Sukses

Cara Mencegah Leptospirosis, Lengkap dengan Gejala dan Penyebabnya

Cara mencegah leptospirosis yang perlu diwaspadai.

Liputan6.com, Jakarta Leptospirosis adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, di mana hewan yang terinfeksi menyebarkan bakteri melalui urin (kencing) mereka. Ketika hewan yang terinfeksi kencing, bakteri masuk ke air atau tanah dan dapat hidup di sana selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Oleh karena itu ketika terjadi banjir, maka besar kemungkinan untuk terkena penyakit ini. Maka terdapat beberapa cara mencegah leptospirosis yang mudah untuk dilakukan. 

Cara mencegah leptospirosis bisa dengan menghindari genangan air yang telah terkontaminasi bakteri, karena Anda dapat terinfeksi jika menyentuh air tawar, tanah, atau benda lain yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi. Cara paling umum Anda dapat terinfeksi adalah air seni atau air yang terkontaminasi masuk ke mata, hidung, mulut, atau kulit yang rusak.

Beberapa orang dengan leptospirosis tidak akan memiliki gejala apapun, namun saat gejala terjadi maka Anda akan merasakan demam, sakit kepala, kedinginan, nyeri otot, muntah, penyakit kuning (mata dan kulit kuning), mata merah, sakit perut, diare, dan terkadang ruam. Cara mencegah leptospirosis bisa ditangani sesuai gejalanya, namun tanpa adanya pengobatan yang tepat dengan antibiotik, penderita leptospirosis dapat mengalami masalah serius dengan ginjal, hati, atau lapisan otak dan sumsum tulang belakang. 

Berikut ini cara mencegah leptospirosis yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (27/10/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mengenal Penyakit Leptospirosis

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit, yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang manusia dan hewan. Adapun penularan eptospira yang paling sering adalah melalui hidung, mulut atau mata. Selain itu, ketika tubuh mengalami lecet, maka besar kemungkinan virus ini tertular saat terkena air yang terkontaminasi oleh urin dari hewan yang terinfeksi.

Terjadinya leptospirosis erat kaitannya dengan faktor risiko infeksi, yang pada tahun 2019 WHO mencatat kurang lebih 920 kasus leptospirosis di Indonesia dengan 122 kematian akibat penyakit tersebut. Kasus yang dilaporkan dari sembilan provinsi (Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Utara). Namun, jumlah kasus yang dilaporkan ini merupakan perkiraan yang sangat rendah dari kejadian leptospirosis di Indonesia mengingat morbiditas tahunan leptospirosis pada populasi baru-baru ini diperkirakan 39,2 per 100.000 orang.

Namun sepanjang Juli dan Agustus 2020, WHO bekerja sama dengan Global Leptospirosis Environmental Action Network (GLEAN), Food and Agriculture Organization (FAO), Asosiasi Epidemiologi Indonesia, Asosiasi Entomologi Indonesia, dan Asosiasi Pengendalian Parasit Indonesia untuk mendukung Kementerian Kesehatan menjadi tuan rumah serangkaian empat webinar pencegahan dan pengendalian leptospirosis di Indonesia.

Perlu dipahami bahwa gejala awal leptospirosis mungkin mirip dengan gejala COVID-19, maka sangat penting bagi dokter untuk mewaspadai gejala dan faktor risiko kedua penyakit untuk memungkinkan deteksi segera dan pengobatan yang tepat sambil tetap mempertimbangkan langkah-langkah pengendalian pencegahan infeksi yang penting. 

3 dari 5 halaman

Gejala dan Fase Penyakit Leptospirosis

a. Gejala leptospirosis pada manusia

Gejala leptospirosis bervariasi dalam jenis dan tingkat keparahannya.

1. Leptospirosis ringan dapat menyebabkan:

- Demam disertai batuk

- Sakit kepala dan nyeri otot (terutama betis dan punggung bawah)

- Mengalami ruam tanpa gatal (terutama pada tulang kering), yang dapat menyebabkan rhabdomyolysis

- Diare dan muntah

- Panas dingin dan mata merah

- Sakit perut, namun dalam beberapa kasus, leptospirosis tidak menimbulkan gejala sama sekali.

