Sukses

Gen Z Humor Kini Jadi Tren Media Sosial, Simak Juga Bahasa Slang yang Viral

Gen Z humor memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, di mana bisa membuat orang terpingkal saat membacanya.

Liputan6.com, Jakarta Gen Z humor telah menjadi tren yang sangat populer di platform media sosial seperti TikTok, Instagram dan Twitter. Para anak muda generasi Z memiliki gaya humor yang unik dan kreatif, di mana mampu membuat siapa pun terpingkal-pingkal. Mulai dari meme, video singkat hingga bahasa kocak menjadi senjata utama mereka, untuk membuat orang tertawa.

Tidak hanya sekedar lucu, gen Z humor juga seringkali terlihat sangat gaul dan kekinian. Mereka menggunakan bahasa dan tren terbaru yang sedang populer di kalangan mereka, untuk menciptakan konten yang catchy dan menghibur. Hal ini membuat humor mereka mudah diterima dan disukai oleh banyak orang, tidak hanya generasi mereka sendiri.

Dari berbagai platform media sosial yang ada, TikTok menjadi salah satu tempat yang paling banyak dipakai oleh gen Z untuk mengekspresikan humor mereka. Tren video pendek dan tantangan kocak seringkali menjadi bahan bakar utama konten-konten lucu yang mereka buat. Kemudian, konten-konten lucu tersebut dengan cepat menyebar ke platform lain seperti Instagram dan Twitter.

Dari mulai humor absurd, meme-meme gokil, sampai parodi-parodi kreatif, gen Z humor telah berhasil menghibur banyak orang di berbagai belahan dunia. Bahkan kecerdasan dan kreativitas yang mereka tunjukkan dalam humor, seringkali menjadi inspirasi dan trend bagi generasi yang lebih tua. 

Berikut ini gen z humor yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (24/1/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Gen Z Humor

Generasi Z telah merangkul meme sebagai bentuk ekspresi utama mereka, dalam dunia digital yang semakin berkembang. Meme yang dapat berupa gambar, video, atau teks, menjadi bahasa khas mereka untuk menyampaikan humor dan berbagi pengalaman melalui berbagai platform media sosial seperti TikTok, Facebook, Instagram, Twitter atau X. Lebih dari sekadar hiburan, meme di kalangan Gen Z menjadi sarana untuk meremehkan stereotip sosial dan budaya. Sebagaimana diungkapkan dalam buku "Teens, Social Media & Technology" oleh Monica Anderson, media sosial memberikan ruang bagi Gen Z untuk bersama-sama menikmati humor dan menghadapi isu-isu serius seperti rasisme, seksisme, dan ketidaksetaraan.

Gen Z humor yang diwujudkan dalam meme, tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai bentuk resistensi. Menurut "Youth and Media" karya Andy Ruddock (2020), Gen Z menggunakan humor untuk mengkritik norma-norma sosial dan politik melalui meme serta konten media sosial lainnya. Meme di media sosial menjadi sarana utama bagi Gen Z untuk menyampaikan pesan, reaksi dan emosi yang sulit diungkapkan dalam kata-kata. Dengan cermat memilih kata-kata dan gambar, mereka menciptakan narasi yang kuat melalui meme untuk berkomunikasi secara efektif dengan sesama anggota Gen Z. 

Dalam era di mana informasi cepat menyebar, meme menjadi medium yang efektif untuk menyebarkan ide dan pendapat. Gen Z memanfaatkan kekuatan viralitas meme untuk menciptakan kesadaran dan memengaruhi pandangan kolektif terhadap isu-isu sosial yang mereka anggap penting. Laporan dari The Guardian, menyoroti bagaimana meme Generasi Z mencerminkan humor yang sangat khas dan berbeda dari generasi sebelumnya. Meme bukan hanya menjadi bentuk ekspresi, tetapi juga memperlihatkan identitas dan kepribadian yang unik dalam dunia digital. Dalam penelitian yang dilaporkan oleh Harvard Business Review, meme Gen Z kerap digunakan untuk merendahkan budaya selebritas dan mengungkapkan ketidakpuasan terhadap idealisme palsu. 

3 dari 4 halaman

Penggunaan Meme dan Gambar Lucu

Meme dan gambar lucu merupakan pilar utama dalam dunia gen z humor. Dalam konteks ini, meme bukan hanya sekadar gambar yang menyenangkan, tetapi juga sebagai ekspresi kreatif yang mencakup segala jenis situasi dan emosi. Berikut adalah beberapa aspek utama dari meme dan gambar lucu dalam budaya Generasi Z:

Kecepatan dan Viralitas

Meme dan gambar lucu sering kali berkembang dengan sangat cepat di dunia Generasi Z. Sebuah meme yang lucu dapat menjadi viral dalam hitungan jam, menyebar melalui platform media sosial dan menciptakan gelombang tawa di kalangan Gen Z. Kecepatan dan virality menjadi elemen kunci dalam daya tarik meme.

