Sukses

Ketakutan Berlebihan Akan Suatu Hal Disebut Fobia, Ini Gejala dan Cara Mengobatinya

Informasi seputar ketakutan berlebihan akan suatu hal atau fobia

Liputan6.com, Jakarta Ketakutan berlebihan akan suatu hal disebut fobia, yang merupakan kondisi medis yang serius dan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Ketakutan  berlebihan akan suatu hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan sosial, pekerjaan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Fobia seringkali dianggap sepele oleh sebagian orang, namun sebenarnya dapat menyebabkan penderita merasa terjebak dalam kecemasan yang tidak terkendali.

Kondisi ketakutan berlebihan akan suatu hal ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari kegelisahan konstan, ketakutan akan hal-hal tertentu, hingga serangan panik yang parah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti detak jantung cepat, keringat berlebih, gemetar, dan sulit bernapas. Dalam beberapa kasus, fobia dapat mengganggu kualitas hidup seseorang secara signifikan.

Pengobatan untuk fobia dapat meliputi terapi kognitif perilaku, obat-obatan, dan teknik-teknik relaksasi. Penting bagi penderita untuk mendapatkan dukungan dan pengobatan yang tepat untuk mengatasi kondisi ini. Mengenal gejala-gejala Fobia dan mencari bantuan medis yang tepat adalah langkah awal yang penting untuk mengelola kondisi ini.

Untuk info lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi seputar ketakutan berlebihan akan suatu hal atau fobia, Kamis (1/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apa Itu Fobia?

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional. Istilah 'fobia' sering digunakan untuk merujuk pada ketakutan terhadap satu pemicu tertentu. Namun, ada tiga jenis fobia yang diakui oleh Asosiasi Psikiatri Amerika (APA). Ini termasuk:

  1. Fobia spesifik: Ini adalah ketakutan yang intens dan tidak rasional terhadap pemicu tertentu.
  2. Fobia sosial, atau kecemasan sosial: Ini adalah ketakutan yang mendalam terhadap penghinaan publik dan menjadi sasaran atau dihakimi oleh orang lain dalam situasi sosial. Ide pertemuan sosial besar sangat menakutkan bagi seseorang dengan kecemasan sosial. Ini tidak sama dengan kepenyendiran.
  3. Agorafobia: Ini adalah ketakutan terhadap situasi di mana akan sulit untuk melarikan diri jika seseorang mengalami kepanikan ekstrem, seperti berada di dalam lift atau berada di luar rumah. Ini sering salah dipahami sebagai ketakutan terhadap ruang terbuka tetapi juga bisa berlaku untuk terperangkap di ruang kecil, seperti lift, atau berada di transportasi umum. Orang dengan agorafobia memiliki risiko yang lebih tinggi terkena gangguan panik.

Fobia spesifik dikenal sebagai fobia sederhana karena mereka dapat dikaitkan dengan penyebab yang dapat diidentifikasi yang mungkin tidak sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seseorang, seperti ular. Oleh karena itu, ini tidak kemungkinan besar memengaruhi kehidupan sehari-hari secara signifikan.

Kecemasan sosial dan agorafobia dikenal sebagai fobia kompleks, karena pemicunya kurang mudah dikenali. Orang dengan fobia kompleks juga mungkin sulit menghindari pemicu, seperti meninggalkan rumah atau berada dalam kerumunan besar.

Sebuah fobia menjadi dapat didiagnosis ketika seseorang mulai mengatur hidup mereka untuk menghindari penyebab ketakutan mereka. Ini lebih parah daripada reaksi ketakutan normal. Orang dengan fobia memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk menghindari segala sesuatu yang memicu kecemasan mereka.

3 dari 5 halaman

Gejala Fobia

Seseorang dengan fobia akan mengalami gejala-gejala berikut. Gejala ini umumnya muncul pada sebagian besar jenis fobia:

  1. Sensasi kecemasan yang tidak terkendali ketika terpapar dengan sumber ketakutan.
  2. Perasaan bahwa sumber ketakutan tersebut harus dihindari dengan segala cara.
  3. Tidak mampu berfungsi dengan baik ketika terpapar pemicu ketakutan.
  4. Pengakuan bahwa ketakutan tersebut bersifat irasional, tidak masuk akal, dan dibesar-besarkan, yang dikombinasikan dengan ketidakmampuan untuk mengendalikan perasaan tersebut.

