Sukses

Mengenal Konsep Merdeka Belajar yang Berakar dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Konsep merdeka belajar menjadi sebuah terobosan pendidikan yang potensial dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Program Merdeka Belajar yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, merupakan implementasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Meskipun konsep ini terasa baru, Ki Hajar Dewantara telah merumuskannya sebagai bagian integral dari pendidikan. Konsep merdeka belajar menjadi sebuah terobosan pendidikan yang potensial dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran di Indonesia.

Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai suatu proses untuk memanusiakan manusia secara menyeluruh. Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan transfer pengetahuan semata, tetapi juga berkaitan dengan pembebasan manusia dari segala aspek kehidupan, baik fisik, mental, jasmani, maupun rohani. 

Merdeka belajar mencerminkan pemikiran ini dengan menekankan pada kemandirian sebagai kunci utama. Berikut ulasan lebih lanjut tentang Konsep merdeka belajar yang dirumuskan oleh Ki hajar Dewantara, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (16/1/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Menjadi Akar Konsep Merdeka Belajar

Ki Hajar Dewantara yang dijuluki sebagai Bapak pendidikan Nasional mewariskan pemikiran yang menggambarkan pendidikan sebagai serangkaian proses untuk memanusiakan manusia. Konsep pendidikan menurutnya bersumber dari asas kemerdekaan, di mana manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur kehidupannya sejalan dengan aturan masyarakat.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, visi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara seharusnya bukan hanya tentang pengetahuan, melainkan juga tentang membebaskan jiwa manusia secara lahir dan batin. Dalam pandangannya, jiwa merdeka menjadi kunci penting pada proses pembelajaran. Kemerdekaan ini tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga mencakup aspek mental dan rohani. 

Ki Hajar Dewantara menentang konsep hukuman dan paksaan dalam pendidikan, dengan istilah sistem among. Ia percaya bahwa pendekatan ini dapat merusak jiwa merdeka dan kreativitas peserta didik. Konsep ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar, yang menekankan pada kemandirian dan pengembangan potensi setiap individu.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara sejalan dengan UUD 1945 terkait mencerdaskan bangsa, di mana mencerdaskan bukan hanya mencerdaskan individu, melainkan juga menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia. Konsep trisentris pendidikan, yang mencakup keluarga, perguruan, dan masyarakat, menegaskan bahwa pendidikan merupakan satu kesatuan utuh.

Konsep ini kemudian diadaptasi dalam program Merdeka Belajar yang saat ini dijalankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Merdeka Belajar mencerminkan semangat kemerdekaan berpikir, yang diharapkan akan memperbaiki proses belajar mengajar dan berdampak positif pada berbagai aspek kehidupan peserta didik.

3 dari 4 halaman

Implementasi Konsep Merdeka Belajar

Konsep Merdeka Belajar seharusnya menjadi landasan bagi kebebasan yang seimbang di dalam dunia pendidikan, yang tidak seharusnya menjadi beban berlebihan. Dalam mewujudkan visi pendidikan yang lebih modern dan relevan, kolaborasi antara guru, siswa, dan orangtua memegang peran krusial.

Guru memiliki peran penting sebagai fasilitator dan pengarah pembelajaran. Mereka perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, berperan sebagai pemandu, dan memberikan tantangan yang merangsang pemikiran kritis. Selain itu, pembangunan profesional yang berkelanjutan juga sangat penting agar guru terus berkembang, menyesuaikan diri dengan perubahan dalam dunia pendidikan, dan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif.

Siswa juga harus diberdayakan dengan keterampilan yang diperlukan untuk belajar mandiri. Konsep merdeka belajar menekankan pada peningkatan kemampuan siswa untuk mengelola waktu, mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka sendiri, dan mengembangkan inisiatif dalam pembelajaran. Pendidikan seharusnya memberikan mereka kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri dan mengembangkan potensi secara pribadi.

Selanjutnya, orangtua memiliki peran sebagai mitra aktif dalam perjalanan pendidikan anak-anak mereka. Mereka perlu terlibat dalam proses pendidikan, mendukung perkembangan anak-anak secara holistik, dan berkolaborasi dengan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung di rumah. Dengan keterlibatan orangtua yang kuat, anak-anak dapat merasakan dukungan yang konsisten di dalam dan di luar kelas.

Kolaborasi yang kuat di antara guru, siswa, dan orangtua adalah kunci keberhasilan implementasi konsep Merdeka Belajar. Hanya dengan saling mendukung dan berkolaborasi, ketiganya dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis, adaptif, dan memberikan manfaat positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

4 dari 4 halaman

Tantangan Implementasi Konsep Merdeka Belajar

Program Merdeka Belajar dengan konsep pendidikan yang berbeda dari konsep sebelumnya yang telah dipakai selama bertahun-tahun, menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran di Indonesia. Namun, seperti halnya konsep inovatif lainnya, merdeka belajar tidak terlepas dari tantangan yang dapat mempengaruhi implementasinya. Berikut tantangan implementasi konsep merdeka belajar yang dilansir dari bk.uad.ac.id.

1. Perubahan Mindset dan Praktik Pendidikan

Implementasi Merdeka Belajar memerlukan perubahan besar dalam pola pikir dan praktik pendidikan yang sudah mapan. Ini mencakup pemahaman baru tentang peran guru, siswa, dan sekolah dalam proses pembelajaran. Tantangan terbesar mungkin adalah mengubah mindset yang telah tertanam selama bertahun-tahun.

2. Dukungan dan Kesadaran Stakeholder

Keberhasilan merdeka belajar memerlukan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk guru, orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Mereka perlu menyadari pentingnya konsep ini dan berkontribusi aktif dalam menerapkannya.

3. Ketimpangan Aksesibilitas Pendidikan

 Tantangan signifikan muncul dalam mengatasi ketimpangan aksesibilitas pendidikan. Sebagian besar siswa di daerah terpencil atau miskin mungkin kesulitan mengakses teknologi dan fasilitas modern yang diperlukan untuk merdeka belajar. Solusi inklusif dan aksesibilitas bagi semua harus diperhatikan.

4. Kualitas Guru

Konsep merdeka belajar menempatkan tanggung jawab lebih besar pada guru sebagai fasilitator dan pengarah. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas guru dalam hal kompetensi dan keterampilan agar mampu mendukung pembelajaran kreatif, inovatif, dan berfokus pada siswa.

5. Kurangnya Pengawasan

Merdeka Belajar dapat menghadirkan tantangan terkait kurangnya pengawasan dalam proses pembelajaran. Tanpa pengawasan yang memadai, standar kualitas dapat terabaikan, dan motivasi siswa mungkin menurun. Oleh karena itu, perlu ditemukan keseimbangan antara memberikan kebebasan belajar dan memastikan pengawasan yang memadai.

Meskipun demikian, tantangan ini bukanlah alasan untuk menolak konsep merdeka belajar. Sebaliknya, mereka harus dianggap sebagai peluang untuk memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep merdeka belajar secara efektif, dengan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Jika tantangan ini dapat diatasi, merdeka belajar memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.