Sukses

6 Cara Mencegah Stunting pada Balita, Bisa Dimulai Sejak dalam Kandungan

Cara mencegah stunting pada anak perlu dilakukan sejak masa kehamilan.

Liputan6.com, Jakarta Stunting merupakan sebuah gangguan pada pertumbuhan anak yang cukup sering ditemui di Indonesia. Hal ini akibat adanya ketidaktahuan orang tua dalam merawat anak maupun menjalani kehidupannya sendiri. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Stunting memiliki efek jangka pendek hingga jangka panjang salah satunya peningkatan angka kematian dan kesakitan.

Pencegahan stunting pada ibu hamil masih terus menjadi prioritas bagi pemerintah. Pasalnya, mencegah stunting pada anak perlu dilakukan sejak masa kehamilan. Anak yang mengalami masalah pertumbuhan sejak di dalam kandungan akan berisiko mengalami stunting pada saat balita kelak.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai cara mencegah stunting pada balita yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (6/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada balita adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.

Melansir dari laman Mayo Clinic, berikut kebutuhan nutrisi yang penting selama hamil yang perlu diketahui ibu hamil adalah:

  1. Folat atau asam folat sebanyak 400 – 1000 mikrogram (mcg).
  2. Kalsium sebanyak 1200 miligram per hari.
  3. Vitamin D sebanyak 15 mcg per hari.
  4. Protein sebanyak 61-90 gram per hari.
  5. Zat besi sebanyak 9-18 mg per hari.

Selain mengonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilan, ibu hamil juga perlu banyak minum air putih agar tubuh tidak kekurangan cairan.

2. Konsumsi asam folat sejak hamil

Cara mencegah stunting pada balita yang berikutnya adalah dengan mengonsumsi asam folat sejak hamil. Asam folat bukan hanya didapat dari suplemen saja, namun juga bisa dari sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan buah-buah sitrus seperti lemon dan jeruk. Asam folat ini dapat membantu tubuh anda terhindar dari penyakit.

3. Beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

3 dari 5 halaman

4. Dampingi ASI eksklusif dengan MPASI sehat

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

5. Terus memantau tumbuh kembang anak

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

6. Selalu jaga kebersihan lingkungan

Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

4 dari 5 halaman

Bahaya Stunting pada Balita

Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan. Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI mengungkap masalah stunting di Indonesia dalam skala nasional masuk kategori kronis. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. Selain itu, stunting akan membuat postur tubuh anak tidak maksimal saat dewasa, fungsi tubuh tidak seimbang.

Tak hanya itu, terdapat beberapa bahaya stunting yang perlu diwaspadai oleh orang tua sejak dini, antara lain:

  1. Memperlambat kerja otak
  2. Berdampak pada masalah keterbelakangan mental.
  3. Menurunkan kemampuan belajar.
  4. Membuat anak lebih mudah sakit atau mudah terserang penyakit.
  5. Mengurangi kemampuan kognitif.
  6. Membuat postur tubuh tidak tumbuh dan berkembang dengan maksimal saat dewasa.
  7. Membuat fungsi tubuh menjadi tidak seimbang.
  8. Meningkatkan risiko terserang penyakit diabetes saat tua.
  9. Meningkatkan risiko terserang penyakit hipertensi saat tua.
  10. Meningkatkan risiko terserang penyakit stroke saat tua.
  11. Meningkatkan risiko mengalami obesitas saat tua.
  12. Meningkatkan risiko terserang penyakit jantung saat tua.
  13. Meningkatkan risiko terkena gangguan metabolik lainnya.
5 dari 5 halaman

Penyebab Stunting

Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Kekurangan asupan gizi ini bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Selain itu, anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa tumbuh kembangnya juga bisa mengalami stunting.

Selain penyebab di atas, ada beberapa risiko terjadinya stunting pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut:

  1. Intrauterine growth restriction (IUGR).
  2. Perawakan pendek.
  3. Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan.
  4. Tingkat pendidikan rendah.
  5. Kemiskinan.
  6. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih

Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang meningkatkan risikonya mengalami stunting adalah sebagai berikut:

  1. Mengalami penelantaran.
  2. Tidak mendapatkan ASI eksklusif.
  3. Mendapatkan gizi MPASI yang berkualitas buruk.
  4. Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti penyakit TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis, serta sindrom malabsorbsi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.