Seseorang kemungkinan akan mengalami perasaan panik dan kecemasan yang intens ketika terpapar dengan objek fobianya. Efek fisik dari sensasi ini dapat mencakup:

  • Berkeringat
  • Pernapasan tidak normal
  • Detak jantung yang meningkat
  • Gemetar
  • Rasa panas atau kedinginan
  • Sensasi tersedak
  • Nyeri dada atau rasa sesak
  • Perasaan "kupu-kupu" di perut
  • Kesemutan
  • Mulut kering
  • Kebingungan dan disorientasi
  • Mual
  • Pusing
  • Sakit kepala

Hanya dengan memikirkan tentang objek fobia, seseorang dapat merasakan perasaan kecemasan. Pada anak-anak lebih muda, orang tua mungkin melihat bahwa mereka menangis, menjadi sangat clingy, atau mencoba bersembunyi di balik kaki orang tua atau objek. Mereka juga mungkin mengamuk untuk menunjukkan kecemasan mereka.

 

 

 
4 dari 5 halaman

Penyebab Fobia

Penyebab fobia umumnya jarang muncul setelah usia 30 tahun, dan sebagian besar dimulai selama masa kanak-kanak, remaja, atau awal dewasa. Fobia dapat disebabkan oleh pengalaman stres, peristiwa menakutkan, atau orang tua atau anggota rumah tangga dengan fobia yang dapat "dipelajari" oleh seorang anak.

1. Fobia Spesifik

Fobia spesifik biasanya berkembang sebelum usia 4 hingga 8 tahun. Dalam beberapa kasus, ini mungkin hasil dari pengalaman traumatis pada usia dini. Contohnya adalah klaustrofobia yang berkembang seiring waktu setelah seorang anak muda mengalami pengalaman tidak menyenangkan di ruang terbatas.

Fobia yang dimulai selama masa kanak-kanak juga dapat disebabkan oleh menyaksikan fobia anggota keluarga. Sebagai contoh, seorang anak yang ibunya memiliki araknofobia jauh lebih mungkin mengembangkan fobia yang sama.

2. Fobia Kompleks

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan tepatnya mengapa seseorang mengembangkan agorafobia atau kecemasan sosial. Peneliti saat ini percaya bahwa fobia kompleks disebabkan oleh kombinasi pengalaman hidup, kimia otak, dan genetika.

Mereka juga mungkin merupakan jejak kebiasaan manusia awal, sisa dari masa di mana ruang terbuka dan orang yang tidak dikenal umumnya menimbulkan ancaman lebih besar terhadap keselamatan pribadi daripada di dunia saat ini.

 

Bagaimana Otak Berfungsi Selama Fobia

Beberapa bagian otak menyimpan dan mengingat peristiwa berbahaya atau berpotensi mematikan. Jika seseorang menghadapi peristiwa serupa kemudian dalam hidupnya, bagian-bagian otak tersebut mengambil ingatan stres, terkadang lebih dari sekali. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi yang sama.

Dalam fobia, bagian-bagian otak yang berurusan dengan rasa takut dan stres terus-menerus mengambil kembali peristiwa menakutkan tersebut secara tidak pantas.

Peneliti telah menemukan bahwa fobia sering kali terkait dengan amigdala, yang terletak di belakang kelenjar pituitari di otak. Amigdala dapat memicu pelepasan hormon "fight-or-flight". Hormon ini membuat tubuh dan pikiran berada dalam keadaan sangat waspada dan stres.

5 dari 5 halaman

Pengobatan Fobia

Fobia dapat diobati dengan baik, dan orang yang mengalaminya hampir selalu sadar akan gangguan yang mereka alami. Ini sangat membantu dalam proses diagnosis. Berbicara dengan seorang psikolog atau psikiater adalah langkah awal yang berguna dalam mengobati fobia yang sudah teridentifikasi.

