Sukses

Tarif Hunian di Desa Ini Tak Pernah Naik Sejak 500 Tahun Terakhir, Termurah Sedunia

Harga sewa tetap tidak berubah sejak abad ke-16.

Liputan6.com, Jakarta Ketika kita berbicara tentang harga sewa tempat tinggal, kenaikan harga yang tak terelakkan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat di berbagai negara. Harga sewa yang terus meningkat menjadi beban yang berat bagi banyak orang. 

Namun, ada satu tempat di Jerman yang berbeda, di mana harga sewa tidak berubah selama 500 tahun terakhir. Tempat itu adalah Fuggerei, sebuah desa yang terletak di kota Augsburg, Jerman.

Dibangun pada tahun 1516, Fuggerei adalah tempat yang memiliki daya tarik unik. Pemandangan di Fuggerei menampilkan beberapa rumah indah yang dirancang untuk tetap mirip dengan penampilan aslinya ketika daerah ini pertama kali didirikan. 

Hal yang paling menarik adalah kebijakan harga sewanya. Di Fuggerei, harga sewa tetap tidak berubah sejak abad ke-16. Biaya sewa di Fuggerei selama setahun hanya sekitar 88 sen (Rp 18 ribu), atau sedikit lebih dari satu Euro. Tak sedikit media asing menyebut harga sewa ini termurah di dunia.

Harga sewa yang rendah ini membuat Fuggerei menjadi daya tarik tersendiri. Namun, ada persyaratan ketat yang harus dipenuhi bagi mereka yang ingin tinggal di sini. Berikut Liputan6.com merangkum keunikan desa Fuggerei di Jerman melansir dari Deutsche Welle dan Lad Bible, Jumat (3/11/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Syarat Tinggal di Desa Fuggerei Jerman

Calon penghuni harus tinggal di Augsburg selama dua tahun, memeluk agama Katolik, dan menderita kemiskinan tanpa berhutang. Syarat ini tercantum dalam perjanjian sewa dan berhubungan dengan persyaratan lain untuk tinggal di Fuggerei. Calon penyewa wajib memeluk agama Katolik.

Meskipun memeriksa ketaatan terhadap shalat tiga waktu bagi setiap penduduk bisa menjadi hal yang sulit, Herzog, penanggung jawab di Fuggerei, melakukan pengecekan status pemohon di kantor paroki untuk memastikan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas Katolik.

Selain itu, para pelamar juga diharuskan menjadi penduduk resmi Augsburg. Mereka yang memiliki kemampuan diharapkan untuk memberikan kontribusi dengan melakukan pekerjaan kecil di sekitar Fuggerei, seperti berkebun atau bekerja sebagai penjaga malam.

Selain itu, setelah jam 10 malam, gerbang Fuggerei secara resmi ditutup. Penduduk yang ingin memasuki daerah setelah waktu tersebut perlu membayar sejumlah kecil uang kepada penjaga malam yang bertugas, biasanya sekitar 50 sen (atau setara Rp 7.500) .

3 dari 4 halaman

Warga Jadi Tak Kesulitan Finansial

Salah satu penghuni Fuggerei, Noel Guobadia, adalah contoh nyata bagaimana Fuggerei memberikan peluang kepada individu. Guobadia dan ibu tunggalnya pindah ke Fuggerei ketika mereka sedang berjuang secara finansial.

Awalnya, Guobadia merasa khawatir tentang bagaimana mereka akan diterima di tengah mayoritas penghuni yang lebih tua. Namun, Fuggerei memiliki tata ruang yang mendukung interaksi sosial antar tetangga, sehingga keraguan mereka segera hilang.

 "Komunikasi menyelesaikan segalanya. Kami semua duduk bersama di taman bir. Anda sesekali membantu orang menyiapkan TV mereka, dan Anda akan segera merasa seperti memiliki keluarga kedua,” kata Guobadia.

Guobadia bahkan berpindah ke apartemennya sendiri di Fuggerei ketika dia berusia 20 tahun, hanya beberapa pintu dari ibu dan saudara laki-lakinya.

4 dari 4 halaman

Perumahan Sosial Tertua di Dunia

Fuggerei, sebuah kompleks perumahan sosial di Augsburg, tampak seperti kota kecil tersendiri. Dikelilingi oleh tembok kota dengan tiga gerbang sebagai pintu keluar masuk, kompleks ini saat ini memiliki 67 rumah dan 142 apartemen, lengkap dengan sebuah gereja Katolik. 

Konstruksi rumah-rumah ini dimulai pada tahun 1516 dan selesai pada 1523, awalnya hanya terdiri dari 52 apartemen.

Nama Fuggerei diambil dari keluarga pendirinya, Jakob Fugger, seorang pengusaha dan bankir kaya. Pada tahun 1521, Jakob Fugger mendirikan Yayasan Fugger. Melalui yayasan ini, rumah-rumah ini disediakan sebagai hunian bagi 150 warga miskin Augsburg dengan sewa tahunan yang terjangkau. 

Perumahan sosial ini terletak hanya beberapa menit berjalan kaki dari pusat kota Augsburg, dan air mancur di jalan utama Fuggerei menambah pesonanya dengan rumah-rumah berwarna kuning yang berderet rapi

Salah satu aspek yang paling unik dari Fuggerei adalah kebijakan harga sewa tahunannya yang tidak berubah sejak abad ke-16. Harga sewa yang rendah ini memberikan peluang untuk berkembang sebagai orang dewasa muda tanpa tekanan finansial yang besar.

Di tengah kenaikan harga sewa yang terus meningkat di banyak tempat, Fuggerei tetap menjadi tempat yang unik, mempertahankan kebijakan harga sewa yang tidak berubah selama berabad-abad. Ini adalah bukti bahwa ada cara lain untuk menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat tanpa memberatkan mereka secara finansial. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.