kalian makan pada hari itu dan Allah mengharamkan bagi kalian puasa pada hari itu. Apabila khatib naik ke atas mimbar, perhatikanlah, dengarkanlah, dan taatilah, semoga Allah memberi rahmat kepada kalian (2x). Perhatikanlah, semoga kalian dirahmati oleh Allah."

 

 

 

 

3 dari 4 halaman

3. Penyampaian Khotbah

Setelah sholat selesai, tugas bilal atau cara menjadi bilal sholat Idul Fitri selanjutnya adalah memandu jalannya khotbah. Sebelum khatib naik ke mimbar, bilal membaca doa dan bacaan tertentu sebagai pembuka khotbah. Setelah itu, khatib menyampaikan khotbah pertama yang berisi pesan-pesan Islami yang relevan dengan momen Idulfitri.

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ،وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ قَوِّاْلاِسْلاَمَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ اِقَامَةِ الدِّيْنِ. رَبِّ اخْتِمْ لَنَامِنْكَ بِالْخَيْرِ وَيَاخَيْرَالنَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Allohumma sholli ‘ala muhammadin, Allohumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin, Allohumma sholli ‘ala sayiidina wa maulanaa muhammadin, walhamdulillahi robbil ‘alamiin.

Allohumma qowwil Islaam minal muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaai minhum wal amwaat, wa yassirhum ‘ala iqoomatid diin, robbihtim lanaa minka bilkhoir, wa yaa khoerin naashiriin birohmatika yaa arhamarrohimiin.

Artinya:"Ya Allah, kuatkanlah Islam dan Iman dari (dada) umat Islam, dan orang-orang mukmin, baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia, dan tolonglah kami agar dapat melaksanakan (kewajiban) agama, dan anugerahkan kami akhir yang baik, wahai sebaik-baiknya dzat penolong, dengan rahmatmu wahai Dzat Maha Penolong."

 

Kemudian, khatib melanjutkan dengan khotbah kedua. Sebelum khatib naik ke mimbar untuk khotbah kedua, bilal membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai ungkapan penghormatan dan cinta kepada Rasulullah. Tugas bilal dalam menyampaikan khotbah ini menjadi bagian penting dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada jamaah, serta memperkuat rasa kebersamaan dan kekhusyukan dalam merayakan Idul fitri.

 

اَللّٰـهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aali sayyidinaa Muhammad

Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad."

 

4 dari 4 halaman

Ketentuan Sholat Idul Fitri

Ketentuan melaksanakan sholat Idul Fitri mengutip dari Shalat Sunnah Hikmah & Tuntunan Praktis karangan Nasrul Umam Syafi'i & Lukman Hakim dan Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Waktu Pelaksanaan

Sholat Idul Fitri dilakukan mulai dari naiknya matahari setinggi tombak sampai tergelincir, yang menandakan masuknya waktu sholat zuhur. Namun, secara sunnah juga disarankan untuk melaksanakannya di akhir waktu terbitnya matahari.

Hal ini memberi kesempatan bagi mereka yang belum melaksanakan zakat fitrah untuk melakukannya. Hadits yang diriwayatkan oleh Jundub menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan sholat Idul Fitri ketika matahari telah meninggi dua tombak.

Jundub meriwayatkan hadits sebagai berikut:"Nabi SAW, ketika beliau mengerjakan sholat Idul Fitri, maka beliau mengerjakannya manakala matahari telah meninggi dua tombak (agak sedikit siang). Sementara ketika mengerjakan sholat Idul Adha, maka beliau mengerjakannya manakala matahari meninggi satu tombak.”

2. Tempat Pelaksanaan

Sholat Idul Fitri sangat dianjurkan dilakukan secara berjamaah di masjid atau tanah lapang. Rasulullah SAW bahkan menganjurkan agar sholat ini digelar di lapangan. Pelaksanaan sholat Idul Fitri di lapangan memungkinkan lebih banyak jamaah dapat berkumpul, sehingga syiar Islam dapat lebih terasa.

Rasulullah SAW sendiri seringkali keluar menuju musholla atau tanah lapang pada hari raya, dan memberikan nasehat, wasiat, serta perintah kepada jamaah setelah melaksanakan sholat.

“Rasulullah SAW biasa keluar menuju musholla (tanah lapang/lapangan) pada hari raya. Hal pertama yang beliau lakukan adalah sholat lalu berpaling menghadap manusia yang sedang duduk di shaf mereka. Kemudian beliau memberi nasehat, wasiat, dan perintah.” (Hadits Abu Sa’id al-Khudry Ra).

3. Hukum Sholat Idul Fitri

Hukum sholat Idul Fitri adalah sunah muakkad, yang berarti sunah yang sangat dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh keutamaan dan hikmah yang luar biasa terkandung di dalamnya. Sholat Idul Fitri, juga dikenal sebagai sholat Idain, merupakan ibadah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW setiap tahunnya.

Hukum sunah muakkadah menunjukkan tingkat keutamaan yang tinggi karena pelaksanaannya yang konsisten oleh Nabi Muhammad SAW. Dalil Alquran yang terkait dengan sholat Idul Fitri terdapat dalam Surat Al-Kautsar ayat 2, yang menyerukan untuk melaksanakan sholat dan berkurban.

Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri menegaskan praktik Rasulullah SAW yang selalu melaksanakan sholat pada hari raya Fitri dan Adha. Meskipun hanya dilaksanakan dua kali dalam setahun, sholat Idain memiliki peran penting dalam memperkuat tali persaudaraan umat Islam serta memperkokoh sunnah Rasulullah SAW.

Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW keluar pada hari raya Fitri dan Adha ke masjid. Hal pertama yang beliau lakukan adalah shalat. Setelah itu, Rasulullah berdiri dan menghadap muslimin untuk memberi wasiat, nasihat, dan perintah." (HR. Bukhari dan Muslim)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.