Jika fobia tidak menyebabkan masalah yang parah, kebanyakan orang menemukan bahwa dengan menghindari sumber ketakutan mereka, mereka dapat tetap mengontrol diri. Banyak orang dengan fobia spesifik tidak mencari pengobatan karena ketakutan-ketakutan ini sering dapat diatasi.

Tidak mungkin untuk menghindari pemicu beberapa fobia, seperti yang sering terjadi pada fobia kompleks. Dalam hal ini, berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental dapat menjadi langkah awal menuju pemulihan. Sebagian besar fobia dapat sembuh dengan pengobatan yang tepat. Tidak ada pengobatan tunggal yang efektif untuk setiap individu dengan fobia. Pengobatan perlu disesuaikan dengan individu agar berhasil.

Dokter, psikiater, atau psikolog mungkin merekomendasikan terapi perilaku, obat-obatan, atau kombinasi keduanya. Terapi ditujukan untuk mengurangi gejala ketakutan dan kecemasan serta membantu orang mengelola reaksi terhadap objek fobianya.

Obat-obatan

Beberapa obat berikut efektif untuk pengobatan fobia.

1. Beta blockers

Membantu mengurangi tanda-tanda fisik kecemasan yang dapat menyertai fobia. Efek samping mungkin termasuk gangguan lambung, kelelahan, insomnia, dan jari-jari tangan yang dingin.

2. Antidepresan

Inhibitor pengambilan serotonin (SSRIs) umumnya diresepkan untuk orang dengan fobia. Mereka memengaruhi kadar serotonin dalam otak, yang dapat menyebabkan suasana hati yang lebih baik.

SSRIs pada awalnya dapat menyebabkan mual, masalah tidur, dan sakit kepala.

Jika SSRIs tidak berhasil, dokter dapat meresepkan inhibitor oksidase monoamin (MAOI) untuk fobia sosial. Individu yang menggunakan MAOI mungkin perlu menghindari beberapa jenis makanan. Efek samping pada awalnya dapat termasuk pusing, gangguan lambung, gelisah, sakit kepala, dan insomnia.

Mengonsumsi antidepresan trisiklik (TCA), seperti klomipramin atau Anafranil, juga telah terbukti membantu gejala fobia. Efek samping awal dapat mencakup kantuk, penglihatan kabur, sembelit, kesulitan buang air kecil, detak jantung tidak teratur, mulut kering, dan gemetar.

3. Tranquilizers

Benzodiazepin adalah contoh tranquilizer yang mungkin diresepkan untuk fobia. Ini dapat membantu mengurangi gejala kecemasan. Orang dengan riwayat ketergantungan alkohol sebaiknya tidak diberi obat penenang.

Pada tahun 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) memperkuat peringatan mereka tentang benzodiazepin. Penggunaan obat-obatan ini dapat menyebabkan ketergantungan fisik, dan penarikan dapat membahayakan nyawa. Menggabungkannya dengan alkohol, opioid, dan zat lain dapat berakibat fatal. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter saat menggunakan obat-obatan ini.

 

Terapi Perilaku

Ada beberapa pilihan terapi untuk mengobati fobia.

1. Desensitisasi atau terapi paparan

Ini dapat membantu orang dengan fobia mengubah respons mereka terhadap sumber ketakutan. Mereka secara bertahap terpapar pada penyebab fobia mereka selama serangkaian langkah eskalasi. Sebagai contoh, seseorang dengan aerophobia, atau ketakutan terbang, mungkin mengambil langkah-langkah berikut di bawah bimbingan:

  • Mereka akan pertama kali memikirkan tentang terbang.
  • Terapis akan meminta mereka melihat gambar pesawat.
  • Orang tersebut akan pergi ke bandara.
  • Mereka akan meningkatkan lebih jauh dengan duduk di dalam kabin pesawat latihan yang disimulasikan.
  • Akhirnya, mereka akan naik pesawat.

2. Terapi perilaku kognitif (CBT)

Dokter, terapis, atau konselor membantu orang dengan fobia mempelajari cara yang berbeda untuk memahami dan merespons sumber fobia mereka. Ini dapat membuat coping menjadi lebih mudah. Yang lebih penting, CBT dapat mengajarkan seseorang yang mengalami fobia untuk mengendalikan perasaan dan pikiran mereka sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.