2. Gejala leptospirosis berat meliputi:

- Penyakit kuning (kulit dan mata kuning)

- Gagal ginjal juga gagal hati

- Pendarahan

- Masalah pernapasan

- Aritmia jantung

- Meningitis aseptikmiokarditis

Biasanya diperlukan waktu antara 1 hingga 2 minggu bagi orang dengan kondisi tersebut untuk mulai menunjukkan gejala, tetapi bisa memakan waktu hingga satu bulan.

b. Fase-fase leptospirosis

Leptospirosis terdiri dari dua fase, yaitu fase leptospiremic (akut) dan fase imun (tertunda). A

- Fase leptospiramik

Selama fase leptospirosis maka Anda mungkin mengalami gejala seperti flu yang tiba-tiba muncul. Ini biasanya dimulai dalam dua hingga 14 hari setelah infeksi Leptospira. Itu berlangsung antara tiga dan 10 hari. Pada fase ini, bakteri berada di aliran darah Anda dan pindah ke organ Anda, sehingga perlu melakukan tes darah akan menunjukkan tanda-tanda infeksi.

- Fase kekebalan

Pada fase imun, bakteri Leptospira telah berpindah dari darah ke organ tubuh Anda. Bakteri paling terkonsentrasi di ginjal yang membuat kencing (urin). Tes urin akan menunjukkan tanda-tanda bakteri, dan Anda akan memiliki antibodi terhadap Leptospira dalam darah.

4 dari 5 halaman

Cara Mencegah Leptospirosis

Cara mencegah leptospirosis bisa dilakukan dengan menghubungi penyedia layanan kesehatan, agar diobati dengan antibiotik. Jika Anda memiliki kasus ringan, mereka mungkin meminta Anda mengawasi gejala Anda untuk melihat apakah Anda menjadi lebih baik tanpa pengobatan.

Cara mencegah leptospirosis bisa dilakukan dengan:

- Tidak berenang atau berendam di air yang mungkin terdapat kotoran hewan di dalamnya.

- Minum obat pencegahan agar tidak sakit (profilaksis).

- Cara mencegah leptospirosis bisa dengan menghindari hewan yang bisa terkena leptospirosis.

- Mengenakan pakaian dan sepatu pelindung jika Anda bekerja dengan atau di sekitar hewan.

- Mengenakan sepatu dan pakaian pelindung jika Anda harus bersentuhan dengan air atau tanah yang mungkin terkontaminasi bakteri.

- Cara mencegah leptospirosis bisa dengan menghindari olahraga air dan berenang di danau dan sungai setelah banjir.

- Minum hanya air yang diolah, dan jangan minum air dari danau, sungai, dan kanal tanpa direbus terlebih dahulu.

- Mengenakan sarung tangan jika Anda harus menyentuh hewan mati.

- Cara mencegah leptospirosis bisa dilakukan dengan menutupi luka terbuka atau luka dengan pembalut tahan air.

Adapun obat dan prosedur apa yang digunakan untuk mengobati leptospirosis, bisa menggunakan jenis antibiotik yang mengobati leptospirosis termasuk doksisiklin, amoksisilin, ampisilin, penisilin-G dan seftriakson. 

5 dari 5 halaman

Penyebab dan Faktor Risiko Leptospirosis

Adapun penyebab penyakit leptospirosis, disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri yang masuk ke tubuh Anda melalui mulut, hidung atau mata Anda atau melalui luka di kulit, memiliki kemungkinan besar terkena penyakit ini. Bakteri ini biasanya melakukan perjalanan melalui darah ke organ Anda, lalu mengumpulkan di ginjal tempat di mana organ yang "membersihkan" darah Anda.

Ginjal dapat membuang materi yang tidak perlu atau beracun dalam kencing (urin), sehingga bakteri dari ginjal Anda meninggalkan tubuh Anda dalam urin, yang dapat menyebarkan leptospirosis ke orang atau hewan lain.

Selaijn itu, terdapat beberapa faktor risiko yang muncul dari penyakit leptospirosis, bisa mempengaruhi orang yang:

- Hidup di iklim tropis atau sedangbekerja dengan hewan, seperti peternak sapi perah atau dokter hewan

- Bekerja di luar ruangan, seperti pekerja tambang atau saluran pembuangan.

- Berenang atau berkayak di perairan yang terkontaminasi.

- Berkemah di luar dan berpartisipasi dalam olahraga luar ruangan.

- Tinggal di daerah dengan banjir atau sanitasi yang tidak layak.

- Kebun atau tangani tanah yang berpotensi terkontaminasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.