Sukses

Defisit Anggaran Negara, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Defisit anggaran adalah kondisi ketika pengeluaran pemerintah melebihi pemasukan yang diperoleh.

Liputan6.com, Jakarta - Defisit anggaran adalah kondisi ketika pengeluaran pemerintah melebihi pemasukan yang diperoleh. Di Indonesia, defisit anggaran sering kali terjadi ketika penerimaan negara tidak mampu menutupi semua pengeluaran yang direncanakan oleh pemerintah.

Situasi ini sering terjadi akibat berbagai faktor seperti pengurangan pendapatan negara, peningkatan belanja pemerintah, serta kebijakan fiskal yang tidak optimal. Risiko utama dari defisit anggaran di Indonesia adalah potensi meningkatnya utang negara serta ketidakstabilan ekonomi yang dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Defisit anggaran yang terus meningkat dapat menjadi beban ekonomi yang berat bagi negara. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan utang pemerintah yang pada akhirnya dapat membebani generasi mendatang. Di Indonesia, defisit anggaran juga dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi, mengurangi kepercayaan investor, serta menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan.

Oleh karena itu, pengelolaan defisit anggaran menjadi sangat penting bagi pemerintah dalam menjaga keseimbangan fiskal dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Cara mengatasi defisit anggaran, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah seperti melakukan pinjaman uang, menaikkan pajak, atau melakukan pengurangan biaya. Namun, implementasi kebijakan tersebut perlu diiringi dengan strategi yang tepat guna meminimalkan dampak negatifnya terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Berikut Liputan6.com ulas tentang defisit anggaran, penyebab, dan cara mengatasinya, Kamis (29/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memahami Tentang Defisit Anggaran

Defisit anggaran adalah kondisi keuangan di mana pengeluaran sebuah negara atau organisasi melebihi pemasukan yang diterima. Menurut Umar Basalim dalam bukunya "Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter" (1993), defisit mengindikasikan adanya kekurangan keuangan karena pengeluaran yang melebihi pemasukan.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) menjelaskan bahwa defisit APBN terjadi ketika nilai belanja negara melebihi penerimaan negara. Begitu pula dengan defisit APBD, yang terjadi saat Pendapatan Daerah kurang dari Belanja Daerah pada tahun anggaran yang sama.

Defisit anggaran, baik APBN maupun APBD, merupakan situasi yang sering terjadi ketika penerimaan tidak seimbang dengan pengeluaran. Dalam hal APBD mengalami defisit, ada beberapa cara untuk membiayainya, seperti Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya, penggunaan cadangan, dan penerimaan pinjaman.

Situasi Negara Mengalami Defisit Anggaran

Menurut Kemenkeu RI, SiLPA merupakan sumber dana milik daerah yang tidak menimbulkan risiko fiskal seperti pinjaman. Risiko fiskal adalah kemungkinan terjadinya ketidakstabilan keuangan pemerintah akibat defisit, utang tinggi, atau fluktuasi pendapatan.

Namun, perlu diingat bahwa dalam kasus defisit APBD, tidak ada pendanaan khusus yang disalurkan dari APBN kepada daerah untuk menutup defisit tersebut.

Dampak dari defisit anggaran bisa sangat beragam. Salah satunya adalah meningkatnya beban utang negara, terutama jika negara terus-menerus mengalami defisit anggaran tanpa langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya. Selain itu, defisit anggaran juga bisa mengakibatkan inflasi jika dibiayai dengan mencetak uang baru. Oleh karena itu, pengelolaan defisit anggaran menjadi kunci penting dalam stabilitas ekonomi suatu negara.

Pentingnya pengelolaan defisit anggaran juga tercermin dalam upaya pemerintah untuk mencari sumber pendanaan alternatif guna menutup defisit tersebut. Selain upaya memperbesar penerimaan negara, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penghematan belanja dan efisiensi pengelolaan keuangan publik.

3 dari 4 halaman

Penyebab Defisit Anggaran

Penyebab defisit anggaran pada suatu negara dapat berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Berdasarkan buku "Keuangan Negara Suatu Tinjauan Komprehensif dan Terpadu" karya Effendie, beberapa faktor utama yang menyebabkan defisit anggaran antara lain:

1. Daya Beli Masyarakat Rendah

Defisit anggaran dapat terjadi akibat rendahnya daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Sebagai contoh, ketika harga-harga sembako, BBM, transportasi, dan listrik meningkat, namun pendapatan masyarakat tidak sejalan. Pemerintah perlu memberikan subsidi untuk memastikan masyarakat berpenghasilan rendah tetap dapat membeli kebutuhan pokok.

Contoh kasus adalah saat kenaikan harga BBM yang memicu pemberian subsidi oleh pemerintah untuk meredam dampaknya.

2. Lemahnya Nilai Tukar Mata Uang

Negara yang melakukan pinjaman dalam mata uang asing, seperti Indonesia, dapat mengalami defisit akibat fluktuasi nilai tukar mata uang. Contoh kasus terjadi ketika terjadi depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS, sehingga utang yang harus dibayar oleh pemerintah menjadi lebih besar.

3. Pembiayaan Pembangunan

Investasi besar dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat menyebabkan defisit anggaran jika pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.

Sebagai contoh, proyek infrastruktur yang memerlukan dana besar namun belum memberikan dampak ekonomi yang sebanding. Kasus seperti ini dapat menyebabkan defisit anggaran jangka pendek.

4. Terjadinya Inflasi

Ketidakstabilan harga yang tak terduga dapat mempengaruhi defisit anggaran. Dalam kasus inflasi, beban biaya untuk program pemerintah meningkat, sementara anggaran telah ditetapkan. Contoh kasusnya adalah ketika terjadi inflasi mendadak yang memaksa pemerintah untuk merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN).

 

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Defisit Anggaran

Cara mengatasi defisit anggaran merupakan isu yang penting dalam pembahasan ekonomi, terutama ketika terjadi di Indonesia. Berdasarkan buku "Kebijakan Earmarking" karya Faishal Fadli, Vietha Devia, dan Ghozali Maski, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghadapi situasi ini.

1. Meminjam atau Utang Uang

Pertama, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk meminjam uang sebagai salah satu solusi dalam mengatasi defisit anggaran. Pinjaman dapat diperoleh baik dari bank dalam negeri maupun lembaga keuangan internasional. Contoh praktik yang bisa dilakukan adalah dengan menerbitkan obligasi atau surat berharga untuk memperoleh dana tambahan.

2. Menaikkan Pajak

Kedua, menaikkan pajak juga menjadi opsi yang dapat membantu mengatasi defisit anggaran. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan bahwa peningkatan pajak dapat menjadi solusi efektif, terutama jika rasio pajak masih rendah.

Sebagai contoh, pemerintah dapat meninjau ulang tarif pajak atas sektor-sektor tertentu untuk meningkatkan penerimaan pajak.

3. Pengurangan Biaya-Biaya

Ketiga, pengurangan biaya merupakan langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi defisit anggaran. Pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap program-program yang tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan pajak atau sektor riil.

Selain itu, pengurangan pengeluaran rutin dan subsidi yang terlampau besar seperti subsidi BBM dan listrik juga perlu dipertimbangkan. Contoh konkret bisa berupa revisi anggaran untuk mengurangi pengeluaran di sektor-sektor tersebut.

Mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, diharapkan defisit anggaran yang terjadi dapat diatasi dengan lebih efektif dan efisien. Melalui peninjauan ulang kebijakan fiskal dan pengeluaran pemerintah, maka suatu negara dapat mengelola defisit anggaran dengan lebih baik, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi ke depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.