Sukses

Mengenal Kata Majemuk, ini Bedanya dengan Frasa dan Kaidah Penulisannya

Kata majemuk memiliki pola fonologis, gramatikal, serta semantis yang khusus sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa yang bersangkutan.

Liputan6.com, Jakarta Kata majemuk adalah suatu bentuk kata yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih morfem dasar yang memiliki status sebagai kata. Kata majemuk memiliki pola fonologis, gramatikal, serta semantis yang khusus sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa yang bersangkutan.

Morfem merupakan satuan terkecil dalam bahasa yang memiliki makna. Morfem dapat berupa kata dasar (misalnya, "rumah," "makan"), awalan (seperti "ber-" dalam "bermain"), akhiran (seperti "-kan" dalam "membaca"), atau unsur lainnya. Morfem yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang memiliki makna sendiri. Contohnya, dalam kata "membaca," "baca" adalah morfem dasar.

Dalam konteks morfologi, kata majemuk dapat terdiri dari morfem-morfem dasar yang merupakan unit-unit makna terkecil dalam bahasa. Gabungan morfem-morfem ini menghasilkan kata yang memiliki pola fonologis, gramatikal, dan semantis tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang bersangkutan.

Berikut ulasan lebih lanjut tentang kata majemuk yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/11/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbedaan Kata Majemuk dan Frasa

Kata majemuk menurut konsep para tata bahasawan tradisional adalah komposisi kata yang memiliki makna baru atau satu makna tertentu. Misalnya kata "meja hijau" yang berarti pengadilan adalah kata majemuk. Sebaliknya, frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal. Misalnya, "meja saya" yang berarti 'saya punya meja hijau' adalah sebuah frasa.

Dalam linguistik struktural, komponen-komponen kata majemuk tidak dapat disela dengan unsur lain. Sebagai contoh, "mata sapi" yang berarti 'telur goreng tanpa dihancurkan' adalah kata majemuk karena tidak bisa disela dengan unsur lain.

Sebaliknya, frasa dapat memiliki unsur yang disisipi di antara komponennya tanpa mengubah maknanya. Contohnya, "mata guru" yang berarti 'mata kepunyaan guru' dapat disisipi menjadi "mata yang cemerlang guru" karena dapat disela, sehingga ini adalah sebuah frasa.

Perbedaan lain adalah bahwa, menurut konsep tertentu, salah satu atau kedua komponen kata majemuk dapat berupa morfem dasar terikat. Artinya, komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata yang memiliki makna. Sebaliknya, kedua komponen dalam frasa selalu terdiri dari bentuk bebas atau bentuk yang benar-benar berstatus sebagai kata yang memiliki makna sendiri.

Ciri-ciri Kata Majemuk

1. Kedudukan Kata Dasar yang Sama

Salah satu ciri kata majemuk adalah bahwa tiap kata dasar yang membentuknya memiliki kedudukan yang sama. Tidak ada unsur yang berfungsi sebagai bentuk inti yang menjelaskan atau dijelaskan oleh unsur lainnya. Kata majemuk ini menciptakan makna baru dari gabungan dua kata dasar, yang hasil maknanya bisa sangat berbeda dari kata dasar yang membentuknya.

2. Tidak Bisa Disisipi

Ciri utama lainnya adalah bahwa kata majemuk tidak bisa disisipi. Jika suatu gabungan kata tidak dapat diubah maknanya dengan menyisipkan unsur di antara dua kata dasar pembentuknya, maka itu dapat dianggap sebagai kata majemuk. Sebagai contoh, kata "kacamata" tidak dapat disisipi menjadi "kaca pada mata" atau "kata dari mata" tanpa mengubah maknanya.

3. Tidak Dapat Diperluas

Kata majemuk tidak dapat diperluas dengan imbuhan berupa awalan atau akhiran hanya di masing-masing katanya. Jika imbuhan diperlukan, imbuhan harus diletakkan di awal dan akhir gabungan kata tersebut sehingga memiliki makna. Sebagai contoh, "kereta api" tidak dapat diperluas dengan imbuhan di satu kata saja, seperti "perkereta api" atau "kereta apian."