Variasi Format Meme

Generasi Z memiliki kecenderungan untuk menciptakan dan mengonsumsi berbagai format meme. Ini bisa mencakup meme berbasis teks, meme gambar, meme video, atau kombinasi dari semuanya. Format meme yang bervariasi memungkinkan Gen Z untuk mengekspresikan humor mereka dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Bahasa Visual yang Terkodifikasi

Meme sering kali memiliki bahasa visual yang terkodifikasi di antara Generasi Z. Beberapa meme mungkin hanya dipahami oleh mereka yang familiar dengan konteks atau tren tertentu. Hal ini menciptakan hubungan eksklusif di antara anggota Gen Z yang memahami dan merespon terhadap meme tertentu.

Pemakaian Gambar Berulang (Reaction Image)

Pemakaian gambar-gambar tertentu sebagai reaksi terhadap situasi tertentu adalah tren umum dalam meme Generasi Z. Gambar-gambar ini dikenal sebagai "reaction images" dan digunakan untuk menyampaikan berbagai reaksi emosional, atau ekspresi wajah yang lucu.

Humor Pintar dan Referensi

Meme Generasi Z sering kali mengandung unsur humor yang pintar dan referensial. Mereka dapat mencakup referensi terhadap budaya populer, tren internet, atau peristiwa terkini. Kemampuan Gen Z untuk membuat dan memahami lelucon referensial menciptakan bentuk humor yang terkait erat dengan pengalaman mereka sehari-hari.

Meme sebagai Bahasa Komunikasi

Meme sering dianggap sebagai bentuk bahasa komunikasi di antara Generasi Z. Mereka dapat menggunakan meme untuk menyampaikan pesan, menggambarkan suasana hati, atau merespons suatu peristiwa. Ini menciptakan cara komunikasi yang unik di antara kelompok ini.

 

 

4 dari 4 halaman

Bahasa Slang dalam Kamus Gen Z

1. Cancel Culture

Cancel culture adalah fenomena di mana individu, perusahaan, atau organisasi dihukum secara online karena pandangan atau tindakan kontroversial mereka. Gen Z menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan kekecewaan mereka, sering kali dengan niat positif. Contoh terkini termasuk pembatalan aktor Kim Seon-ho setelah kontroversi aborsi dan pembatalan karier Johnny Depp setelah kontroversi pribadinya.

2. No Cap

"No Cap" adalah istilah yang digunakan untuk menegaskan bahwa apa yang dibicarakan adalah sesuatu yang jujur, nyata dan otentik. Asal-usulnya terkait dengan gigi emas dekoratif, di mana "cap" merujuk pada gigi palsu yang dapat dicabut, sedangkan "perm" permanen. Jadi, "no cap" berarti sesuatu yang tidak bisa dicabut atau dipalsukan, mengekspresikan kejujuran dan keabadian.

3. Glow Up

Glow up merujuk pada perubahan atau transformasi dari keadaan buruk menjadi lebih baik, terutama terlihat dalam penampilan fisik. Sebagai contoh, potongan rambut baru dapat dianggap sebagai bagian dari "glow up". Frasa ini pertama kali muncul dalam lirik lagu rapper Chief Keef pada tahun 2013.

4. Stan

Stan adalah gabungan dari kata "Stalker" dan "Fan". Istilah ini menggambarkan penggemar yang sangat obsesif terhadap sesuatu atau seseorang, seperti artis. Contoh penggunaan umumnya adalah "I Stan BTS" yang berarti seseorang menjadi penggemar berat grup BTS.

5. Spill The Tea dan Sip Tea

Spill the tea merujuk pada berbagi gosip atau informasi terbaru, sedangkan "sip tea" digunakan saat seseorang hanya mendengarkan atau menyimak gosip tersebut. "Tea" dalam konteks ini mengacu pada gosip yang menjadi fokus utama pembicaraan. Istilah ini berasal dari budaya pop dan digunakan untuk menyampaikan kegiatan berbicara atau mendengarkan gosip.

6. Ghosting

Ghosting mengacu pada perilaku yang mirip dengan tindakan hantu yang menghilang tanpa jejak. Dalam konteks hubungan dan kencan online, "ghosting" terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghentikan komunikasi tanpa alasan yang jelas. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal 2000-an dan sering terkait dengan aplikasi kencan.

7. Simp

Simp merujuk pada seseorang yang terlalu berusaha atau terlalu tergila-gila pada orang yang mereka sukai. Istilah ini muncul pada tahun 1923 dan lebih baru mendapatkan popularitas dalam budaya pop, khususnya melalui lirik lagu rapper Too Short pada tahun 1985.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.