4. Posisi Tidak Dapat Ditukar dan Tidak Bisa Ditambah serta Dipisahkan

 Posisi kata-kata yang membentuk kata majemuk bersifat tetap, dan tidak dapat ditukar satu sama lain tanpa mengubah atau membuat makna menjadi tidak jelas. Selain itu, unsur kata majemuk tidak dapat ditambah atau dipisahkan. Contohnya, kata "angkat kaki" tidak dapat ditukar menjadi "kaki angkat," dan kata "makan hati" tidak dapat dipisahkan menjadi "makanan hati" atau "makan itu hati" tanpa mengubah maknanya.

3 dari 3 halaman

Jenis Kata Majemuk

Kata majemuk dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis berikut.

1. Endosentris Atributif

Kata majemuk endosentris atributif terbentuk dengan konstruksi yang mirip dengan salah satu atau semua unsur pembentuknya. Dalam hal ini, salah satu unsur bertindak sebagai inti, sementara unsur lainnya berperan sebagai pembatas.

Contoh

  1. Kelompok pertama termasuk kata-kata majemuk yang formatnya tidak diketahui, seperti "balairung," "singgasana," dan "hulubalang."
  2. Kelompok idiom dan metafora yang sudah mati, contohnya "matahari," "anak mata," dan "jantung hati."
  3. Kelompok kata yang sudah membeku atau sedang dalam proses membeku, seperti "rumah makan," "pasar malam," dan "meja tulis."
  4. Kelompok kata majemuk dengan salah satu unsur yang bersifat terikat, seperti "mahasiswa," "lalu lalang," "gelap gulita," dan "tua renta."

2. Endosentris Koordinatif

Kata majemuk endosentris koordinatif terjadi ketika kedua unsur pembentuknya memiliki kedudukan sederajat. Contoh "pecah belah," "tanah air," "kaki tangan," dan "sendratari" merupakan contoh kata majemuk endosentris koordinatif.

3. Eksosentris

Kata majemuk eksosentris terjadi ketika kelas kata gabungan itu berbeda dari salah satu atau semua unsur pembentuknya. Contoh "bawah sadar," "luar biasa," "luar negeri," "apabila," dan "manakala" adalah contoh kata majemuk eksosentris.

4. Berdasarkan Kata Pembentuknya

Jenis ini membedakan kata majemuk berdasarkan kombinasi jenis kata pembentuknya.

Contoh

  1. Kata majemuk dari kata benda yang disandingkan dengan kata benda lainnya "kapal udara," "sapu tangan," "anak emas."
  2. Kata majemuk dari kata benda yang disandingkan dengan kata kerja "kapal terbang," "meja makan," "anak pungut."
  3. Kata majemuk dari kata benda yang disandingkan dengan kata sifat "orang tua," "pejabat tinggi," "rumah sakit."
  4. Kata majemuk dari kata sifat yang disandingkan dengan kata benda "panjang tangan," "keras kepala," "tinggi hati."
  5. Kata majemuk dari kata bilangan yang disandingkan dengan kata benda "pancaindera," "sapta marga," "dwiwarna."
  6. Kata majemuk dari kata kerja yang disandingkan dengan kata kerja lainnya "naik turun," "pulang pergi," "keluar masuk."
  7. Kata majemuk dari kata sifat yang disandingkan dengan kata sifat lainnya "tua muda," "besar kecil," "cerdik pandai."

Kaidah Penulisan Kata Majemuk dalam Bahasa Indonesia

Kaidah penulisan kata majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki aturan yang menggambarkan apakah suatu kata majemuk bersifat senyawa atau tidak senyawa. Terdapat dua bentuk penulisan kata majemuk, berikut ulasannya.

1. Kata Majemuk Senyawa

Kata majemuk senyawa adalah bentuk kata majemuk yang ditulis dengan cara menggabungkan rangkaian bentuk dasar tanpa spasi di antaranya. Gabungan kata ini menciptakan satu kesatuan makna baru yang tidak dapat dipisahkan. Contoh, dukacita, sukacita, matahari, kacamata, saputangan, segitiga.

2. Kata Majemuk Tidak Senyawa

Kata majemuk tidak senyawa adalah bentuk kata majemuk yang ditulis dengan cara menuliskan tiap unsur atau kata dasarnya secara terpisah. Contoh, kereta api, buah tangan, rumah sakit, mata kaki, harga diri.

Dengan aturan ini, penulisan kata majemuk dapat memengaruhi makna dan struktur kata, dan penggunaan tergantung pada kesatuan makna yang ingin disampaikan dalam konteks tertentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.